Senin, 16 Juli 2012

SFC Gelorakan Sepakbola Sumsel



Penulis: Agustian Pratama (Wartawan Topskor)

Gelora persepakbolaan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) saat ini sedang memuncak. Salah satu indikatornya, ikon sepakbola Sumsel klub Sriwijaya Football Club (SFC)  menjadi salah satu klub terkuat dan ditakuti klub sepakbola di Indonesia.

Musim tahun ini, SFC kembali mengukir prestasi dengan menjuarai Indonesia Super League (ISL). Bahkan, masih menyisakan empat pertandingan, tim lascar wong kito ini sudah memastikan sebagai juara.

Laskar Wong Kito, julukan SFC ini, sebelumnya sempat disebut-sebut sebagai ‘bayi ajaib’ karena sederet prestasi yang digapai klub  konversi dari Persijatim yang dibeli Pemprov Sumsel pada tahun 2005. Prestasi itu dimulai dari juara  Divisi Utama Liga Indonesia 2007. Lalu, SFC  menjadi satu-satunya klub di Indonesia yang hattrick. Mengoleksi double winner --Piala Copa serta Juara Liga Indonesia-- kompetisi 2008/2009 dan dua tahun berturut-turut menjadi jawara Copa Indonesia.

SFC juga menjuarai  Community Shield tahun 2010, lalu juara  Inter Island Cup 2010 dan di Liga Super Indonesia  2009/2010 menjadi Fair Play Team. Di Liga Champions AFC tahun 2009 SFC masuk ke babak penyisihan grup, dan di  Piala AFC 2010 mampu masuk ke babak 16 besar.

Di bawah naungan PT Sriwijaya Optimis binaan Gubernur Sumsel Syahrial Oesman kala itu, eksistensi klub yang memiliki homebase di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ) ini di Sumsel semakin lama semakin dicintai masyarakat Sumsel. Menjadi pemersatu masyarakat Sumsel, meski para pemain SFC bukan sepenuhnya diperkuat para pemain asal Sumsel.

Seiring waktu dan berakhirnya masa kepemimpinan Gubernur Syahrial Oesman pada 2008, SFC dibina Gubernur baru H Alex Noerdin, perusahaan yang menaungi SFC pun diganti menjadi PT SOM (Sriwjaya Optimis Mandiri). Mandiri yang diinginkan Gubernur Alex ini salah satunya  mandiri finansial tanpa harus membebani APBD Pemprov Sumsel.

Mimpi itu pun terwujud. Pada 2012 ini, SFC lepas dari ketergantungan terhadap APBD. SFC tidak mendapat suntikan dana dari  APBD Sumsel karena  dinilai sudah professional. Ini sesuai dengan peraturan Menteri Dalam Negeri, yang menyebutkan bahwa klub bola profesional tidak boleh lagi dianggarkan dalam APBD. Untuk mandiri pendanaan ini, SFC  telah mendapat sokongan dana dari berbagai sponsor. Tahun 2011, kebutuhan dana yang bersumber  dari APBD Sumsel sekitar  Rp25 miliar.

Pemain Lokal

Prestasi yang diukir SFC menjadi pemecut bangkitnya gairah persepakbolaan di Sumsel. Sumsel kembali diperhitungkan di bidang persepakbolaan di tanah air. Pemain-pemain profesional asal Sumsel seperti Ilham Jaya Kesuma ataupun pemain lokal di Sumsel pun sangat berminat bergabung ke SFC.

Alhasil,  cita-cita klub SFC didominasi pemain asal Sumsel mulai menunjukkan tanda-tanda bakal terwujud. Pemain asli Sumsel mulai memperkuat skuad SFC. Beberapa pemain asli Sumsel yang memperkuat SFC saat ini M Sobran, Jeki Arisandi,  Supardi,  Ilham Jaya Kusuma. Dan juga ada pemain magang seperti Try Hamdani Goentara, Risky Dwi Ramadhana, dan Darwin.

Pemerintah daerah dan Manajemen SFC semakin serius membina potensi muda untuk dijadikan bibit pesepakbola profesional asli Sumsel. Seleksi pemain Sriwijaya FC U-19 dan U-21 Januari 2012  lalu tanpa dipungut biaya. Tindakan ini cukup disambut baik masyarakat hingga peminatnya  membludak  mencapai sekitar 1.500 remaja ikut seleksi.
Remaja asal Sumsel ingin masuk dan dibina manajemen SFC tidak lain karena klub SFC selalu berjaya.


Kejayaan Masa Lalu

Berkembangnya persepakbolaan di Provinsi Sumsel tak lepas dari sebuah klub yang dulu pernah jaya dan bermarkas di Palembang di era 1980-an, yaitu Krama Yudha Tiga Berlian Palembang yang biasa disebut  KTB Palembang.  Kesebelasan ini merupakan binaan PT  Krama Yudha Tiga Berlian Motor Palembang, yang pemiliknya adalah Syarnubi Said.

KTB Palembang cukup berprestasi di eranya. Mulai dari juara Liga Indonesia  V/1989.  Juga pernah mewakili Indonesia di Piala Winners Asia I/1990-1991.  KTB pun pernah mengikuti kompetisi Galatama XI /1990-1992 meski hanya satu putaran.

Selain Krama Yudha Tiga Berlian, Sumsel khususnya Kota Palembang juga memiliki klub sepakbola yang juga dapat diperhitungkan, yaitu PS Pusri milik PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) dan juga PS Palembang milik Pemerintah Kota Palembang. Kedua klub ini  juga memberikan kontribusi lahirnya para pemain sepakbola berkualitas asal Sumsel. Hanya saja gaungnya belum seperti SFC.

Fasilitas

Upaya pengembangan olahraga sepakbola di Sumsel ke depan sangat didukung fasilitas olahraga yang dimiliki. Salah satunya Stadion GSJ eks Pekan Olahraga Nasional XVI  tahun 2004 yang sudah berstandar internasional. Stadion ini juga pernah digunakan untuk dua pertandingan dalam lanjutan Piala Asia AFC 2007, yaitu babak penyisihan grup D antara Arab Saudi dan Bahrain, serta perebutan tempat ketiga antara Korea Selatan dengan Jepang.
Terakhir, Kompleks Jakabaring Sport City (JSC) termasuk Stadion GSJ, digunakan untuk gelaran olahraga multi even Asia Tenggara, SEA Games XXVI/2011.

Sumsel juga memiliki Sekolah Olahraga Negeri Sriwijaya (SONS) atau Sriwijaya Sport School, untuk membina pelajar berbakat olahraga  berasal dari kabupaten/kota di Sumsel. Termasuk diantaranya, sepakbola. 

SONS diharapkan dapat mencetak bibit-bibit terbaik bidang olahraga asal Sumsel. Dalam implementasinya, Pemprov Sumsel menggandeng sekolah olahraga di negara tetangga Singapura yakni Singapore Sport School.  Kerjasama ini mulai dari kurikulum, materi pelajaran, hingga tenaga pengajar.
   
Persepakbolaan di Sumsel sudah dapat dikatakan maju. Kemajuan ini harus terus dipelihara dan ditingkatkan.  Mempertahankan dan meningkatkan kualitas persepakbolaan di Sumsel butuh kerja keras, keseriusan pemerintah, dan stakeholder lainnya. Salah satunya, manajemen klub sepakbola profesional seperti SFC.  Juga harus  didukung masyarakat Sumsel itu sendiri. (***)


Tidak ada komentar: