Jumat, 27 Juli 2012

Angga, Bocah Korban Sengketa Lahan Warga vs PTPN VII









Palembang, 


Agga Darmawan (12), tewas tertembak peluru tajam Brimob Jumat (27/7) sore di desa tetangganya. Limbang Jaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Bocah putra keempat pasangan  Yuhana dan Darmawan ini  terkapar setelah peluru menembus kepala belakang sebelah kirinya.
Selain Angga, empat warga lainnya kini dirawat di RS Bhayangkara Polda Sumsel. Keempat korban  luka tembak tersebut, Rusman (36), Yarman (45), Farida (49), dan Jesica (16). Kelima korban, dievakuasi ke RS Bhayangkara Polda Sumsel, Palembang.

Informasi yang didapat Sinar Harapan, Desa Limbang Jaya memang termasuk salah satu desa yang dalam sepekan terakhir menjadi ‘wilayah panas’ karena konflik berkepanjangan antara warga dengan PTPN VII.
Sama seperti di desa-desa lainnya seperti Sri Bandung, Betung, dan Sentul, aparat  polisi dan Brimob melakukan sweeping terkait dugaan pencurian pupuk milik PTPN saat terjadi kerusuhan sebelumnya.  
Korban, semasa hidupnya tercatat sebagai siswa kelas I Madrasah Tsanawiyah (MTs, setingkat SLTP) Jamiah Islamiyah, Tanjung Pinang, Ogan Ilir.

Korban  tergeletak bersimbah darah di jalan depan Masjid Darussalam Desa Limbang Jaya I Dusun II RT 02 RW 02 Limbang Jaya Kecamatan Tanjungbatu. Saat itu, mendengar ada ramai-ramai Angga bersama anak-anak lainnya keluar dan  melihat kondisi yang ada. Apalagi, di sana terlihat puluhyan truk polisi.

Angga sendiri, tinggal di Desa Tanjung Pinang, sekitar 1 km dari Desa Limbang jaya. Dia ke Limbang Jaya untuk bermain dingdong (play station). Yuhana, ibu korban menuturkan, dirinya tak punya firasat apa-apa dengan kejadian yang menimpa anaknya.

“Saya tahu setelah beberapa waktu kejadian dan melihat anak saya sudah meninggal di Puskesmas, Tanjung Batu,” ujarnya dengan mata sebab di kamar mayat RS Bahayangkara Polda Sumsel, Juma malam (27/7).

Wanita lugu yang sehari-hari berprofsi sebagai penenun songket ini anya bisa pasrah. Dia tak mengetahui apakah puyranya tewas di tempat atau sempat dirawat

Seorang paman korban, Saidi yang mencoba mengangkat Angga yang terkapar pun ditembaki oleh Brimob. Akibatnya, Saidi pun nyaris tertembak.
Paman Angga, Asrori mengaku tak terima kematian  keluarganya. “Kami menuntut agar kasus ini diusut tuntas dan siapa pun pelakunya harus dihukum seberat-beratnya. Bila perlu dihukum mati,” katanya dengan nada tinggi. Ditambahkannya, banyak orang melihat bahwa yang menembak korban adalah Brimob. Tapi kami tidak tahu Brimob mana yang menjadi pelaku.  “Tugas polisi lah untuk mengusutnya,” katanya lagi.

Kecam dan Kutuk. 
Atas Kasus penembakan yang memakan korban jiwa terkait sengketa lahan di PTPN VII, mendapat perhatian khusus dari banyak kalangan. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Selatan (Sumsel) mengecam aksi aparat kepolisian dalam insiden tersebut.

Direktur WALHI Sumsel, Anwar Sadat menegaskan, kejadian penembakan terhadap warga menunjukan kegagalan institusi kepolisian dalam menghadapi permasalahan yang menyangkut sengketa lahan. Pihaknya juga menyoroti pihak PTPN VII yang seakan membiarkan masalah sengketa lahan berlarut-larut tanpa adanya penyelesaian yang konkret

"Sikap kekerasan yang dipertontonkan kepolisian sudah keterlaluan dan tidak menjalankan mandat Pancasila. Kami menuntut untuk Presiden harus segera memecat jajaran petinggi kepolisian terutama Kapolres Ogan Ilir dan bila perlu Kapolda Sumsel karena telah gagal menjalankan tugas,"
 tegas Sadat, saat mendampingi keluarga korban di RS Bhayangkara.

Mantan Pembina YLBHI Chairil Syah, Direktur Lembaga Perlindungan Anak Sriwijaya, Vebri Aliantani, Aktivis Anak Jalanan Tarech Rasyid, Wakil Ketua Masyarakat petani Indonesia JJ Polong, mengecam dan mengutuk tindakan kejam yang dinilai telah mengangkangi hukum dan HAM itu,
“Apa seperti itu prosedurnya, hanya untuk mengusut kasus pidana pencurian pupuk yang belum jelas dusuk persoalannya harus menurunkan pasukan Brimob dan polisi dengan kekuatan penuh, Berpeluru tajam pula. Ini bukan darurat sipil. Ini bukan kondisi perang. Warga kok dihadapi dengan senjata,” tegas Chairil Syah.

Kecaman keras datang dari Independent Police Watch (IPW) Sumsel. Koordinator Daerah IPW Sumsel Sofuansyah mendesak  Kapolri untuk mencopot Kapolres OI AKBP Darmapala, Kapolda Sumsel Irjen Pol Didiek M Arief Masnyur dan Dansat Brimob Sumsel Kombes HA Mohan Daeng sebagai konskeuensi dan pertanggungjawaban terkait indisen yang terjadi.

“Selain itu kami juga mendesak Komnas Ham dan Komisi III DPR RI segera membentuk Tim Investigasi dalam meyelesaikan konflik tersebut,”  ungkapnya.

Di Sumsel sendiri menurut Koordinator Tim  Advokasi Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Sinta Manis, Mualimin, sedikitnya 30 pengacara menyatakan siap mendampingi korban insiden ini dalam proses hukum.
Selain mengecam, para aktivis ini juga secara spontan memberikan bantuan kepada keluarga korban.

Polisi Diserbu
Pjs Kabid Humas Polda Sumsel AKBP R  Jharot Pandakova kepada wartawan menjelaskan, bentrok terjadi sekitar pukul 16.00  WIB di lahan Rayon Tiga Cinta Manis.

" Tim penyidik dari satuan Brimob dihadang oleh beberapa warga, mereka akan olah TKP perihal hilangnya 127 ton pupuk milik PTPN. Tujuh Cinta Manis. Saat ini kami masih menyelidiki kejadian tersebut, tim kami sedang meluncur ke TKP, jelasnya.

Sabara dan brimob tiba-tiba diserang membabi butai bberapa kendaraakorban dari warga 1 tewas, tiga luka-luka. Dari polisi beberapa kendaraan kacanya pecah dan penyok.

Soal peluru tajam yang menyebabkan korban berjatuhan, Jharot menjelaskan soal itu belum diketahui. Tidak jelas dari mana tembakan, karena petugas dibekali dengan peluru karet.

Saat diserbu, brimob yang paling belakang diserang dan diserbu warga yang beringas. Warga menggunakan batu dan senjata tajam, “kita mengadakan tindakan pengamanan dan tindakan kepolisian di lapangan 120 anggota  tim olah tkp dan tim   patroli dialogis.

Olah tkp dan patroli dialogis di beberapa tempat  yang dicurigai penympanan pupuk curian sejak kerusuhan pertama. Sebelumnya ditemukan 5 ton di pekuburan.

“Polisi tetap  laksanakan pengamanan pre-entif dan preventif  karena kondisi juga masih kondusif.

Pengamanan dilakukan terhadap PTPN VII dan di-back up TNI. Anggota di lapangan, lanjut Jharot,  sudah terlatih dan memiliki kemampuan langkah-langkah protap.
“Dari Propam membentuk tim untuk menyelidik prosedur di lapangan. Kalau ada yang tidak sesuai prosedur akan ditindak sesuai aturan yang berlaku,” tegasnya.

Kronologis Versi Walhi Sumsel

Direktur Walhi Sumsel Anwar Sadat dalam press releasenya mengemukakan kronologis penembakan Bromob terhadap warga Desa Limbang Jaya, Ogan Ilir:

Setelah Kamis (26/7) pasukan Brimob menyerang dan melakukan pengeledahan terhadap rumah rumah penduduk di desa Sri Bandung dan menangkap 3 orang warga yang dituduh melakukan pencurian.

Menjelang jumat ratusan aparat brimob kembali mengulangi tindakan intimidasi dan kekerasan terhdap petani, mereka mendatangi dan melakukan sweeping di 3 desa yaitu Desa Betung, Desa Sri Tanjung, dan Desa Sri Kembang dan menangkap sedikitnya 2 orang petani dari desa Sri Tanjung.

Pukul 16.00 Wib Ratusan Brimob tersebut yang membawa senjata lengkap dengan mengendarai sedikitnya 23 mobil truck kembali mendat ngi desa limbang jaya.

Warga yang melihat ratusan brimob memasuki desa mereka, akhirnya secara beramai ramai mendatangi pasukan tersebut dengan maksud menanyakan kepentingan Brimob memasuki desa mereka.

Namun melihat banyaknya warga mendatangi mereka, pasukan yang enggunakan senjata lengkap tersebut langsung mengeluarkan tembakan kearah warga. Bentrok antara Brimob dengan warga pun tak dapat di hindari.

Karena tembakan secara membabi yang dilakukan oleh aparat brimob tersebut, seorang Anak- anak berumur 12 tahun kelas 1 SMP yang bernama Angga bin Darmawan tewas tertembak dikepalanya, saat almarhum baru keluar dari tempat permainan Play station karena mendengar keramaian.

Saidi yang melihat angga tewas langsung mencoba mengangkat mayat angga namun tiba tiba Brimob mendatangi dia menodongkan senjata kepada saidi untuk segera melepaskan mayat tersebut, Saidi pun langsung meletakkan mayat tersebut.

Diinfokan bahwa warga yang alami luka tembak dan kritis sedikitnya 5 orang, 2 orang perempuan, 1 orang anak 16 tahun bernama Jesica cucu dari anggota DPRD Ogan Ilir, 1 orang ibu-ibu. 1 orang lagi bernama rusman bin alimin (kritis). Semua korban berada di puskesmas Desa Tanjung Batu dan telah dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara Palembang. Hingga tadi malam, ratusan brimob dengan senjata lengkap masih berada di simpang Desa Tanjung Pinang.

Rangkaian Kejadian

Koordinator Tim  Advokasi Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Cinta Manis, Ogan Ilir, Mualimin memaparkan rangkaian kejadian sebelum penembakan korban Angga.
Selasa, tanggal 17 Juli 2012, sekitar jam 08.30 WIB, aparat dari Kepolisian Sumatera Selatan mulai dikerahkan untuk datang ke wilayah sengketa di lokasi pabrik gula PTPN VII, di Kabupaten Ogan Ilir. 

Sejak saat itu Polisi melakukan penangkapan paksa terhadap warga desa, bahkan seorang
ibu dan bayinya umur 1,5 tahun ditangkap dan dibawa ke markas polisi resor Ogan Ilir pada tanggal 22 Juli 2012 yang baru lalu.

Menurut Mualimin, setiap saat warga desa diteror oleh pasukan Brimob Polda Sumsel, dan dilakukan penangkapan-penangkapan warga desa. 

Hingga tanggal 26 Juli 2012 sudah 30 warga desa yang ditangkap polisi secara paksa.

Tanggal 27 Juli 2012, sekitar jam 16.00 WIB, terjadi bentrok antara warga dengan polisi karena polisi melakukan tindakan semena-mena di desa Limbung Jaya, Polisi menembak
kan senjata mereka secara membabi buta sehingga mengakibatkan Angga Darmawan tewas tertembak di kepala saat lari keluar dari game centre  (permainan dingdong) karena mendengar keributan.
 
Saat melihat Angga terjatuh, warga mencoba menolong, tetapi dilarang oleh polisi. Tembakan serampangan polisi juga mengakibatkan dua orang perempuan (1 orang berumur 16 tahun bernama Jesica, dan 1 orang ibu), serta orang laki-laki bernama Rusman terluka parah.
(sir)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

bisanya menyalahkan aparat saja.
seperti contoh :
http://m.facebook.com/story.php?story_fbid=311169042312614&id=311139502315568&comment_id=1551282&m_sess=soyN40Gy-eRgTQtiP&_rdr

Sangat tidak masuk akal keterangan mereka,Mana mungkin cuma ingin mempertanyakan kepentingan brimob yg datang tp sambil melempari aparat dengan batu dan membawa sajam ?sambil menyerang mobil iring2an paling belakang?? Aparat pun sudah melepas tempakan peringatan,saat di serang,apakah aparat harus diam saja jika di bacok dg sajam?jika aparat baik TNI dan Polri di tarik dr kawasan pengamanan ogan ilir,maka warga ogan ilir lainnya tidak akan tinggal di ogan ilir lg,karena warga merasa resah atas aksi anarkis bersajam dan senpi rakitan para pendemo.
Kami warga ogan ilir tidak setuju jika aparat di tarik dr sini,syp yg akan melindungi kami?selama ini aparatlah yg selalu melindungi kami.