Selasa, 31 Juli 2012

Wakapolres OI Diperiksa Propam


Wakapolres OI  Diperiksa Propam

Palembang: 
Wakapolres Ogan Ilir termasuk salah satu dari 110 anggota Polisi dari berbagai kesatuan di Polda Sumsel, diperiksa Propam Polres Ogan Ilir terkait aksi penembakan yang menewaskan warga Limbang Jaya, Jumat (27/7) lalu.  Hal ini dikemukakan Pjs Kabid Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod Padakova, Selasa (31/7).
Menurut Djarod,  110 anggota Polri tersebut terdiri dari 70 orang personel Brimob, 18 personel gegana, 8 reserse, 9 personel satuan Narkoba, seorang personel Sabhara dan tiga personal dari Lantas. Termasuk diantaranya Wakapolres Ogan Ilir Kompol Awan Haryono sebagai komandan dalam operasi tersebut.
"Wakapolres Ogan Ilir juga diperiksa, karena dia yang menjadi penanggungjawab dalam operasi tersebut,"  jelas Djarod.
Pemeriksaan tersebut untuk mengumpulkan bukti dan fakta, seperti apa kronologis sebenarnya yang terjadi di lapangan. Sekaligus guna mengetahui, apakah tindakan yang dilakukan petugas sudah sesuai Protap atau melanggar disiplin.
 “Proses pemeriksaannya masih berjalan, hasilnya belum diketahui,” katanya.

Selanjutnya, terkait proyektil atau selongsong peluru yang ditemukan oleh tim pencari fakta dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Djarod mengatakan, belum bisa dipastikan benda tersebut merupakan proyektil atau selongsong peluru tajam. “Temuan itu akan diperiksa oleh Tim Labfor, untuk menyimpulkan apakah peluru tajam atau yang lain,” katanya.

Dia menjelaskan proyektil peluru tajam, peluru karet dan peluru hampa berbeda. Kalau proyektil peluru karet bergelombang, kalau peluru tajam tidak, sedangkan peluru hampa tidak ada proyektilnya bisanya digunakan di senjata panjang. “Dari proyektil itu juga bisa diketahui, jenis senjata yang digunakan,” katanya. 

Jenderal Diterjunkan

Sementara hari kelima kerusuhan Desa Limbang Jaya dan Tanung Pinang, petinggi Kepolisian dari Mabes Polri ramai mengunjungi TKP, tempat jatuhnya korban Angga Prima saat kericuhan yang terjadi hari Jumat(27/7).
Para  jenderal di tubuh kepolisian tampak di lapangan.  Mereka adalah Irjen Pol Drs  Syafei Aksal Kakorbrimob Polri,   Karo Provos Mabes Polri Brigjen Pol Sudjarno , dan Kadiv Polkam Mabes Polri. Warga setempat tampak berusaha memberikan keterangan pada setiap pertanyaan yang diajukan pihak kepolisian. Kepala Desa Limbang Jaya dan Tanjung Pinang pun membantu pihak kepolisian mendapat keterangan yang jelas.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Walhi Albert Nego Tarigan mengatakan, pihaknya juga mendesak Komnas HAM mengungkap kasus ini sejelas-jelasnya. Sisi lain dari semua ini, terutama sengketa agraria , sehingga perlu Walhi terus melakukan upaya politik di tingkat nasional yaitu DPR-RI dan pihak lain yang terkait masalah ini. Menurut Albert, Komnas HAM tengah melakukan konsultasi untuk mengungkapkan secara jelas tentang kejadian yang terjadi pada Jum’at(27/7). (sir)

Sketsa Peristiwa Penembakan Angga Darmawan



Inilah sketsa peristiwa penembakan yang menewaskan Angga Darmawan di Desa Limbang Jaya, Ogan Ilir, Sumsel pada Jumat (27/7). Sketsa ini dibuat berdasarkan pengumpulan data dan keterangan dari saksi dan korban yang dikumpulkan Tim Litbang dan Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Cinta Manis, Walhi Sumsel.  




Keterangan:

A: Titik awal keributan ketika iringan kendaraan polisi yang melakukan patrol melintasi jalan di Desa Limbang Jaya. Mobil ke enam berhenti dan terjadi clash antara petugas dan warga. Irin-iringan mobil polisi lebih dari 16 unit, termasuk water canon.

B: Lokasi Angga Darmawan ditemukan terkapar dengan luka tembak. Didepan rumah saksi Nurmamala dan berseberangan dengan Mesjid Darusalam.

C. Mesjid Darussalam

Jarak antara titik A dengan titik B sekitar 89 meter. Lokasi penembakan sekitar 10-15 meter dari arah selatan ke utara. Penembak melepaskan tembakan beruntun mengenai pintu rumah H Rajab. Tiga kaca pintu tembus dan ada bekas tembakan di kusen. Angga berdiri di posisi yang dilintasi jalur peluru penembak dan peluru pun diperkirakan mengenai kepalanya.

Lokasi TKP, terdiri dari empat desa. Yakni Tanjung Pinang II, Tanjung Pinang I, Limbang Jaya I dan Limbang Jaya II. Ada tiga jalan yang dapat digunakan memasuki keempat desa ini. Jalan Darat ebelah Timur, jalan tengah, dan jalan Laut sebelah Barat.

Sumber: Tim Litbang dan Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Cinta Manis, Walhi Sumsel




Menurut Koordinator Tahta, Mualimin, lokasi Angga tertembak, sekitar 89 meter dari titik pertama keributan. “Sementara penembakan diperkirakan sekitar 15 meter hingga 89 meter,” jelasnya.


Jarak antara titik A dengan titik B sekitar 89 meter. Lokasi penembakan sekitar 10-15 meter dari arah selatan ke utara (lihat sketsa). Penembak melepaskan tembakan beruntun mengenai pintu rumah H Rajab. Tiga kaca pintu tembus dan ada bekas tembakan di kusen. Angga berdiri di posisi yang dilintasi jalur peluru penembak dan peluru pun diperkirakan mengenai kepalanya.

Senin, 30 Juli 2012

Bukti Proyektil Diserahkan ke Polisi Tanpa Disaksikan Komnas HAM


Tim Komnas HAM dan KPAI menyaksikan olah TKP oleh Tim Labfor Mabes Polri

Palembang:


Tim Komnas HAM batal menyaksikan penyerahan proyektil yang ditemukan  bidan Lia, di tubuh Yarman (salah seorang korban penembakan Brimob), Senin (30/7) kepada pihak kepolisian.
Tim Komnas HAM kumpulkan data dan keterangan dari saksi dan korban
Rencana penyerahan barang bukti tersebut ternyata melenceng dari rencana semula. Awalnya, seperti diberitakan sebelumnya, Tim Komnas HAM yang dipimpin Nur Kholis bersama Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Cinta Manis menyaksikan penyerahan barang bukti mirip proyektil yang ditemukan bidan Lia yang praktik di Desa Limbang Jaya saat melakukan pertolongan pertama  kepada korban beberapa saat setelah terjadi penembakan.
Proyektil ini sendiri bukan ditemukan di tubuh almarhum Angga seperti berita sebelumnya , namun di tubuh korban Yarman yang akhirnya bersama korban lainnya juga dievakuasi ke RS Bhayangkara.
Bidan Lia yang juga Kepala Puskesmas TanjungBatu ketika dihubungi Koordinator Tim Tahta Mualimin menyatakan bahwa barang bukti proyektil sudah diserahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Ogan Ilir H Kosasih pukul 7.30 pagi.
Anehnya, ketika Tim ini menemui Kosasih di ruang kerjanya untuk menyaksikan penyerahan benda tersebut ke pihak kepolisian, ternyata sudah diserahkan malam sebelumnya. “Sudah saya serahkan tadi malam. Di rumah. Bukan, di Polsek,” kata Kosasih.
Anggota KPAI Sumsel. Hj Romlah
Kosasih sendiri menyatakan bahwa penyerahan itu disertai bukti serah terima namun dia tidak menyebuitkan  identitas    polisi yang menerima barang bukti itu. Dia pun enggan memperlihat surat tanda terima tersebut.  Karenanya, akhirnya proses penyerahan barang bukti itu gagal disaksikan oleh tim Komnas HAM dan Tahta.
selongsong peluru yang ditemukan warga
Terkait kegagalan menyaksikan penyerahan barang bukti itu, Nur Kholis menegaskan hari ini timnya akan memperdalam dan melanjutkan investigasi terhadap beberapa saksi dan korban. Termasuk terhadap Bidan Lia yang kemarin tidak bisa ditemui dan tidak bisa dihubungi.
Menurut keluarganya, Bidan Lia pergi ke Kayu Agung untuk urusan yang tak disebutkan. Sebelumnya, menurut Mualimin, bidan Lia cukup koperatif.
Desa Limbang Jaya kemarin, tim Labfor dari Mabes Polri dan  Polda Sumsel melakukan olah TKP ketiga kalinya. Selama proses  tersebut, mereka dikerumuni warga.
Sementara informasi yang didapat, hingga kemarin jumlah personel polisi yang melaksanakan pengamanan di PTPN VII unit usaha Cinta Manis sebanyak 2.000 personel, terdiri dari BKO Polda Sumsel 763 personel, BKO Mabes Polri 678 personel, Polres OI 479 personel, dibantu TNI dari Kodim 80 personel. Namun mereka tidak terlihat di sekitar Desa Limbang Jaya.
Beda Pendapat
Pihak Kepolisian dan Komnas HAM serta warga beda pendapat soal kondisi di lapangan. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Kombes Boy Rafli Amar yang menyatakan bahwa penembakan aparat Brimob menggunakan gas air mata dan peluru karet. 
Tak urung, warga yang mendengar pernyataan tersebut melalui siaran langsung di stasiun televisi swasta itu kemarin mengaku geram. “Kami geram dan sangat panas mendengar penjelasan itu. Tidak seperti kondisi di lapangan. Banyak selongsong peluru, ada yang langsung dibersihkan aparat usai menembak, namun masih banyak yang tersisa. Juga tak ada gas air mata,” ujar Kepala Desa Limbang Jaya I, M Amin di desanya..

 “Semua yang disampaikan Mabes Polri itu salah besar. Kami berada di lapangan sebagai saksi penembakan secara membabi buta yang dilakukan oknum Brimob Polda Sumsel. Petinggi di Mabes Polri hanya menerima laporan dan tidak mengetahui riil di lapangan. Kalau mereka  tidak tahu kronologis, jangan asal bicara,” timpal H Amir, tokoh masyarakat Desa Limbang Jaya. 
.
Menurut H Amir,  sebelum terjadinya penembakan, datang sekitar 16 mobil kepolisian beriringan memasuki Desa Limbang Jaya dan berhenti di tikungan menuju arah laut Desa Limbang Jaya.Sesampainya di sana, aparat Brimob mengacungkan senjata laras panjang ke arah massa. Spontan massa ketakutan.Atas inisiatif dan sebagai tetua desa, dia hendak menenangkan ratusan warga dan bernegosiasi dengan aparat. Tetapi, dialogis tak diindahkan aparat,bahkan aparat menantang warga yang melawan untuk keluar. 


“Saya sempat diacungi senjata ke arah punggung dan dilarang keluar masuk ke rumah. Apa salah kami Pak sehingga desa kami ini dianggap seperti sarang teroris. Setelah menembaki warga,selongsong peluru diambil lagi oleh anggota Brimob,”tutur dia.
Rumah keluarga Angga Darmawan
Anggota BPD Desa Limbang Jaya Subhan mengaku sempat berbicara dengan anggota Brimob bernama Barli yang diketahui sebagai komandan dalam aksi sweeping tersebut. Dia meminta Barli menarik pasukannya dan menahan tembakan. “Saya ini dari pemerintahan desa bermaksud menenangkan warga.Tapi, ternyata dibalas Brimob dengan perkataan “Kami tidak butuh pemerintah”.  Bahkan, ada warga yang diterjang, dijambak, hingga dipukul berkali- kali. Setelah itu, semua selongsong peluru diambil Brimob. Jadi Apa yang di-lontarkan Boy Rafli salah besar karena tidak sesuai fakta yang kami alami di lapangan,” ujarnya.
Peluru Tajam
Ketua Tim Komnas HAM,  Nur Kholis mengungkapkan soal temuan sementaranya. “Kalau polisi menyatakan tidak ada peluru tajam, temuan di lapangan ternyata ada selongsong peluru tajam yang ditemukan warga. Bahkan ada peluru yang masih aktif. JUga ada temuan proyektil di tubuh salah satu korban penembakan,” ujar mantan Direktur LBH Palembang ini.
Nur Kholis juga menjelaskan, berdasarkan investigasi dengan saksi-saksi dan korban di lapangan diketahui perisitwa terjadi sekitar pukul 15.30 hingga 16.00. Dimulai  tembakan ke atas 2 dan 4 kali oleh petugas saat melintas di jalan desa. Ketika itu, iring-iringan kendaraan polisi melewati desa melalui jalan laut. Saat mobil kelima melintai, diteriaki oleh beberapa warga. Lalu kendaraan urutan ke enam berhenti dan turun empat petugas. Beberapa orang dipukuli, ada yang ditarik bajunya hingga robek.
Setelah itu, terjadi dialog antara warga dan pihak kepolisian yang membuat suasana semakin memanas. Lalu pihak kepolisian dari truk pun turun bersamaan. Kondisi mulai tak terkendali. Warga dan pihak polisi pun berhadapan dan beberapa tokoh masyarakat mencoba menenangkan warga. Lalu terdengar pukulan bedug di mesjid sebagai pertanda ada kejadian. Sudah menjadi kebiasaan, kalau ada hal-hal yang diluar dugaan, warga  Limbang Jaya memukul bedug. Dan warga pun berdatangan ke sumber suara. Sampai akhirnya, Angga ditemukan dalam kondisi terluka,
Lokasi Angga tertembak, sekitar 89 meter dari titik pertama keributan. “Sementara penembakan diperkirakan sekitar 15 meter hingga 89 meter,” jelasnya.
Polisi Diperiksa

Makam almarhum Angga Darmawan di Desa Limbang Jaya
 Sebanyak 100 polisi di tempat kejadian peristiwa, sejak empat hari terakhir diperiksa tim Bidang Propam Polda Sumsel dan penyidik Ditreskrimum Polda Sumsel di salah satu posko tak jauh dari lokasi kejadian. 

Pjs Kabid Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod Padakova mengungkapkan, pemeriksaan dilakukan secara intensif untuk mengungkap peristiwa yang sebenarnya. ”Semua anggota di lokasi saat kejadian, mulai anggota Brimob, Dalmas, Reserse, hingga Intel dari Polres OI, diperiksa dalam bentuk berita acara pemeriksaan (BAP), termasuk para komandan lapangan saat itu,” ungkapnya di ruang PPID Polda Sumsel kemarin. 


Karo Provos Mabes Polri Brigjen Pol Sudjarno mengungkapkan,kedatangannya bersama tim Mabes Polri terkait kasus bentrok Ogan Ilir hanya sebatas melakukan atensi. (sir) 

Bidan Serahkan Proyektil di Tubuh Korban ke Polisi

Benda mirip proyektil


 PALEMBANG – Bidan yang melakukan pertolongan pertama terhadap  Yarman, korban penembakan anggota Brimob di Desa Limbang Jaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Jumat (27/7), akan menyerahkan proyektil yang ditemukan  ke polisi, disaksikan tim dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Senin (30/7).
“Proyektil nanti akan diserahkan bidan ke polisi di depan kami,” kata Nur Kholis dari Komnas HAM Senin pagi.
Korban Yarman di RS Bhayangkara
Nur Kholis saat ini sudah berada di Palembang bersama tiga anggota Komnas HAM lainnya untuk melakukan penyelidikan terhadap penembakan warga oleh Brimob pekan lalu.
“Kami akan ada di sini selama empat hari. Ke TKP untuk menemukan sketsa kejadian, ketemu saksi-saksi, dan juga ke pemakaman,” ujarnya. Segera setelah ada hasil dari penyelidikan tersebut, Komnas HAM akan memberikan rekomendasi sementara.
Nur Kholis mengatakan, laporan tentang kisruh lahan di Ogan Ilir, yang menghadap-hadapkan petani atau warga setempat dengan PTPN VII Unit Usaha Cinta Manis, sudah diterima Komnas HAM sejak setahun lalu. “Tahun lalu sudah dilaporkan dan kami terus melakukan monitoring,” ujarnya.
Sementara itu, dari Palembang dilaporkan, warga menuntut pencopotan Kapolda Sumsel dan Kapolres Ogan Ilir segera setelah insiden penembakan yang melukai warga dan menewaskan Angga.
Warga juga minta Polda Sumsel segera menarik mundur aparat TNI Polri di wilayah PTPN VII unit usaha Cinta Manis, mengusut tuntas dan memberhentikan aparat yang terlibat tindakan kekerasan dan penghilangan nyawa petani, mencabut HGU PTPN VII unit usaha Cinta Manis, serta membebaskan seluruh petani yang ditahan.
Tuntutan senada disampaikan Indonesia Police Watch (IPW) Sumsel. Koordinator IPW SumselShofuansyah menegaskan pejabat polisi terkait harus mundur karena dengan peristiwa ini menunjukkan kerja tak profesional.
Sementara itu, kelompok mahasiswa yang menamakan dirinya Mahasiswa Hijau Indonesia (MHI),Sabtu (28/7), mendatangi Polda Sumsel. Dalam aksinya, mahasiswa yang tergabung dari berbagai perguruan tinggi di Sumsel ini mengecam dan memprotes keras tindakan aparat Brimob.
Kepala Sekolah Madrasah Jam’iah Islamiah (MJI) Tanjung Pinang Aprizal Hasbi MJI mengungkapkan, Angga termasuk siswa aktif dan terakhir diangkat sebagai ketua kelas VII A MJI Tanjung Pinang. “Kami berharap kasus ini diusut tuntas dan terungkap anggota Brimob yang membabi buta menembaki warga Desa Tanjung Pinang, Desa Limbang Jaya, hingga menewaskan Angga,” katanya.
Benda mirip proyektil di tubuh Yarman
Darmawan (46), ayah korban, juga mengutuk penembakan anaknya. Dia mengaku terkejut dengan informasi yang diterimanya melalui ponsel, Jumat (27/7) malam, mengenai kematian anaknya. Apalagi, kematian buah hatinya itu akibat diberondong peluru anggota Brimob. Saat kejadian, dia sedang berada di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Tebo, Provinsi Jambi, menjalankan rutinitas sebagai pandai besi.
“Mendengar itu, saya langsung pulang dan tiba di rumah Sabtu, pukul 03.00 WIB. Saya minta masalah ini diusut tuntas. Saya minta keadilan. Siapa pun anggota Brimob yang menembak anak saya, harus dihukum seberat-beratnya,” ujarnya.
Saat ini, menurut Koordinator Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Cinta Manis, Mualimin, sedikitnya 30 pengacara menyatakan siap mendampingi korban insiden ini dalam proses hukum.
Tolak Karangan Bunga
Warga Desa Tanjung Pinang mengaku trauma dan kecewa dengan sikap aparat kepolisian yang dengan sengaja membabi buta menembaki warga. Burhan, salah seorang warga setempat mengatakan, warga desanya menolak kiriman karangan bunga duka cita atas nama Kapolres Ogan Ilir, Kapolda Sumsel, dan Kapolri.
“Karangan bunga itu tidak sepatutnya dikirimkan karena semua warga trauma dan kecewa atas terjadinya penembakan tersebut. Lihat saja karangan bunga itu habis dipereteli. Kami tidak terima atas penghinaan ini. Di tengah kematian yang menimpa warga di sini, justru mereka mengirimkan karangan bunga,” katanya.
Wakil Ketua DPRD Ogan Ilir Arhandi Thabrani menyatakan akan membentuk tim panitia khusus (pansus) investigasi atas kasus ini. “Kami juga minta warga dapat menahan diri dan tidak mudah terprovokasi dengan hal-hal yang dapat menyebabkan tindakan yang menjurus ke anarkistis,”ucapnya.
Olah tkp di Desa Limbang Jaya, Senin (30/7)
Kapolda Sumsel Irjen Dikdik Mulyana Arief Mansyur berjanji mengusut tuntas kasus tewasnya Angga. “Saat ini petugas masih bekerja, dan mudah-mudahan, hasil labfor dapat diketahui dalam waktu dekat ini, sehingga kasus penembakan bisa terungkap. Kami belum bisa memastikan pelaku penembakan, masih tunggu hasil identifikasi, biar jelas semuanya,” katanya saat memimpin langsung rekonstruksi kasus tersebut di TKP, Minggu (29/7).
Awalnya ratusan warga menolak kedatangan polisi yang hendak melakukan rekonstruksi di desa mereka. Warga hanya memperbolehkan sejumlah polisi saja yang bisa masuk ke desa tersebut, dalam hal ini Kapolda, Kapolres dan tim labfor.
Itu pun setelah melalui negosiasi alot dengan warga dan kades setempat. Pantauan di lapangan, tim forensik yang berjumlah lima orang langsung bekerja dikerumuni warga. (sir)

Sabtu, 28 Juli 2012

GUBERNUR AJAK MASYARAKAT 4 LAWANG PELIHARA KAMTIBMAS




Tebing Tinggi:

Pada hari ke 8 Ramadhan 1433 H Gubernur Sumatera Selatan H Alex Noerdin dan Ketua TP PKK Sumsel Hj Eliza Alex, Sabtu (28/7) melakukan serangkaian kunjunganya dalam rangka Safari Ramadhan ke Kabupaten Empat Lawang.     

Setibanya didaerah ini Gubernur dan rombongan disambut Bupati Empat Lawang Budi Antoni Al Jufry serta FKPD setempat.     Mengawali Safari ramadhanya Gubernur Sumsel H Alex Noerdin disela-sela Menjelang Buka Puasa bersama Tokoh Masyarakat dan jajaran Pemerintah Kabupaten Empat Lawang menerima laporan berbagai program yang tengah, sedang dan akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten empat Lawang seperti yang disampaikan Bupati Empat Lawang.     

Dalam sambutanya Bupati Empat Lawang Budi Antoni Al-Jufry mengatakan situasi Kemanan dan ketertiban Masyarakat Empat Lawang saat ini cukup kondusif, hal ini menurut Budi dapat dilihat dari Kegiatan Masyarakat sehari hari yang berjalan lancar tanpa gangguan dan hambatan karena kerukunan antar masyarakat di daerah ini memang terjalin baik dan cukup terpeliihara, ini semua berkat kerjasama yang Baik antara Pemerintah dan masyarakat yang dipimpinya. 

“Alhamdulillah Bapak Gubernur kamtibmas didaerah kami cukup baik, ini semua berkat kerjasama kita semua, Pemerintah dan Masyarakat “ ujar Budi. Selain itu Bupati Empat lawang Budi Antoni Al-Jufry menyampaikan prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabupaten yang dipimpinya dalam pembangunan Bidang Ketahanan Pangan yang telah mendapatkan Penghargaan dari Pemerintah Pusat.

Sementara itu Gubernur Sumsel H Alex Noerdin dalam sambutanya menyampaikan rasa bangganya atas keberhaasil yang telah dicapai oleh Kabupaten Empat Lawang, terutama dalam Pembanguanan Bidang Ketahanan Pangan dan Kamtibmas.

Hal ini tentunya akan dapat menambah geliat pembangunan yang tengah dilaksanakan oleh Pemkab Empat Lawang selain tentunya memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam menjalankan Kehidupanya sehari-hari, dan untuk masalah Kamtibmas ini Gubernur meminta secara khusus kepada jajaran FKPD Empat Lawang untuk selalu mengamati dan dengan cepat menyelesaikan gejolak yang timbul ditengah masyarakat, agar situasi keamanan didaerah bisa teteap terjamin. 

Pada bagian lain Gubernur juga mengajak masyarakat untuk selalu bahu membahu menjjaga keamanan dilingkunganya agar kehidupan bermasyarakat dapat berjalan baik.  Sedangkan untuk bidang Pembangunan Ketahanan Pangan Sumsel menurut Gubernur memang merupakan salah satu daerah penyangga pangan nasional, oleh karena itu pihaknya Minta kepada Masyarakat Petani dan Jajaran Pemerintah Empat Lawang untuk terus meningkatkan kegiatan pertanianya dengan melakuakn inovasi bidang pertanian.     

Dalam Safari Ramadhanya ke Kabupaten Empat Lawang Gubernur juga memantau pergerakan harga harga Sembilan Bahan Pokok (Sembako) yang menurutnya masih dalam batas wajar, tetapi apabila nantinya terjadi lonjakan yang cukup tinggi pihaknya berencana melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga.

Usai melakukan buka puasa bersama dengan Masyarakat dan jajaran Pemerintah Kabupaten Empat Lawang Gubernur Sumsel H Alex Noerdin dan Bupati Empat Lawang Budi Antoni Al-Jufry melanjutkan Safarinya dengan melaksanakan Shalat Tarawih berjamaah di Masjid Jami’ Tebinggi Tinggi Empat Lawang.


Foto : Awaluddin/Humas Pemprov Sumsel

Jumat, 27 Juli 2012

IPW: Kapolres OI, Kapolda dan Dansat Brimob Harus Mundur


DESAK KAPOLRES OGAN ILIR, KAPOLDA DAN DANSAT BRIMOB POLDA SUMSEL MUNDUR DARI JABATANNYA

Menindaklanjuti, Insiden Pemukulan yang terjadi pada saat pengamanan oleh Aparat Kepolisian di Areal Perkebunan tebu milik PTPN VII. Independent Police Watch, setelah melakukan investigasi dan komunikasi dari beberapa korban tindakan represif Aparat Kepolisian, mendapatkan beberapa Fakta-fakta yang sangat tragis, dan tentunya menjadi cambukan serta mencoreng Institusi Kepolisian khususnya di Sumatera Selatan. Kronologi insiden tersebut, adalah sebagai berikut;

Pertama, bahwa pada tanggal 07 Juli 2012 telah terjadi Mediasi di DPRD Kabupaten Ogan Ilir yang menghasilkan kesepakatan bahwa, PTPN VII dipersilahkan tetap beroperasi melakukan aktivitas produksi sebagaimana mestinya, dan Warga Cinta Manis diizinkan untuk mematok lahan.

Kedua, bahwa pada tanggal 17 Juli 2012 telah terjadi Pengamanan (Penangkapan) 5 orang warga cinta manis kaupaten ogan ilir, dan satu anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan (Bapak Rusdi Tahar, S.E) yang menjadi korban tindakan represif Aparat Kepolisian. Meskipun, pada malam harinya warga yang diamankan oleh aparat kepolisian dibebaskan.

Ketiga, bahwa pada tanggal 18 Juli 2012 telah terjadi Penyerbuan oleh Aparat BRIMOB ke Posko Warga di desa Sri Bandung, saat di lokasi warga hanya berjumlah 22 orang. Sementara, aparat Brimob berjumlah ±500 personil. Diduga terjadi penyiksaan terhadap warga yang berada di lokasi tersebut, 12 Orang ditangkap dan 8 orang berhasil melarikan diri.

Keempat, bahwa pada tanggal 19 Juli 2012 warga cinta manis melakukan aksi massa di depan Mapolda Sumsel hingga malam hari, dalam rangka menuntut penangguhan penahanan 12 orang warga yang ditangkap. Setelah melakukan negosiasi akhirnya pihak kepolisian melepaskan 3 orang warga dengan alibi tidak terbukti membawa, atau menggunakan senjata tajam (sajam), sementara 9 orang masih ditahan karena terbukti membawa atau menggunakan senjata tajam.

Kelima, bahwa pada tanggal 22 juli 2012 aparat kepolisian melakukan pemanggilan terhadap 5 orang warga cinta manis dengan alasan telah memasuki areal perkebunan milik PTPN VII yang diduga tidak memiliki alasan atau perihal untuk dilakukan penangkapan.

Keenam, bahwa pada tanggal 26 Juli 2012 Aparat Kepolisian dari personil Brimob yang menurukan hampir 23 Truck anggota Satbrimob, melakukan sweeping dan penggeledahan di 3 desa di antaranya; Desa Betung, Sri Tanjung, dan Sri kembang. Kemudian menangkap 3 orang petani yang dituduh melakukan pencurian. Karena rasa khawatir tersebut, warga berkumpul dan mendatangi sejumlah Aparat Brimob tersebut untuk mempertanyakan maksud dan tujuannya. Namun, karena suasana cukup menegangkan dan mencekam terjadilah kontak senjata yang berasal dari Aparat Brimob ke arah warga.






Ketujuh, bahwa Akibat insiden tersebut pada tanggal 26 Juli 2012, telah banyak menelan korban dari warga. Yang sangat menyedihkan, Seorang anak berumur 12 Tahun bernama Angga bin Darmawan menjadi Korban Penembakan dan tewas. Beberapa orang diantaranya yang mendapatkan luka tembak, 2 orang perempuan  dan 1 orang laki-laki dalam keadaan koma. Sampai saat ini, Aparat Kepolisian bersenjata lengkap masih berada dilokasi melakukan pengamanan ketat.

Berdasarkan hal tersebut diatas, Independent Police Watch Sumatera Selatan menyatakan hal-hal sebagai berikut;

Pertama, Bahwa tindakan represif Kepolisian pada saat Insiden yang terjadi di Areal Perkebunan Tebu Milik PTPN VII. Jelas, merupakan Indikasi Tidakan Kekerasan yang sangat tidak wajar dilakukan oleh aparat kepolisian, dan diduga bertentangan dengan UU Nomor 02 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, sesuai dengan Pasal 2 yang menyatakan bahwa, Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Kedua, bahwa akibat tindakan represif tersebut banyak menelan korban dari Warga Cinta Manis dan juga Anggota Dewan yang semestinya mendapat perlindungan dan pengamanan sebagai Pejabat Negara malah menjadi Korban Kelalaian dan Kesalahan fatal aparat Kepolisian, yang secara jelas dituangkan dalam UU No.02 Tahun 2002, memiliki fungsi Perlindungan, Pengayoman, Pemeliharaan Keamanan, dan seterusnya justru diduga telah menyalahi tugas dan fungsi Kepolisian sebagaimana mestinya.

Ketiga, bahwa dari beberapa kesimpulan tersebut. Independent Police Watch Sumatera Selatan yang concern terhadap Profesionalisme Institusi kepolisian dengan ini MENDESAK KEPADA KAPOLRI UNTUK MENCOPOT KAPOLRES OGAN ILIR AKBP DENI DHARMAPALA, KAPOLDA SUMSEL IRJEN POL DIDIK M ARIEF MANSYUR DAN DANSAT BRIMOB POLDA SUMTERA SELATAN KOMBES POL DRS. H.A MOHAN DAENG PABALI SEBAGAI KONSEKUENSI DAN PERTANGGUNGJAWABANNYA TERKAIT INSIDEN YANG TERJADI.

Keempat, Bahwa terkait Insiden dan Konflik yang terjadi, Mendesak Kepada KOMNAS HAM dan KOMISI III DPR RI untuk segera Membentuk Tim Investigasi dalam Menyelesaikan Konflik tersebut, sebagai Instrumen Penegakkan Hukum dan HAM yang memiliki wewenang penuh serta tanggung jawab konstitusi untuk segera direalisasikan.

Kelima, bahwa IPW Sumsel mendesak kepada Kepolisian Daerah Sumatera Selatan berserta jajarannya untuk tidak terjebak pada Skenario Opini Publik yang Kontra produktif dan menjadikan Insiden Konflik antara Warga Cinta Manis dengan PTPN VII Kabupaten Ogan Ilir sebagai Dugaan Rekayasa dalam rangka mempidanakan Warga Cinta Manis yang berakibat Membiaskan persoalan dan melemahkan Perjuangan Warga atas hak-hak yang mereka tuntut, serta Mendesak kepada Institusi Kepolisian untuk menjalankan Tugas dan Fungsi sebagaimana mestinya sebagai Pemelihara Kemanan dan Memberikan Perlindungan, Pelayanan yang utuh kepada Warga Cinta Manis dan PTPN VII.

Demikian Release ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. 


Palembang, 27 Juli 2012

PENGURUS
INDEPENDENT POLICE WATCH
SUMATERA SELATAN



ADE INDRA CHANIAGO                                      JHON KENEDY
Direktur Eksekutif                                    Kadiv. Informasi&Publikasi

Mengetahui,




Sofhuan Yusfiansyah, SH                          Sri Lestari Kadariah, SH
Kordinator Daerah                                                 Koordinator Harian


Angga, Bocah Korban Sengketa Lahan Warga vs PTPN VII









Palembang, 


Agga Darmawan (12), tewas tertembak peluru tajam Brimob Jumat (27/7) sore di desa tetangganya. Limbang Jaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Bocah putra keempat pasangan  Yuhana dan Darmawan ini  terkapar setelah peluru menembus kepala belakang sebelah kirinya.
Selain Angga, empat warga lainnya kini dirawat di RS Bhayangkara Polda Sumsel. Keempat korban  luka tembak tersebut, Rusman (36), Yarman (45), Farida (49), dan Jesica (16). Kelima korban, dievakuasi ke RS Bhayangkara Polda Sumsel, Palembang.

Informasi yang didapat Sinar Harapan, Desa Limbang Jaya memang termasuk salah satu desa yang dalam sepekan terakhir menjadi ‘wilayah panas’ karena konflik berkepanjangan antara warga dengan PTPN VII.
Sama seperti di desa-desa lainnya seperti Sri Bandung, Betung, dan Sentul, aparat  polisi dan Brimob melakukan sweeping terkait dugaan pencurian pupuk milik PTPN saat terjadi kerusuhan sebelumnya.  
Korban, semasa hidupnya tercatat sebagai siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah (MTs, setingkat SLTP) Jamiah Islamiyah, Tanjung Pinang, Ogan Ilir.

Korban  tergeletak bersimbah darah di jalan depan Masjid Darussalam Desa Limbang Jaya I Dusun II RT 02 RW 02 Limbang Jaya Kecamatan Tanjungbatu. Saat itu, mendengar ada ramai-ramai Angga bersama anak-anak lainnya keluar dan  melihat kondisi yang ada. Apalagi, di sana terlihat puluhyan truk polisi.

Angga sendiri, tinggal di Desa Tanjung Pinang, sekitar 1 km dari Desa Limbang jaya. Dia ke Limbang Jaya untuk bermain dingdong (play station). Yuhana, ibu korban menuturkan, dirinya tak punya firasat apa-apa dengan kejadian yang menimpa anaknya.

“Saya tahu setelah beberapa waktu kejadian dan melihat anak saya sudah meninggal di Puskesmas, Tanjung Batu,” ujarnya dengan mata sebab di kamar mayat RS Bahayangkara Polda Sumsel, Juma malam (27/7).

Wanita lugu yang sehari-hari berprofsi sebagai penenun songket ini anya bisa pasrah. Dia tak mengetahui apakah puyranya tewas di tempat atau sempat dirawat

Seorang paman korban, Saidi yang mencoba mengangkat Angga yang terkapar pun ditembaki oleh Brimob. Akibatnya, Saidi pun nyaris tertembak.
Paman Angga, Asrori mengaku tak terima kematian  keluarganya. “Kami menuntut agar kasus ini diusut tuntas dan siapa pun pelakunya harus dihukum seberat-beratnya. Bila perlu dihukum mati,” katanya dengan nada tinggi. Ditambahkannya, banyak orang melihat bahwa yang menembak korban adalah Brimob. Tapi kami tidak tahu Brimob mana yang menjadi pelaku.  “Tugas polisi lah untuk mengusutnya,” katanya lagi.

Kecam dan Kutuk. 
Atas Kasus penembakan yang memakan korban jiwa terkait sengketa lahan di PTPN VII, mendapat perhatian khusus dari banyak kalangan. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Selatan (Sumsel) mengecam aksi aparat kepolisian dalam insiden tersebut.

Direktur WALHI Sumsel, Anwar Sadat menegaskan, kejadian penembakan terhadap warga menunjukan kegagalan institusi kepolisian dalam menghadapi permasalahan yang menyangkut sengketa lahan. Pihaknya juga menyoroti pihak PTPN VII yang seakan membiarkan masalah sengketa lahan berlarut-larut tanpa adanya penyelesaian yang konkret

"Sikap kekerasan yang dipertontonkan kepolisian sudah keterlaluan dan tidak menjalankan mandat Pancasila. Kami menuntut untuk Presiden harus segera memecat jajaran petinggi kepolisian terutama Kapolres Ogan Ilir dan bila perlu Kapolda Sumsel karena telah gagal menjalankan tugas,"
 tegas Sadat, saat mendampingi keluarga korban di RS Bhayangkara.

Mantan Pembina YLBHI Chairil Syah, Direktur Lembaga Perlindungan Anak Sriwijaya, Vebri Aliantani, Aktivis Anak Jalanan Tarech Rasyid, Wakil Ketua Masyarakat petani Indonesia JJ Polong, mengecam dan mengutuk tindakan kejam yang dinilai telah mengangkangi hukum dan HAM itu,
“Apa seperti itu prosedurnya, hanya untuk mengusut kasus pidana pencurian pupuk yang belum jelas dusuk persoalannya harus menurunkan pasukan Brimob dan polisi dengan kekuatan penuh, Berpeluru tajam pula. Ini bukan darurat sipil. Ini bukan kondisi perang. Warga kok dihadapi dengan senjata,” tegas Chairil Syah.

Kecaman keras datang dari Independent Police Watch (IPW) Sumsel. Koordinator Daerah IPW Sumsel Sofuansyah mendesak  Kapolri untuk mencopot Kapolres OI AKBP Darmapala, Kapolda Sumsel Irjen Pol Didiek M Arief Masnyur dan Dansat Brimob Sumsel Kombes HA Mohan Daeng sebagai konskeuensi dan pertanggungjawaban terkait indisen yang terjadi.

“Selain itu kami juga mendesak Komnas Ham dan Komisi III DPR RI segera membentuk Tim Investigasi dalam meyelesaikan konflik tersebut,”  ungkapnya.

Di Sumsel sendiri menurut Koordinator Tim  Advokasi Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Sinta Manis, Mualimin, sedikitnya 30 pengacara menyatakan siap mendampingi korban insiden ini dalam proses hukum.
Selain mengecam, para aktivis ini juga secara spontan memberikan bantuan kepada keluarga korban.

Polisi Diserbu
Pjs Kabid Humas Polda Sumsel AKBP R  Jharot Pandakova kepada wartawan menjelaskan, bentrok terjadi sekitar pukul 16.00  WIB di lahan Rayon Tiga Cinta Manis.

" Tim penyidik dari satuan Brimob dihadang oleh beberapa warga, mereka akan olah TKP perihal hilangnya 127 ton pupuk milik PTPN. Tujuh Cinta Manis. Saat ini kami masih menyelidiki kejadian tersebut, tim kami sedang meluncur ke TKP, jelasnya.

Sabara dan brimob tiba-tiba diserang membabi butai bberapa kendaraakorban dari warga 1 tewas, tiga luka-luka. Dari polisi beberapa kendaraan kacanya pecah dan penyok.

Soal peluru tajam yang menyebabkan korban berjatuhan, Jharot menjelaskan soal itu belum diketahui. Tidak jelas dari mana tembakan, karena petugas dibekali dengan peluru karet.

Saat diserbu, brimob yang paling belakang diserang dan diserbu warga yang beringas. Warga menggunakan batu dan senjata tajam, “kita mengadakan tindakan pengamanan dan tindakan kepolisian di lapangan 120 anggota  tim olah tkp dan tim   patroli dialogis.

Olah tkp dan patroli dialogis di beberapa tempat  yang dicurigai penympanan pupuk curian sejak kerusuhan pertama. Sebelumnya ditemukan 5 ton di pekuburan.

“Polisi tetap  laksanakan pengamanan pre-entif dan preventif  karena kondisi juga masih kondusif.

Pengamanan dilakukan terhadap PTPN VII dan di-back up TNI. Anggota di lapangan, lanjut Jharot,  sudah terlatih dan memiliki kemampuan langkah-langkah protap.
“Dari Propam membentuk tim untuk menyelidik prosedur di lapangan. Kalau ada yang tidak sesuai prosedur akan ditindak sesuai aturan yang berlaku,” tegasnya.

Kronologis Versi Walhi Sumsel

Direktur Walhi Sumsel Anwar Sadat dalam press releasenya mengemukakan kronologis penembakan Bromob terhadap warga Desa Limbang Jaya, Ogan Ilir:

Setelah Kamis (26/7) pasukan Brimob menyerang dan melakukan pengeledahan terhadap rumah rumah penduduk di desa Sri Bandung dan menangkap 3 orang warga yang dituduh melakukan pencurian.

Menjelang jumat ratusan aparat brimob kembali mengulangi tindakan intimidasi dan kekerasan terhdap petani, mereka mendatangi dan melakukan sweeping di 3 desa yaitu Desa Betung, Desa Sri Tanjung, dan Desa Sri Kembang dan menangkap sedikitnya 2 orang petani dari desa Sri Tanjung.

Pukul 16.00 Wib Ratusan Brimob tersebut yang membawa senjata lengkap dengan mengendarai sedikitnya 23 mobil truck kembali mendat ngi desa limbang jaya.

Warga yang melihat ratusan brimob memasuki desa mereka, akhirnya secara beramai ramai mendatangi pasukan tersebut dengan maksud menanyakan kepentingan Brimob memasuki desa mereka.

Namun melihat banyaknya warga mendatangi mereka, pasukan yang enggunakan senjata lengkap tersebut langsung mengeluarkan tembakan kearah warga. Bentrok antara Brimob dengan warga pun tak dapat di hindari.

Karena tembakan secara membabi yang dilakukan oleh aparat brimob tersebut, seorang Anak- anak berumur 12 tahun kelas 1 SMP yang bernama Angga bin Darmawan tewas tertembak dikepalanya, saat almarhum baru keluar dari tempat permainan Play station karena mendengar keramaian.

Saidi yang melihat angga tewas langsung mencoba mengangkat mayat angga namun tiba tiba Brimob mendatangi dia menodongkan senjata kepada saidi untuk segera melepaskan mayat tersebut, Saidi pun langsung meletakkan mayat tersebut.

Diinfokan bahwa warga yang alami luka tembak dan kritis sedikitnya 5 orang, 2 orang perempuan, 1 orang anak 16 tahun bernama Jesica cucu dari anggota DPRD Ogan Ilir, 1 orang ibu-ibu. 1 orang lagi bernama rusman bin alimin (kritis). Semua korban berada di puskesmas Desa Tanjung Batu dan telah dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara Palembang. Hingga tadi malam, ratusan brimob dengan senjata lengkap masih berada di simpang Desa Tanjung Pinang.

Rangkaian Kejadian

Koordinator Tim  Advokasi Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Cinta Manis, Ogan Ilir, Mualimin memaparkan rangkaian kejadian sebelum penembakan korban Angga.
Selasa, tanggal 17 Juli 2012, sekitar jam 08.30 WIB, aparat dari Kepolisian Sumatera Selatan mulai dikerahkan untuk datang ke wilayah sengketa di lokasi pabrik gula PTPN VII, di Kabupaten Ogan Ilir. 

Sejak saat itu Polisi melakukan penangkapan paksa terhadap warga desa, bahkan seorang
ibu dan bayinya umur 1,5 tahun ditangkap dan dibawa ke markas polisi resor Ogan Ilir pada tanggal 22 Juli 2012 yang baru lalu.

Menurut Mualimin, setiap saat warga desa diteror oleh pasukan Brimob Polda Sumsel, dan dilakukan penangkapan-penangkapan warga desa. 

Hingga tanggal 26 Juli 2012 sudah 30 warga desa yang ditangkap polisi secara paksa.

Tanggal 27 Juli 2012, sekitar jam 16.00 WIB, terjadi bentrok antara warga dengan polisi karena polisi melakukan tindakan semena-mena di desa Limbung Jaya, Polisi menembak
kan senjata mereka secara membabi buta sehingga mengakibatkan Angga Darmawan tewas tertembak di kepala saat lari keluar dari game centre  (permainan dingdong) karena mendengar keributan.
 
Saat melihat Angga terjatuh, warga mencoba menolong, tetapi dilarang oleh polisi. Tembakan serampangan polisi juga mengakibatkan dua orang perempuan (1 orang berumur 16 tahun bernama Jesica, dan 1 orang ibu), serta orang laki-laki bernama Rusman terluka parah.
(sir)