Buaya
Mengganas di Sumsel, Manusia pun Dimangsa
Palembang:
Buaya
raksasa memangsa manusia, pernah menghebohkan beberapa tahun lalu. Namun itu
hanya diketahui melalui VCD bajakan yang beredar di pasaran dan kejadiannya
bukan di negeri kita. Di Sumsel, peristiwa ini ternyata sudah sering terjadi.
Terakhir,
korbannya, Syafik bin Mahmud ( 48), warga Pemulutan OKI yang dimakan buaya
muara di Sungai Tungal Desa Bentayan Banyuasin. Sisa tubuh korban ditemukan Kamis (26/4) sekitar pukul 05.00 WIB. Kondisinya
menenaskan. Tubuh korban ditemukan tinggal setengah, dengan kondisi sudah
membengkak dan seluruh isi perut sudah tidak utuh.
Kapolsek
Pulau Rimau AKP Diesli mengatakan, penemuan jasad korban pertama kali oleh
salah seorang warga desa yang hendak menyeberang sungai. Tubuh korban yang
tinggal setengah berada sekitar 50 meter dari lokasi kejadian. Tubuh korban
menyangkut di sekitar akar-akar tanaman rawa.
Oleh
warga yang menemukan, hal tersebut dilaporkan ke Polsek Pulau Rimau. Mendengar
kabar itu,keempat teman korban, Kemis, Joni, Mamad dan Bastari, kesemuanya
warga Ogan Ilir (OI), yang menginap di salah satu rumah warga, langsung menuju
ke lokasi penemuan jasad korban Syafik. Bersama dengan anggota Polsek Pulau
Rimau dan warga, jasad korban langsung dievakuasi dan dibawa ke keluarga korban
di OI.
“Kondisi
korban sudah tewas, dengan tubuh yang sudah tidak utuh. Kedua tangan, kedua
kaki dan tubuh bagian pinggang sudah tidak ada. Isi perut sudah tidak
sempurna,” kata Diesli kemarin. Atas penemuan itu, Kapolsek berharap agar warga
yang berada di lokasi yang memang rawan keberadaan buaya muara untuk lebih
berhati-hati. “Keberadaan buaya tidak bisa diduga pasti.Karena itu,warga lebih
baik berhati-hati dan tidak mengusik buaya,” ujarnya.
Kabid
Perlindungan, dan Prasarana Dinas Kehutanan dan Perkebunan Fahmi Rofiq
mengatakan, pihaknya sudah memasang plang tanda-tanda kawasan rawan akan
keberadaan buaya di seputaran anak Sungai Musi di Banyuasin.
Pencari
Kayu
Pekan
ini, buaya muara di Banyuasin kembali memangsa manusia. Rabu (25/4), hewan melata
yang dilindungi itu memangsa Syafik bin
Mahmud.
Warga
Pemulutan Kabupaten OI ini dimangsa buaya saat mencari kayu gelam di wilayah
Sungai Tungkal Desa Bentayan, Banyuasin. Hingga
sore tubuh korban belum ditemukan.
Korban
diketahui mencari kayu gelam di lokasi kejadian bersama keempat rekannya,
masing-masing Kemis, Joni, Mamad dan Bastari, kesemuanya warga OKI.Kelimanya
menyusuri Sungai Tungkal dengan mendayung perahu.
Korban
duduk di bagian depan perahu. Sedangkan keempat temannya duduk di belakang.
Merasa aman dengan kondisi air sungai yang banyak ditumbuhi pohon-pohon gelam,
korban menjuntaikan kedua kaki ke dalam air. Tak berapa lama, tanpa terduga
sebelumnya, di sungai yang cukup tenang itu muncul buaya muara sepanjang 7
meter. Sang buaya berwarna kecoklatan itu langsung menerkam kaki korban hingga
ke bagian paha.
Mengetahui
kejadian tersebut, rekan korban kaget dan berusaha untuk menolong. Hanya saja,
kegesitan buaya muara ini tak mampu tertandingi. Tubuh korban terjatuh ke
sungai dan langsung tenggelam ditarik buaya.
“Buaya
muncul tiba-tiba dan menangkap kaki korban. Bahkan,dari keterangan saksi, buaya
menimbul-tenggelamkan tubuh korban. Hingga akhirnya menghilang dan tak muncul
lagi. Sampai sekarang, tubuh korban belum ditemukan. Petugas dibantu warga
sekitar masih melakukan pencarian,”kata Kepala Desa Bentayan Mirjawawi .
Pulun
Buaya
Korban
kali ini berasal dari Pemulutan. Daerah Pemulutan, selama ini dikenal sebagai
daerah yang dipenuhi legenda buaya. Lambang kecamatan ini pun, buaya. Mereka
sangat percaya dengan legenda-legenda mengenai buaya.
"Sebagian
besar warga Pemulutan percaya, nenek moyang mereka adalah buaya. Sebab ilmu
buaya, misalnya menjadi pawang buaya, banyak dikuasai masyarakat
Pemulutan," kata Koharuddin (62), warga Kertapati.
Koharuddin
menambahkan, banyak warga Pemulutan yang dapat berubah menjadi buaya jika masuk
ke dalam sungai atau rawa.
Di
masyarakat Palembang
juga ada kisah menarik dari abad ke-16. Saat itu raja Palembang bingung bagaimana mengatasi
buaya-buaya yang berada di Sungai Musi.
Buaya-buaya
itu ganas dan dapat membuat warga terancam nyawanya. Lalu, sang raja
mendatangkan seorang pawang buaya dari India. Dengan janji akan memberikan
banyak hadiah, sang raja meminta si pawang menjinakkan buaya-buaya di sungai
Musi. Buaya-buaya itu pun jinak. Si pawang pun menerima banyak hadiah.
Kemudian
raja mengajak sang pawang ke daerah pedalaman yang banyak buayanya. Kembali
pawang itu menaklukkan buaya-buaya menjadi jinak. "Coba kau buat
buaya-buaya itu kembali menjadi ganas. Aku mau tahu bagaimana kehebatan
ilmumu?" kata sang raja.
Pawang
yang sudah mabuk pujian itu kemudian membuat buaya-buaya itu menjadi ganas.
Ayam dan ternak yang dilempar ke sungai dengan cepat dimakan buaya. Dan, ketika
si pawang lengah, seorang prajurit kerajaan Palembang mendorong pawang ke gerombolan
buaya. Tak ayal si pawang itu mati dimakan buaya. Lokasi terbunuhnya pawang itu
diperkirakan di pesisir timur Sumatera Selatan, seperti Pulaurimau, atau di
kawasan Pemulutan.
Belum
jelas, ada kaitan atau tidak antara warga Pemulutan yang kali ini kemudian
menjadi korban dimangsa buaya di wilayah Pulaurimau. Seperti terdapat dalam
kisah di atas.
Berkali-kali
Buaya
memangsa manusia memang bukan baru kali ini. Untuk peristiwa di Pulaurimau,
Banyuasin, berdasarkan catatan Sinar Harapan ternyata sudah terjadi
berkali-kali. Sejak tahun 2008 lalu saja, sudah lebih dari lima
kali dan korbannya pun cukup banyak.
Korban
buaya yang diketahui, Trisnawati (25) yang sedang mandi pada Rabu (5/3/2008).
Korban selamat berkat perjuangan ibunya yang berada di dekat tempat kejadian.
Ketika itu, Rohima (40) yang melihat putrinya diterkam buaya di Sungai
Batanghari, Desa Mukut, Kecamatan Pulaurimau, Kabupaten Banyuasin, Sumatera
Selatan, langsung menolong terjun ke sungai. Rohima pun turut terseret dan
bergelut dengan buaya ke tengah sungai. Usahanya membuahkan hasil. Kaki trisnawati
yang terkoyak berhasil dilepaskan.Trisnawati akhirnya selamat, namun kedua
kakinya terluka cukup parah. Wanita muda ini pun harus menjalani 50 jahitan di
Rumah Sakit Umum Banyuasin.
Lalu
di tahun yang sama, buaya kembali memangsa
manusia di Sungai Lalan, Kecamatan Pualu Rimau, Banyuasin. Tepatnya 12 November
2008. Saat itu yang menjadi korban,
Sudirman (23), warga Desa Sri Menanti, Kecamatan Tanjung Lago.
Peristiwa yang menewaskan Sudirman terjadi pada
Rabu (12/11/2008) sekitar pukul 10.00 WIB. Saat itu korban bersama rekannya
Bambang, Darwin dan David tengah menambatkan perahunya di Sungai Lalan,
Kecamatan Pulau Rimau. Secara tiba-tiba muncul seekor buaya sepanjang tujuh
meter langsung menerkam korban dan membawanya ke dalam sungai.
Sekitar pukul 22.00 WIB, tubuh korban Sudirman ditemukan di Sungai Lalan, Kecamatan Pulau
Rimau dalam kondisi tak utuh. Bagian pinggang ke atas hilang dimangsa buaya.
Demikian juga kaki sebelah kiri. Yang ada hanya kaki sebelah
kanan dan paha kiri hingga terputus sampai lutut. Bagian tubuh korban ditemukan
oleh keluarganya tak jauh dari lokasi kejadian, setelah sebelumnya keluarga korban
dibantu petugas Polsek Pulau Rimau menyisir Sungai Lalan.
Korban
berikutnya, Rusli (40), warga Karang Agung Ilir Kecamatan Pulau Rimau,
Banyuasin. Peristiwa ini terjadi Senin (8/12/2008) sekitar pukul 18.30 WIB.
Serangan
buaya yang di perkirakan mencapai 4 meter tersebut tak merenggut nyawa. Nelayan
itu mengalami luka di sekujur tubuh akibat serangan binatang yang terkenal buas
tersebut.
Informasi yang didapat, sepanjang 2008 ini, reptil
raksasa yang bisa mencapai panjang tujuh meter ini sudah memakan sembilan
korban, delapan orang di antaranya tewas mengenaskan. Bahkan, tujuh korban
hingga kini belum ditemukan.
Salah
satu korban yang selamat dari keganasan buaya di aliran Sungai Lalan, Kecamatan
Pulau Rimau, Juma’in (17), warga Desa Sri Menanti. Juma’in selamat lantaran
buaya yang menerkam dirinya berlari ke darat. Oleh teman-teman dan orangtuanya,
kepala buaya tersebut langsung dipukul dan akhirnya buaya tersebut melepaskan
Juma’in dan kembali masuk ke dalam sungai.(muhamad nasir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar