Kamis, 26 April 2012

Buaya Mengganas di Sumsel, Manusia pun Dimangsa


Buaya Mengganas di Sumsel, Manusia pun Dimangsa

Palembang:

Buaya raksasa memangsa manusia, pernah menghebohkan beberapa tahun lalu. Namun itu hanya diketahui melalui VCD bajakan yang beredar di pasaran dan kejadiannya bukan di negeri kita. Di Sumsel, peristiwa ini ternyata sudah sering terjadi.
Terakhir, korbannya, Syafik bin Mahmud ( 48), warga Pemulutan OKI yang dimakan buaya muara di Sungai Tungal Desa Bentayan Banyuasin. Sisa tubuh korban  ditemukan Kamis (26/4)  sekitar pukul 05.00 WIB. Kondisinya menenaskan. Tubuh korban ditemukan tinggal setengah, dengan kondisi sudah membengkak dan seluruh isi perut sudah tidak utuh.
Kapolsek Pulau Rimau AKP Diesli mengatakan, penemuan jasad korban pertama kali oleh salah seorang warga desa yang hendak menyeberang sungai. Tubuh korban yang tinggal setengah berada sekitar 50 meter dari lokasi kejadian. Tubuh korban menyangkut di sekitar akar-akar tanaman rawa.
Oleh warga yang menemukan, hal tersebut dilaporkan ke Polsek Pulau Rimau. Mendengar kabar itu,keempat teman korban, Kemis, Joni, Mamad dan Bastari, kesemuanya warga Ogan Ilir (OI), yang menginap di salah satu rumah warga, langsung menuju ke lokasi penemuan jasad korban Syafik. Bersama dengan anggota Polsek Pulau Rimau dan warga, jasad korban langsung dievakuasi dan dibawa ke keluarga korban di OI.
“Kondisi korban sudah tewas, dengan tubuh yang sudah tidak utuh. Kedua tangan, kedua kaki dan tubuh bagian pinggang sudah tidak ada. Isi perut sudah tidak sempurna,” kata Diesli kemarin. Atas penemuan itu, Kapolsek berharap agar warga yang berada di lokasi yang memang rawan keberadaan buaya muara untuk lebih berhati-hati. “Keberadaan buaya tidak bisa diduga pasti.Karena itu,warga lebih baik berhati-hati dan tidak mengusik buaya,” ujarnya.
Kabid Perlindungan, dan Prasarana Dinas Kehutanan dan Perkebunan Fahmi Rofiq mengatakan, pihaknya sudah memasang plang tanda-tanda kawasan rawan akan keberadaan buaya di seputaran anak Sungai Musi di Banyuasin.
Pencari Kayu
Pekan ini, buaya muara di Banyuasin kembali memangsa manusia. Rabu (25/4), hewan melata  yang dilindungi itu memangsa Syafik bin Mahmud.
Warga Pemulutan Kabupaten OI ini dimangsa buaya saat mencari kayu gelam di wilayah Sungai Tungkal Desa Bentayan, Banyuasin. Hingga  sore tubuh korban belum ditemukan.
Korban diketahui mencari kayu gelam di lokasi kejadian bersama keempat rekannya, masing-masing Kemis, Joni, Mamad dan Bastari, kesemuanya warga OKI.Kelimanya menyusuri Sungai Tungkal dengan mendayung perahu.
Korban duduk di bagian depan perahu. Sedangkan keempat temannya duduk di belakang. Merasa aman dengan kondisi air sungai yang banyak ditumbuhi pohon-pohon gelam, korban menjuntaikan kedua kaki ke dalam air. Tak berapa lama, tanpa terduga sebelumnya, di sungai yang cukup tenang itu muncul buaya muara sepanjang 7 meter. Sang buaya berwarna kecoklatan itu langsung menerkam kaki korban hingga ke bagian paha.
Mengetahui kejadian tersebut, rekan korban kaget dan berusaha untuk menolong. Hanya saja, kegesitan buaya muara ini tak mampu tertandingi. Tubuh korban terjatuh ke sungai dan langsung tenggelam ditarik buaya.
“Buaya muncul tiba-tiba dan menangkap kaki korban. Bahkan,dari keterangan saksi, buaya menimbul-tenggelamkan tubuh korban. Hingga akhirnya menghilang dan tak muncul lagi. Sampai sekarang, tubuh korban belum ditemukan. Petugas dibantu warga sekitar masih melakukan pencarian,”kata Kepala Desa Bentayan Mirjawawi .
Pulun Buaya
Korban kali ini berasal dari Pemulutan. Daerah Pemulutan, selama ini dikenal sebagai daerah yang dipenuhi legenda buaya. Lambang kecamatan ini pun, buaya. Mereka sangat percaya dengan legenda-legenda mengenai buaya.
"Sebagian besar warga Pemulutan percaya, nenek moyang mereka adalah buaya. Sebab ilmu buaya, misalnya menjadi pawang buaya, banyak dikuasai masyarakat Pemulutan," kata Koharuddin (62), warga Kertapati.
Koharuddin menambahkan, banyak warga Pemulutan yang dapat berubah menjadi buaya jika masuk ke dalam sungai atau rawa.
Di masyarakat Palembang juga ada kisah menarik dari abad ke-16. Saat itu raja Palembang bingung bagaimana mengatasi buaya-buaya yang berada di Sungai Musi.
Buaya-buaya itu ganas dan dapat membuat warga terancam nyawanya. Lalu, sang raja mendatangkan seorang pawang buaya dari India. Dengan janji akan memberikan banyak hadiah, sang raja meminta si pawang menjinakkan buaya-buaya di sungai Musi. Buaya-buaya itu pun jinak. Si pawang pun menerima banyak hadiah.
Kemudian raja mengajak sang pawang ke daerah pedalaman yang banyak buayanya. Kembali pawang itu menaklukkan buaya-buaya menjadi jinak. "Coba kau buat buaya-buaya itu kembali menjadi ganas. Aku mau tahu bagaimana kehebatan ilmumu?" kata sang raja.
Pawang yang sudah mabuk pujian itu kemudian membuat buaya-buaya itu menjadi ganas. Ayam dan ternak yang dilempar ke sungai dengan cepat dimakan buaya. Dan, ketika si pawang lengah, seorang prajurit kerajaan Palembang mendorong pawang ke gerombolan buaya. Tak ayal si pawang itu mati dimakan buaya. Lokasi terbunuhnya pawang itu diperkirakan di pesisir timur Sumatera Selatan, seperti Pulaurimau, atau di kawasan Pemulutan.
Belum jelas, ada kaitan atau tidak antara warga Pemulutan yang kali ini kemudian menjadi korban dimangsa buaya di wilayah Pulaurimau. Seperti terdapat dalam kisah di atas.
Berkali-kali
Buaya memangsa manusia memang bukan baru kali ini. Untuk peristiwa di Pulaurimau, Banyuasin, berdasarkan catatan Sinar Harapan ternyata sudah terjadi berkali-kali. Sejak tahun 2008 lalu saja, sudah lebih dari  lima kali dan korbannya pun cukup banyak.
Korban buaya yang diketahui, Trisnawati (25) yang sedang mandi pada Rabu (5/3/2008). Korban selamat berkat perjuangan ibunya yang berada di dekat tempat kejadian. Ketika itu, Rohima (40) yang melihat putrinya diterkam buaya di Sungai Batanghari, Desa Mukut, Kecamatan Pulaurimau, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, langsung menolong terjun ke sungai. Rohima pun turut terseret dan bergelut dengan buaya ke tengah sungai.  Usahanya membuahkan hasil. Kaki trisnawati yang terkoyak berhasil dilepaskan.Trisnawati akhirnya selamat, namun kedua kakinya terluka cukup parah. Wanita muda ini pun harus menjalani 50 jahitan di Rumah Sakit Umum Banyuasin.
Lalu di tahun yang sama, buaya  kembali memangsa manusia di Sungai Lalan, Kecamatan Pualu Rimau, Banyuasin. Tepatnya 12 November 2008.  Saat itu yang menjadi korban, Sudirman (23), warga Desa Sri Menanti, Kecamatan Tanjung Lago.
Peristiwa yang menewaskan Sudirman terjadi pada Rabu (12/11/2008) sekitar pukul 10.00 WIB. Saat itu korban bersama rekannya Bambang, Darwin dan David tengah menambatkan perahunya di Sungai Lalan, Kecamatan Pulau Rimau. Secara tiba-tiba muncul seekor buaya sepanjang tujuh meter langsung menerkam korban dan membawanya ke dalam sungai.
Sekitar pukul 22.00 WIB, tubuh korban Sudirman  ditemukan di Sungai Lalan, Kecamatan Pulau Rimau dalam kondisi tak utuh. Bagian pinggang ke atas hilang dimangsa buaya. Demikian juga kaki sebelah kiri. Yang ada hanya kaki sebelah kanan dan paha kiri hingga terputus sampai lutut. Bagian tubuh korban ditemukan oleh keluarganya tak jauh dari lokasi kejadian, setelah sebelumnya keluarga korban dibantu petugas Polsek Pulau Rimau menyisir Sungai Lalan.

Korban berikutnya, Rusli (40), warga Karang Agung Ilir Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin. Peristiwa ini terjadi Senin (8/12/2008) sekitar pukul 18.30 WIB.
Serangan buaya yang di perkirakan mencapai 4 meter tersebut tak merenggut nyawa. Nelayan itu mengalami luka di sekujur tubuh akibat serangan binatang yang terkenal buas tersebut.

Informasi yang didapat, sepanjang 2008 ini, reptil raksasa yang bisa mencapai panjang tujuh meter ini sudah memakan sembilan korban, delapan orang di antaranya tewas mengenaskan. Bahkan, tujuh korban hingga kini belum ditemukan.
Salah satu korban yang selamat dari keganasan buaya di aliran Sungai Lalan, Kecamatan Pulau Rimau, Juma’in (17), warga Desa Sri Menanti. Juma’in selamat lantaran buaya yang menerkam dirinya berlari ke darat. Oleh teman-teman dan orangtuanya, kepala buaya tersebut langsung dipukul dan akhirnya buaya tersebut melepaskan Juma’in dan kembali masuk ke dalam sungai.(muhamad nasir)




Tidak ada komentar: