Palembang,
Agga Darmawan (12), tewas tertembak peluru tajam Brimob Jumat (27/7) sore di desa tetangganya. Limbang Jaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Bocah putra keempat pasangan Yuhana dan Darmawan ini terkapar setelah peluru menembus kepala belakang sebelah kirinya.
Agga Darmawan (12), tewas tertembak peluru tajam Brimob Jumat (27/7) sore di desa tetangganya. Limbang Jaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Bocah putra keempat pasangan Yuhana dan Darmawan ini terkapar setelah peluru menembus kepala belakang sebelah kirinya.
Selain Angga, empat warga lainnya
kini dirawat di RS Bhayangkara Polda Sumsel. Keempat korban luka tembak tersebut, Rusman (36), Yarman
(45), Farida (49), dan Jesica (16). Kelima korban, dievakuasi ke RS Bhayangkara
Polda Sumsel, Palembang.
Informasi
yang didapat Sinar Harapan, Desa Limbang Jaya memang termasuk salah satu desa
yang dalam sepekan terakhir menjadi ‘wilayah panas’ karena konflik
berkepanjangan antara warga dengan PTPN VII.
Sama
seperti di desa-desa lainnya seperti Sri Bandung, Betung, dan Sentul,
aparat polisi dan Brimob melakukan
sweeping terkait dugaan pencurian pupuk milik PTPN saat terjadi kerusuhan
sebelumnya.
Korban,
semasa hidupnya tercatat sebagai siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah (MTs,
setingkat SLTP) Jamiah Islamiyah, Tanjung Pinang, Ogan Ilir.
Korban tergeletak bersimbah darah di jalan depan Masjid Darussalam Desa Limbang Jaya I Dusun II
RT 02 RW 02 Limbang Jaya Kecamatan Tanjungbatu. Saat itu, mendengar ada ramai-ramai Angga bersama anak-anak lainnya
keluar dan melihat kondisi yang ada.
Apalagi, di sana terlihat puluhyan truk polisi.
Angga sendiri, tinggal di Desa Tanjung Pinang, sekitar
1 km dari Desa Limbang jaya. Dia ke Limbang Jaya untuk bermain dingdong (play
station). Yuhana, ibu korban menuturkan, dirinya tak punya firasat apa-apa
dengan kejadian yang menimpa anaknya.
“Saya tahu setelah beberapa waktu kejadian dan melihat
anak saya sudah meninggal di Puskesmas, Tanjung Batu,” ujarnya dengan mata
sebab di kamar mayat RS Bahayangkara Polda Sumsel, Juma malam (27/7).
Wanita lugu yang sehari-hari berprofsi sebagai penenun
songket ini anya bisa pasrah. Dia tak mengetahui apakah puyranya tewas di
tempat atau sempat dirawat
Seorang
paman korban, Saidi yang mencoba mengangkat Angga yang terkapar pun ditembaki oleh
Brimob. Akibatnya, Saidi pun nyaris tertembak.
Paman
Angga, Asrori mengaku tak terima kematian
keluarganya. “Kami menuntut agar kasus ini diusut tuntas dan siapa pun
pelakunya harus dihukum seberat-beratnya. Bila perlu dihukum mati,” katanya
dengan nada tinggi. Ditambahkannya, banyak orang melihat bahwa yang menembak
korban adalah Brimob. Tapi kami tidak tahu Brimob mana yang menjadi pelaku. “Tugas polisi lah untuk mengusutnya,” katanya
lagi.
Kecam
dan Kutuk.
Atas
Kasus penembakan yang memakan korban jiwa terkait sengketa
lahan di PTPN VII, mendapat perhatian khusus dari banyak kalangan. Wahana
Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Selatan (Sumsel) mengecam aksi aparat
kepolisian dalam insiden tersebut.
Direktur WALHI Sumsel, Anwar Sadat menegaskan, kejadian penembakan terhadap warga menunjukan kegagalan institusi kepolisian dalam menghadapi permasalahan yang menyangkut sengketa lahan. Pihaknya juga menyoroti pihak PTPN VII yang seakan membiarkan masalah sengketa lahan berlarut-larut tanpa adanya penyelesaian yang konkret
"Sikap kekerasan yang dipertontonkan kepolisian sudah keterlaluan dan tidak menjalankan mandat Pancasila. Kami menuntut untuk Presiden harus segera memecat jajaran petinggi kepolisian terutama Kapolres Ogan Ilir dan bila perlu Kapolda Sumsel karena telah gagal menjalankan tugas," tegas Sadat, saat mendampingi keluarga korban di RS Bhayangkara.
Mantan Pembina YLBHI Chairil Syah, Direktur Lembaga Perlindungan Anak Sriwijaya, Vebri Aliantani, Aktivis Anak Jalanan Tarech Rasyid, Wakil Ketua Masyarakat petani Indonesia JJ Polong, mengecam dan mengutuk tindakan kejam yang dinilai telah mengangkangi hukum dan HAM itu,
Direktur WALHI Sumsel, Anwar Sadat menegaskan, kejadian penembakan terhadap warga menunjukan kegagalan institusi kepolisian dalam menghadapi permasalahan yang menyangkut sengketa lahan. Pihaknya juga menyoroti pihak PTPN VII yang seakan membiarkan masalah sengketa lahan berlarut-larut tanpa adanya penyelesaian yang konkret
"Sikap kekerasan yang dipertontonkan kepolisian sudah keterlaluan dan tidak menjalankan mandat Pancasila. Kami menuntut untuk Presiden harus segera memecat jajaran petinggi kepolisian terutama Kapolres Ogan Ilir dan bila perlu Kapolda Sumsel karena telah gagal menjalankan tugas," tegas Sadat, saat mendampingi keluarga korban di RS Bhayangkara.
Mantan Pembina YLBHI Chairil Syah, Direktur Lembaga Perlindungan Anak Sriwijaya, Vebri Aliantani, Aktivis Anak Jalanan Tarech Rasyid, Wakil Ketua Masyarakat petani Indonesia JJ Polong, mengecam dan mengutuk tindakan kejam yang dinilai telah mengangkangi hukum dan HAM itu,
“Apa
seperti itu prosedurnya, hanya untuk mengusut kasus pidana pencurian pupuk yang
belum jelas dusuk persoalannya harus menurunkan pasukan Brimob dan polisi
dengan kekuatan penuh, Berpeluru tajam pula. Ini bukan darurat sipil. Ini bukan
kondisi perang. Warga kok dihadapi dengan senjata,” tegas Chairil Syah.
Kecaman
keras datang dari Independent Police Watch (IPW) Sumsel. Koordinator Daerah IPW
Sumsel Sofuansyah mendesak Kapolri untuk
mencopot Kapolres OI AKBP Darmapala, Kapolda Sumsel Irjen Pol Didiek M Arief
Masnyur dan Dansat Brimob Sumsel Kombes HA Mohan Daeng sebagai konskeuensi dan
pertanggungjawaban terkait indisen yang terjadi.
“Selain
itu kami juga mendesak Komnas Ham dan Komisi III DPR RI segera membentuk Tim
Investigasi dalam meyelesaikan konflik tersebut,” ungkapnya.
Di
Sumsel sendiri menurut Koordinator Tim
Advokasi Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Sinta Manis, Mualimin, sedikitnya
30 pengacara menyatakan siap mendampingi korban insiden ini dalam proses hukum.
Selain
mengecam, para aktivis ini juga secara spontan memberikan bantuan kepada
keluarga korban.
Polisi Diserbu
Pjs Kabid Humas Polda Sumsel AKBP R Jharot Pandakova kepada wartawan menjelaskan,
bentrok terjadi sekitar pukul 16.00 WIB di lahan Rayon Tiga Cinta Manis.
"
Tim penyidik dari satuan Brimob dihadang oleh beberapa warga, mereka akan olah TKP perihal hilangnya 127 ton pupuk milik PTPN.
Tujuh Cinta Manis. Saat ini kami masih menyelidiki kejadian tersebut,
tim kami sedang meluncur ke TKP,” jelasnya.
Sabara dan brimob tiba-tiba diserang membabi butai
bberapa kendaraakorban dari warga 1 tewas, tiga luka-luka. Dari polisi beberapa
kendaraan kacanya pecah dan penyok.
Soal peluru tajam yang menyebabkan korban berjatuhan,
Jharot menjelaskan soal itu belum diketahui. Tidak jelas dari mana tembakan,
karena petugas dibekali dengan peluru karet.
Saat diserbu, brimob yang paling belakang diserang dan
diserbu warga yang beringas. Warga menggunakan batu dan senjata tajam, “kita
mengadakan tindakan pengamanan dan tindakan kepolisian di lapangan 120
anggota tim olah tkp dan tim patroli dialogis.
Olah tkp dan patroli dialogis di beberapa tempat yang dicurigai penympanan pupuk curian sejak
kerusuhan pertama. Sebelumnya ditemukan 5 ton di pekuburan.
“Polisi tetap
laksanakan pengamanan pre-entif dan preventif karena kondisi juga masih kondusif.
Pengamanan dilakukan terhadap PTPN VII dan di-back up TNI. Anggota di
lapangan, lanjut Jharot, sudah terlatih
dan memiliki kemampuan langkah-langkah protap.
“Dari Propam membentuk tim untuk menyelidik prosedur di lapangan. Kalau
ada yang tidak sesuai prosedur akan ditindak sesuai aturan yang berlaku,”
tegasnya.
Kronologis
Versi Walhi Sumsel
Direktur Walhi Sumsel Anwar Sadat
dalam press releasenya mengemukakan kronologis penembakan Bromob terhadap warga
Desa Limbang Jaya, Ogan Ilir:
Setelah Kamis (26/7) pasukan Brimob
menyerang dan melakukan pengeledahan terhadap rumah rumah penduduk di desa Sri Bandung
dan menangkap 3 orang warga yang dituduh melakukan pencurian.
Menjelang jumat ratusan aparat
brimob kembali mengulangi tindakan intimidasi dan kekerasan terhdap petani,
mereka mendatangi dan melakukan sweeping di 3 desa yaitu Desa Betung, Desa Sri Tanjung,
dan Desa Sri Kembang dan menangkap sedikitnya 2 orang petani dari desa Sri Tanjung.
Pukul 16.00 Wib Ratusan Brimob
tersebut yang membawa senjata lengkap dengan mengendarai sedikitnya 23 mobil
truck kembali mendat ngi desa limbang jaya.
Warga yang melihat ratusan brimob
memasuki desa mereka, akhirnya secara beramai ramai mendatangi pasukan tersebut
dengan maksud menanyakan kepentingan Brimob memasuki desa mereka.
Namun melihat banyaknya warga
mendatangi mereka, pasukan yang enggunakan senjata lengkap tersebut langsung
mengeluarkan tembakan kearah warga. Bentrok antara Brimob dengan warga pun tak
dapat di hindari.
Karena tembakan secara membabi
yang dilakukan oleh aparat brimob tersebut, seorang Anak- anak berumur 12 tahun
kelas 1 SMP yang bernama Angga bin Darmawan tewas tertembak dikepalanya, saat
almarhum baru keluar dari tempat permainan Play station karena mendengar
keramaian.
Saidi yang melihat angga tewas
langsung mencoba mengangkat mayat angga namun tiba tiba Brimob mendatangi dia
menodongkan senjata kepada saidi untuk segera melepaskan mayat tersebut, Saidi
pun langsung meletakkan mayat tersebut.
Diinfokan bahwa warga yang alami
luka tembak dan kritis sedikitnya 5 orang, 2 orang perempuan, 1 orang anak 16
tahun bernama Jesica cucu dari anggota DPRD Ogan Ilir, 1 orang ibu-ibu. 1 orang
lagi bernama rusman bin alimin (kritis). Semua korban berada di puskesmas Desa Tanjung
Batu dan telah dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara Palembang. Hingga tadi malam, ratusan brimob dengan senjata lengkap masih berada
di simpang Desa Tanjung Pinang.
Rangkaian
Kejadian
Koordinator Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Cinta Manis, Ogan Ilir, Mualimin memaparkan rangkaian kejadian sebelum penembakan korban Angga.
Koordinator Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Cinta Manis, Ogan Ilir, Mualimin memaparkan rangkaian kejadian sebelum penembakan korban Angga.
Selasa, tanggal 17 Juli
2012, sekitar jam 08.30 WIB, aparat
dari Kepolisian Sumatera Selatan mulai dikerahkan untuk
datang ke wilayah sengketa di lokasi pabrik gula PTPN VII, di Kabupaten Ogan
Ilir.
Sejak saat itu Polisi melakukan penangkapan paksa terhadap warga desa, bahkan seorang ibu dan bayinya umur 1,5 tahun ditangkap dan dibawa ke markas polisi resor Ogan Ilir pada tanggal 22 Juli 2012 yang baru lalu.
Menurut Mualimin, setiap saat warga desa diteror oleh pasukan Brimob Polda Sumsel, dan dilakukan penangkapan-penangkapan warga desa.
Hingga tanggal 26 Juli 2012 sudah 30 warga desa yang ditangkap polisi secara paksa.
Tanggal 27 Juli 2012, sekitar jam 16.00 WIB, terjadi bentrok antara warga dengan polisi karena polisi melakukan tindakan semena-mena di desa Limbung Jaya, Polisi menembakkan senjata mereka secara membabi buta sehingga mengakibatkan Angga Darmawan tewas tertembak di kepala saat lari keluar dari game centre (permainan dingdong) karena mendengar keributan.
Saat melihat Angga terjatuh, warga mencoba menolong, tetapi dilarang oleh polisi. Tembakan serampangan polisi juga mengakibatkan dua orang perempuan (1 orang berumur 16 tahun bernama Jesica, dan 1 orang ibu), serta orang laki-laki bernama Rusman terluka parah. (sir)
1 komentar:
bisanya menyalahkan aparat saja.
seperti contoh :
http://m.facebook.com/story.php?story_fbid=311169042312614&id=311139502315568&comment_id=1551282&m_sess=soyN40Gy-eRgTQtiP&_rdr
Sangat tidak masuk akal keterangan mereka,Mana mungkin cuma ingin mempertanyakan kepentingan brimob yg datang tp sambil melempari aparat dengan batu dan membawa sajam ?sambil menyerang mobil iring2an paling belakang?? Aparat pun sudah melepas tempakan peringatan,saat di serang,apakah aparat harus diam saja jika di bacok dg sajam?jika aparat baik TNI dan Polri di tarik dr kawasan pengamanan ogan ilir,maka warga ogan ilir lainnya tidak akan tinggal di ogan ilir lg,karena warga merasa resah atas aksi anarkis bersajam dan senpi rakitan para pendemo.
Kami warga ogan ilir tidak setuju jika aparat di tarik dr sini,syp yg akan melindungi kami?selama ini aparatlah yg selalu melindungi kami.
Posting Komentar