Kamis, 24 September 2009

Midang di Kayuagung

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/ketika-facebook-memengaruhi-midang/?tx_ttnews[years]=2009&tx_ttnews[months]=09&tx_ttnews[days]=25&cHash=8604eec43a

Sinar Harapan edisi Jumat (25/9) di halaman Nusantara









Meski Lestari, Midang Tak Lagi Ajang Mencari Jodoh

Kayuagung: Tradisi midang masih terus berlanjut. Hanya saja, kini tradisi ini tak lagi jadi ajang mencari jodoh.

Kemajuan teknologi komunikasi tampaknya telah mempengaruhi para remaja di Kayuagung, Ogan Komering Ilir (OKI) dalam mencari jodoh. Mereka kini telah sangat akrab dengan jejaring sosial layaknya remaja perkotaan seperti, Friendster ataupun Facebook.

Pasangan muda-mudi yang berasal berbagai kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, memang mengikuti arak-arakan keliling Kota Kayuagung, pekan lalu. Tradisi midang ini dilaksanakan pascalebaran setiap tahunnya.

Kayuagung berjarak sekitar 100 km dari ibukota Provinsi Sumsel, Palembang. Atau ditempuh selama 1,5 jam perjalanan melewati Jalintim dari Palembang ke arah Lampung. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini midang mendapat sambutan antusias oleh gadis dan bujang Kayuagung. Kegiatan midang diikuti sekitar lima kelurahan di Kota Kayuagung, yaitu Kelurahan Sidakersa, Kedaton, Kutaraya, Perigi, dan Kayuagung Asli. Para peserta midang ini berjalan menyusuri sepanjang jalan di pinggir Sungai Ogan. Mereka melewati Kelurahan Sukadana, Paku, Mangunjaya, Cintaraja, Sidakersa, dan Kelurahan Jua-Jua.

Hanya saja, mereka mengaku tak lagi menjadikan ajang ini untuk mencari calon pasangan hidup. ”Wah, kayaknya idak (tidak). Kalau mau cari teman lebih enak melalui internet,” ujar Chairul, remaja di Kayu agung yang tampak sibuk mengutak-atik handphone 3G-nya.

Tampak memang, sembari menyaksikan iring-iringan midang, para remaja sibuk dengan handphone masing-masing. Rupanya, mereka berinternet ria.

Sementara, para peserta midang yang mengenakan pakaian adat menyeberang ke Kelurahan Kedaton, Kotaraya, Perigi. Dalam arak-arakan ini sepasang muda-mudi dinaikkan ke atas juli (tandu yang dihiasi). Bemacam-macam bentuk juli ini, ada yang berbentuk burung, ada yang berbentuk mobil, bahkan ada juga yang berbentuk singgasana raja. Musik tanjidor mengiringi arak-arakan ini menyusuri kota Kayuagung setidaknya sepanjang 1,5 km.

Pada zaman kolonial Belanda, para peserta Midang ini harus melewati pendopoan sebagai bentuk tanda pengontrolan para petinggi Kolonial Belanda. Makanya midang saat ini pun peserta midang harus melintas di depan pendopoan, di hadapan pada pejabat dan tetua serta tokoh masyarakat.

Di pendopoan telah menunggu Bupati OKI Ir H Ishak Mekki,Ketua sementara DPRD OKI HM Yusuf Mekki, Ketua TP PKK OKI Hj Tartila Ishak, Kapolres OKI AKBP Cok Bagus Ary Yudayasa, serta unsur muspida lainnya

Arak-arakan peserta finish di Kayuagung Asli. Walaupun hanya dilaksanakan setahun sekali, antusias masyarakat untuk mengikuti dan menyaksikan midang ini cukup tinggi. Terbukti, banyak masyarakat yang berbondong-bondong berdatangan ingin menonton kegiatan tersebut. Akibatnya, jalanan yang dilalui pawai midang menjadi macet.

Morge Siwe

Bupati OKI H Ishak Mekki mengatakan, kegiatan midang ini merupakan tradisi masyarakat Kayuagung, baik dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri maupun HUT Kabupaten OKI. Midang ini sudah menjadi agenda nasional dalam kunjungan wisata budaya di Kabupaten OKI.
Tetua adat Kayuagung A Rahman Ahmad menyebutkan, midang merupakan suatu tradisi yang digelar masyarakat Kota Kayuagung, khususnya sembilan marga atau morge siwe yang dikenal masyarakat luar sebagai midang.

Midang Morge Siwe ini diartikan juga sebagai “Karnaval Sembilan Marga”. Menurut dia, sembilan marga asli Kayuagung tersebut yakni Dusun Kayuagung Asli, Dusun Perigi, Dusun Kotaraya, Dusun Kedaton, Dusun Jua-Jua, Dusun Sidakersa, Dusun Mangunjaya, Dusun Paku, dan Dusun Sukadana.

“Midang ini merupakan suatu rangkaian adat perkawinan Mabang Handak (burung putih) yang merupakan adat perkawinan tertinggi di kalangan masyarakat Kayuagung yang dilaksanakan oleh mereka-mereka yang tergolong dalam keluarga pesirah atau keluarga Keratin,”kata Ramhan.
Dia menjelaskan, pada zaman dahulu, midang ini merupakan suatu bagian dari adat perkawinan Kayuagung, di mana para peserta midang adalah para bujang dan gadis marga Kayuagung.

Tujuan midang ini adalah memperlihatkan kepada masyarakat umum agar mengetahui budaya dan adat Kayuagung. “Jika ada yang seorang bujang luar menyukai gadis Kayuagung dan terpikat ingin meminangnya, dia (bujang) itu dapat melamarnya dengan mengikuti semua adat istiadat perkawinan Kayuagung, seperti melaksanakan midang ini,” ungkapnya.

Hanya saja, untuk melaksanakan pesta perkawinan sesuai adat istiadat tidaklah mudah. Selain biayanya besar, juga cukup sulit. Karenanya, tradisi midang ini dimaksudkan untuk melestarikan adat istiadat tersebut.

Rahman juga menyadari pergeseran tradisi midang di mata remaja-remajanya. Baginya, itu tak masalah. Yang penting, para remaja itu tetap suka menyaksikan dan sebagian ikut midang. Dan pemerintah tetap memberikan perhatian sehingga kegiatan ini bisa dilaksanakan setiap tahun. ”Orang muda, kan wajar kalau juga mengikuti perkembangan dan tren. Dari midang ini, mereka juga masih bisa menyaksikan musik tradisional tanjidor,” ujarnya. (sh/muhamad nasir)

Rabu, 16 September 2009

Sriwijaya FC Incar Top Skorer

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/sriwijaya-bidik-top-skorer/?tx_ttnews[years]=2009&tx_ttnews[months]=09&tx_ttnews[days]=16&cHash=9c37551015
Sinar Harapan, Olahraga edisi Rabu (16/9/2009)
Sriwijaya Bidik Top Skorer

Palembang, Sinar Harapan
Sriwijaya FC (SFC) membidik top skorer Liga Singapura, Alexander Duric, untuk main di skuat “Laskar Wong Kito” musim kompetisi 2009-2010.
Hal ini diungkapkan wakil ketua komisi teknik Sriwijaya FC, Hendri Zainuddin, Selasa (15/9). “Kehadiran Duric untuk mengisi kuota pemain asing Asia yang berjumlah dua orang sesuai regulasi PT Liga Indo¬nesia musim ini. SFC sudah memiliki Precious Emuejeraye, defender Timnas Singapura. SFC masih punya satu tempat lagi untuk Duric.
“Proses negosiasi dengan Duric tengah berjalan. Jika tidak ada masalah, dia akan bergabung bersama SFC perte¬ngahan Oktober nanti, sama seperti Precious,” kata Hendri.
Duric merupakan pesepakbola kelahiran Serbia yang menjadi warga negara Singapura setelah ia memperlihatkan bakatnya. Ia kini mengenakan ban kapten Timnas Singapura kendati usianya sudah 39 tahun.
“Memang dia tidak muda lagi, tapi meskipun demikian dia terbukti masih bisa bermain bagus. Artinya, dia layak untuk direkrut,” ucap Hendri.
Duric yang kini memperkuat klub SAAF Singapore menjadi top skorer Liga dengan toreh¬an 24 gol dari 26 kali bermain. “Dia termasuk striker tajam dan kami membutuhkan pemain seperti dia,” ujar Hendri.
Secara terpisah, pelatih Rahmad Darmawan (RD) membenarkan bahwa SFC tengah mendekati Duric.
“Fisiknya tetap akan kami tes walaupun kualitasnya tidak diragukan lagi. Untuk masalah umur tidak masalah, sebab jika fisiknya bagus maka dia mampu bersaing di Liga Super,” ujar Rahmad.
Uji Coba
Kesebelasan Persisam Putra Samarinda segera melakoni ¬par¬tai uji coba melawan PS Gajaya¬na, salah satu anggota Divisi Uta¬ma Persema Malang, di Lapang¬an Agro Wisata Batu, Jumat (18/9). “Uji coba itu sekaligus sebagai partai penutup rangkai¬an pertandingan yang dilakoni Persisam selama di Batu,” kata Aji Santoso, pelatih Persisam.
Sebelumnya, Persisam me¬lawan Metro FC dan Persema. Persisam ditahan imbang 3-3 oleh Metro FC dan kalah telak 0-3 melawan Persema.
Ia mengatakan bahwa uji coba kali ini lebih ditujukan untuk memberi kesempatan tampilnya para pemain cadang¬an, agar ia bisa mengevaluasi secara utuh tim yang akan disiap¬kannya menghadapi kompetisi liga profesional musim mendatang. Aji, mantan pelatih Jatim pada PON Kaltim lalu, akan memberikan kesempatan lebih besar pada pemain ca¬dang¬an yang selama dua kali uji coba jarang dimainkan. (ant/sir)

Minggu, 06 September 2009

Buaya Musi Memangsa Manusia




Buaya Musi Memangsa Manusia

Palembang, Sinar Harapan

Buaya kembali memangsa manusia di Desa Teluk Tenggulang, Kecamatan Tungkal Ilir, Banyuasin. Kali ini yang menjadi korban Yani Irin (32).

Korban diserang predator sepanjang 5 meter pada Jumat (4/9) sekitar pukul 22.00 WIB.
Informasi yang berhasil dihimpun, malam itu korban hendak menjala ikan di perairan Sungai Musi, karena perahu yang ditambatkan agak jauh ke sungai,seperti biasa korban berenang di tengah. Belum sempat mengambil perahunya, tiba-tiba buaya besar sepanjang 5 meter langsung menyambar kaki korban.

Meski sudah mencoba melawan, nyawa Yani akhirnya tak tertolong lagi. Mayat korban baru ditemukan keesokan harinya,Sabtu (5/9) dalam kondisi tubuh yang tidak utuh lagi.

Rusli, tokoh masyarakat setempat mengatakan, saat ditemukan posisi korban berada jauh dari lokasi, lebih kurang 500 meter, untuk mencari mayat korban pun warga setempat mengaku kesulitan mengingat medan yang dilalui sangat sulit. Sementara kondisi malam gelap, tanpa penerangan.

“Setelah korban disambar buaya pun kami beramai-ramai mencari. Setelah sekitar 5 jam mencari akhirnya diputuskan untuk dilanjutkan pada siang harinya. Banyak dari bagian tubuh korban yang sudah tidak utuh, seperti tangan dan kaki,” katanya kemarin

Menurut Jupri, warga setempat, kejadian tersebut bukan pertama kali terjadi. Tetapi telah banyak warga di Kecamatan Tungkal Ilir, khususnya yang hidup di pinggir sungai yang mengalami hal yang sama.

Warga sering diserang buaya, namun tidak sampai merenggut jiwa. Akibat kejadian serangan buaya ganas yang menewaskan warga tersebut, masyarakat setempat mengaku tidak berani melakukan kegiatan di sungai seorang diri.

Seperti diberitakan sebelumnya, buaya memangsa manusia di Sungai Lalan, Kecamatan Pualu Rimau, Banyuasin, 2008 lalu. Saat itu yang menjadi korban, Sudirman (23), warga Desa Sri Menanti, Kecamatan Tanjung Lago.

Kejadian yang menyebabkan tewasnya Sudirman terjadi pada Rabu (12/11) sekitar pukul 10.00 WIB. Saat itu korban bersama rekannya Bambang, Darwin dan David tengah menambatkan perahunya di Sungai Lalan, Kecamatan Pulau Rimau. Secara tiba-tiba muncul seekor buaya sepanjang tujuh meter langsung menerkam korban dan membawanya ke dalam sungai.



tahun lalu seekor buaya di wilayah Banyuasin juga memangsa warga setempat. Pemerintah bersama pihak terkait berusaha melakukan penangkapan namun tak berhasil mendapatkan buaya ganas tersebut.

Peristiwa itu, bukan kali pertama terjadi di Kabupaten Banyuasin. Sepanjang 2008, reptil raksasa yang bisa mencapai panjang tujuh meter ini sudah memakan sembilan korban, delapan orang di antaranya tewas mengenaskan. Bahkan, tujuh korban hingga kini belum ditemukan. (sir)