Minggu, 01 November 2009

rumah bongkar pasang


Rumah knock down dan gazebo yang dipajang di pinggir Jalintim.



Rumah Knock Down Dipajang di Jalintim

Palembang: Melintasi Jalintim dari Lampung ke Palembang, di Km 14 sebelum Terminal Karya Jaya, pengguna jalan dibuat bingung. Dua rumah dan tiga gazebo terbuat dari kayu membuat mereka bertanya-tanya. Soalnya, keberadaan bagunan itu memang menarik perhatian.
Beratap nipah dan terbuat dari kayu, bangunan itu memang sedikit unik dan menarik perhatian. Tersedianya lahan yang cukup luas, dimanafaatkan Hadari untuk memajang rumah knock down produksi Desa Tanjungbatu, Ogan Ilir.
Terbuat dari kayu seru, bangunan itu memang cukup menarik perhatian. Apalagi, dihiasi dengan detail berupa ukiran. Sejak dua bulan terakhir, memang bangunan berukuran 6 x 10 dan 7 x 10 itu dipajang di lahan sekitar 2 ha milk Hadari. Pengusaha ini berasal dari Lampung. Dia mengenal rumah knock down justru ketika di daerah asalnya tahun ’90-an lalou terkena gempa dan ternyata rumah serupa jauh lebih bisa bertahan dibanding rumah batu.


Hadari, pemilik lahan yang memberdayakan pengrajin rumah dari Desa Tanjung Batu.

Dipampangkan papan bertuliskan ”dijual” membuat pengguna jalintim mahfum bahwa bangunan itu bisa dimiliki. Karenanya, tak sedikit yang berhenti dan bertanya. Hadari memang tidak standby di lokasi itu. Tetapi, dia menerakan no HP-nya di papan ’pengumuman’ yang dibuatnya.
Hasilnya, komunikasi pun jalan. Untuk ukuran 6 x 10, dipatok harga Rp 60 juta, sementara yang 7 x 10 lebih maham sedikit Rp 65 juta. ”Pembeli tinggal menyiapkan tiang dan atap serta lahan, bangunan siap dipindahkan. Ongkos angkut gratis, kecuali kalau di luar Sumsel, katanya.
Sementara untuk gazebo berukuran 2,5 x 2,5 dan berbentuk persegi delapan, dipatok Rp 8 juta. Itupun terima pakai. Kalau mau pasang dan angkut sendiri juga boleh, hanya Rp 6 juta.
”Rumah maupun gazebo memang dibuat tanpa atap dan tiang. Tinggal pembeli bisa memilih atap dan tiang jenis apa. Mau atap genteng atau seng. Begitu juga dengan tiang, mau tiang semen atau kayu,” tambah Hadari yang sebelumnya mengelola lembaga pendidikan Handayani yang terdiri dari TK, SD, dan SMP di depan rumahnya.
Rumah knock down ini memang ditawarkan dengan harga bersaing. Pemesan juga bisa mengajukan permintaan, misalnya bahannya dari kayu yang bagus atau dengan ukuran tertentu. Untuk kayu seru, dipatok per meternya Rp 2 juta. Kalau kayu lain, bergantung negosiasi.
Bagi Hadari yang tinggal tak jauh dari lokas pajang rumah knock down itu, dia telah memberikan kesempatan pengrajin rumah dri Tanjungbatu untuk lebih mengembangkan usahanya. Dia menyediakan lahan dan kalau ada pemesan langsung berhubungan dengan pengrajin.

Rumah kayu punya ciri khas dibanding rumah batu. Oleh karena menyesuaikan perkembangan zaman, rumah kayu pun kini dibuat knock down atau bongkar-pasang, sehingga bisa didirikan di mana saja.

Sayangnya, meski sudah mencoba berinovasi dengan rumah knock down, berbagai kendala membuat para tukang meranjat di Desa Tanjung Batu Seberang, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel), belum mampu menembus pasar internasional.


Rumah knock down yang sudah jadi.



Di daerah lain yang juga memproduksi rumah knock down seperti Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Bali, usaha rumah jenis ini memang banyak diminati orang asing dan menjadi langganan para bintang film kelas dunia.

Menurut Syarifuddin, salah seorang pengusaha rumah knock down di Tanjung Batu, dari segi ketahanan rumah made in Tanjung Batu Seberang masih di atas produk Bali. Hanya saja karena berbagai kendala seperti permodalan dan akses pasar, peluang untuk go international masih sebatas impian.

Desa Tanjung Batu Seberang berjarak 65 km dari Palembang, bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam. Desa-desa di Kecamatan Tanjung Batu seperti Tanjung Batu, Tanjung Atap, dan sekitarnya termasuk Desa Tanjung Batu Seberang yang berpenduduk sekitar 1.500 keluarga tersebut, memang sejak lama memiliki tenaga terampil pertukangan sehingga kerap disebut tukang meranjat.

Kemahsyurannya sebagai daerah pemasok tenaga pertukangan berkualitas itu juga dikenal sampai ke Bengkulu, Jambi, dan Lampung. Seiring perkembangan zaman, walaupun sudah banyak tergeser oleh bangunan permanen, upaya untuk meneruskan kebiasaan turun-temurun ini tetap berjalan.

Untuk mengerjakan rumah ukuran 6x10 m maupun 7x10 m dibutuhkan waktu tiga bulan. Sementara untuk memasang kembali di lahan pembeli, hanya butuh waktu seminggu.

Bupati Ogan Ilir Mawardi Yahya memberikan perhatian khusus kepada usaha kecil menengah (UKM) yang banyak terdapat di daerahnya. “Hanya saja saat ini baru sebatas pemberian pembinaan manajemen dan bimbingan menembus pasar. Sementara itu, untuk bantuan permodalan, masih terkendala dana,” tuturnya.
Mau mencoba memiliki rumah knock down? Kini Anda tak perlu lagi mengunjungi Desa Tanjung Batu. Di tepi Jalintim pun, pajangan tersedia. (sh/muhamad nasir)

3 komentar:

BangZu mengatakan...

Dear Admin,

Salam kenal.
Thx atas postingannya tentang Industri Rumah Knock Down ini.
Semoga Tukang Kayu dari Desa Tanjung Batu Seberang semakin jaya.

Salam,

Zuhadi
http://www.rumah-knockdown.com

masayu andriani mengatakan...

kl mo ikutan promosikan rumah knock down ini bisa gak ???

Raymangkok mengatakan...

Kalau sy ada rezeky sy akan buat 1unit ukuran 6×13 kira2 berapa ya harganya.soalnya sy jauh disumut.salam sukses selalu pak.trimakasih