Penulis:
Agustian Pratama (Wartawan Topskor)
Gelora
persepakbolaan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) saat ini sedang memuncak. Salah
satu indikatornya, ikon sepakbola Sumsel klub Sriwijaya Football Club (SFC) menjadi salah satu klub terkuat dan ditakuti
klub sepakbola di Indonesia.
Musim
tahun ini, SFC kembali mengukir prestasi dengan menjuarai Indonesia Super League
(ISL). Bahkan, masih menyisakan empat pertandingan, tim lascar wong kito ini
sudah memastikan sebagai juara.
Laskar
Wong Kito, julukan SFC ini, sebelumnya sempat disebut-sebut sebagai ‘bayi ajaib’
karena sederet prestasi yang digapai klub konversi dari Persijatim yang
dibeli Pemprov Sumsel pada tahun 2005. Prestasi itu dimulai dari juara
Divisi Utama Liga Indonesia 2007. Lalu, SFC menjadi satu-satunya klub di
Indonesia yang hattrick. Mengoleksi
double winner --Piala Copa serta Juara Liga Indonesia-- kompetisi 2008/2009 dan
dua tahun berturut-turut menjadi jawara Copa Indonesia.
SFC
juga menjuarai Community Shield tahun 2010, lalu juara Inter Island
Cup 2010 dan di Liga Super Indonesia 2009/2010 menjadi Fair Play Team. Di
Liga Champions AFC tahun 2009 SFC masuk ke babak penyisihan grup, dan di
Piala AFC 2010 mampu masuk ke babak 16 besar.
Di
bawah naungan PT Sriwijaya Optimis binaan Gubernur Sumsel Syahrial Oesman kala
itu, eksistensi klub yang memiliki homebase
di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ) ini di Sumsel semakin lama
semakin dicintai masyarakat Sumsel. Menjadi pemersatu masyarakat Sumsel, meski
para pemain SFC bukan sepenuhnya diperkuat para pemain asal Sumsel.
Seiring
waktu dan berakhirnya masa kepemimpinan Gubernur Syahrial Oesman pada 2008, SFC
dibina Gubernur baru H Alex Noerdin, perusahaan yang menaungi SFC pun diganti
menjadi PT SOM (Sriwjaya Optimis Mandiri). Mandiri yang diinginkan Gubernur
Alex ini salah satunya mandiri finansial tanpa harus membebani APBD
Pemprov Sumsel.
Mimpi
itu pun terwujud. Pada 2012 ini, SFC lepas dari ketergantungan terhadap APBD.
SFC tidak mendapat suntikan dana dari APBD Sumsel karena dinilai
sudah professional. Ini sesuai dengan peraturan Menteri Dalam Negeri, yang
menyebutkan bahwa klub bola profesional tidak boleh lagi dianggarkan dalam
APBD. Untuk mandiri pendanaan ini, SFC telah mendapat sokongan dana dari
berbagai sponsor. Tahun 2011, kebutuhan dana yang bersumber dari APBD
Sumsel sekitar Rp25 miliar.
Pemain Lokal
Prestasi
yang diukir SFC menjadi pemecut bangkitnya gairah persepakbolaan di Sumsel. Sumsel
kembali diperhitungkan di bidang persepakbolaan di tanah air. Pemain-pemain
profesional asal Sumsel seperti Ilham Jaya Kesuma ataupun pemain lokal di
Sumsel pun sangat berminat bergabung ke SFC.
Alhasil, cita-cita klub SFC didominasi pemain asal
Sumsel mulai menunjukkan tanda-tanda bakal terwujud. Pemain asli Sumsel mulai memperkuat
skuad SFC. Beberapa pemain asli Sumsel yang memperkuat SFC saat ini M Sobran,
Jeki Arisandi, Supardi, Ilham Jaya Kusuma. Dan juga ada pemain
magang seperti Try Hamdani Goentara, Risky Dwi Ramadhana, dan Darwin.
Pemerintah
daerah dan Manajemen SFC semakin serius membina potensi muda untuk dijadikan
bibit pesepakbola profesional asli Sumsel. Seleksi pemain Sriwijaya FC U-19 dan
U-21 Januari 2012 lalu tanpa dipungut biaya. Tindakan ini cukup disambut
baik masyarakat hingga peminatnya membludak mencapai sekitar 1.500
remaja ikut seleksi.
Remaja
asal Sumsel ingin masuk dan dibina manajemen SFC tidak lain karena klub SFC selalu
berjaya.
Kejayaan Masa Lalu
Berkembangnya
persepakbolaan di Provinsi Sumsel tak lepas dari sebuah klub yang dulu pernah
jaya dan bermarkas di Palembang di era 1980-an, yaitu Krama Yudha Tiga Berlian
Palembang yang biasa disebut KTB Palembang. Kesebelasan ini merupakan binaan PT Krama Yudha Tiga Berlian Motor Palembang, yang
pemiliknya adalah Syarnubi Said.
KTB
Palembang cukup berprestasi di eranya. Mulai dari juara Liga Indonesia V/1989.
Juga pernah mewakili Indonesia di Piala Winners Asia I/1990-1991. KTB pun pernah mengikuti kompetisi Galatama XI
/1990-1992 meski hanya satu putaran.
Selain
Krama Yudha Tiga Berlian, Sumsel khususnya Kota Palembang juga memiliki klub
sepakbola yang juga dapat diperhitungkan, yaitu PS Pusri milik PT Pupuk
Sriwijaya (Pusri) dan juga PS Palembang milik Pemerintah Kota Palembang. Kedua
klub ini juga memberikan kontribusi lahirnya para pemain sepakbola
berkualitas asal Sumsel. Hanya saja gaungnya belum seperti SFC.
Fasilitas
Upaya
pengembangan olahraga sepakbola di Sumsel ke depan sangat didukung fasilitas
olahraga yang dimiliki. Salah satunya Stadion GSJ eks Pekan Olahraga Nasional
XVI tahun 2004 yang sudah berstandar internasional. Stadion ini juga pernah
digunakan untuk dua pertandingan dalam lanjutan Piala Asia AFC 2007, yaitu
babak penyisihan grup D antara Arab Saudi dan Bahrain, serta perebutan tempat
ketiga antara Korea Selatan dengan Jepang.
Terakhir,
Kompleks Jakabaring Sport City (JSC) termasuk Stadion GSJ, digunakan untuk gelaran
olahraga multi even Asia Tenggara, SEA Games XXVI/2011.
Sumsel
juga memiliki Sekolah Olahraga Negeri Sriwijaya (SONS) atau Sriwijaya Sport School, untuk membina pelajar
berbakat olahraga berasal dari kabupaten/kota di Sumsel. Termasuk
diantaranya, sepakbola.
SONS
diharapkan dapat mencetak bibit-bibit terbaik bidang olahraga asal Sumsel. Dalam
implementasinya, Pemprov Sumsel menggandeng sekolah olahraga di negara tetangga
Singapura yakni Singapore Sport School.
Kerjasama ini mulai dari kurikulum, materi pelajaran, hingga tenaga
pengajar.
Persepakbolaan
di Sumsel sudah dapat dikatakan maju. Kemajuan ini harus terus dipelihara dan
ditingkatkan. Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas persepakbolaan di Sumsel butuh kerja keras, keseriusan
pemerintah, dan stakeholder lainnya. Salah satunya, manajemen klub sepakbola
profesional seperti SFC. Juga
harus didukung masyarakat Sumsel itu sendiri. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar