Rabu, 27 Mei 2009

SMAN 6 Perpisahan di Hotel Berbintang




Perpisahan SMAN 6 Palembang Meriah


Palembang:

Perpisahan siswa kelas XII SMAN 6 Palembang yang digelar di Hotel Novotel Palembang Rabu (27/5) berlangsung meriah.

Sebanyak 280 siswa kelas XII merayakan perpisahan dengan menampilkan lagu-lagu nasyid dan tarian modern.

Selain dihadiri Ketua Komite sekolah Drs HA Satar, juga tampak Kepala Dinas Pendidikan,pemuda dan Olahraga Palembang Drs Hatta Wazol, dan perwakilan orang tua murid serta para guru.


Kepala SMAN 6 Hj Darmi Hartati seusaiacara mengungkapkan bahwa sebanyak 280 siswanya tahun ini menamatkan pendidikan. Terdiri dari 170 kelas IPS dan 110 kelas IPA.

Sebagai salah satu sekolah unggulan mulai tahun ajaran 2009, sedikitnya 853 siswa baru mendaftar dan 819 diantaranya ikut tes. Hasil tes, diterima sebanyak 224 siswa.”Ini menunjukkan antusias yang cukup tinggi dari orang tua murid untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini,” ujarnya tentang sekolahnya yang tahun ini memang ditetapkan sebagai seolah unggulan bersama SMAN 5 Paembang menyusul SMAN 17 yang sudah dahuluan.

Dia menyebutkan bakan sempat mengganti nomor HP karena menghindari banyaknya berbagai pihak yang menelpon untuk minta dibantu agar anaknya bisa diterima di sekolah yang dipimpinnya.
Sekolah yang memiliki visi dan misi mengembangkan pendidikan berbasis ilmu pengetahuan, iman dan takwa, serta budaya ini memang telah mencatat berbagai prestasi.



Diantaranya, tahun lalu menjadi pemenang terbaik kedua nasionalsebagai sekolah yang menjadi pengimbas, yakni mengimbaskan sistem dan metode pembelajaran kepada SMAN Tanjungraja dan SMAN Rantau Alai.

Untuk lulusannya, 53,3 persen diterima di perguruan tinggi negeri. Tahun ini, dari jalur PMDK siswa kelas XII diterima di UI 2 orang, IPB 2 orang, Kedokteran Unsri 4 orang, dan Poltek Sriwijaya 6 orang. Belum termasuk di Akademi Kepolisian dan Akmil dan STAN serta STPDN yang saat ini memang belum pengumuman.

Prestasi lainnya, tahun ini utusan SMAN 6 mewakili Sumsel ke tingkat nasional untuk debat APBN dan lomba penulisan artikel APBN. “Seleksi nasionalnya akan digelar Juni mendatang,” tambahnya.

Untuk pengembangan jiwa kewirausahaan, sekolah ini memiliki koperasi yang memiliki SITU dan dikelola oleh para siswa.





“Paling tidak, dengan prestasi dan pendidikan yang berbekal ilmu dan iman,s erta budaya, diharapan para lulusan menjadi anak yang siap menghadapi persaingan dunia yang juga tak melupakan akhirat,” jelasnya. (nasir.)

Jumat, 15 Mei 2009

Alquran raksasa








Alquran Raksasa di Mesjid Agung Palembang


Sebuah Alquran terbesar di dunia terbuat dari kayu tembesu saat ini telah memasuki tahap penyelesaian. Ukurannya tidak main-main, tebal keseluruhanya termacuk cover mencapai 9 meter. Ukuran halamannya, 177 cm x 140 cm x 2,5 cm.

Setidaknya 40 meter kubik kayu tembesu dihabiskan untuk membuat Alquran ini dan hamper Rp 1 milyar dihabiskan untuk menyelesaikan proyek ini. Akankah, Alquran ini bisa masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) atau bahkan Guinnes of Record, keterlibatan umat muslim sangat diharapkan.

Dari 30 juz isi Alquran, saat ini sudah diselesaikan seluruhnya. Terkendala dana dan bahan baku kayu tembesu, penyelesaian Alquran raksasa ini molor dari target yang mestinya awal 2004 sudah selesai.

“Minimal sebelum Pekan Olah Raga Nasional (PON) 2004, Alquran ini harusnya memang sudah selesai,” ujar Sofwatillah saat lauching di Mesjid Agung Palembang, Kamis (14/5).


Rujukan

Dengan diiciptakanya Alquran ini, nantinya diharapkan bisa menjadi rujukan dari setiap Alquran yang dicetak atau diterbitkan maupun Alquran impor. “Dan menjadi symbol Islam di Palembang khususnya, Sumatera Selatan bahkan Indonesia umumnya. Alquran ini kini disimpan di salah satu ruangan di lantai tiga Mesjid Agung Palembang,” ujar Sofwatillah.

Soalnya dengan perkembangan teknologi, Alquran tulisan memang sudah dapat dicetak ribuan lembar lembar setiap hari. Pembuat Alquran pun bukan hanya umat muslim tapi juga mereka yang nonmuslim dengan tujuan bisnis. “Karenanya, bukan tidak mungkin terjadi pemalsuan Alquran. Apalagi dengan diberlakukannya pasar bebas, kita tidak mungkin mengecek secara teliti dan detail isi Alquran yang masuk ke Indonesia. Apalagi beberapa tahun lalu diketahui adanya kesalahan-kesalahan pada produksi Alquran produksi impor. Karenanya tentunya diperlukan rujukan guna menjaga keaslian Alquran,” tambah Sofwatillah.

Untuk itulah, dengan pembuatan Alquran Akbar ini diharapkan selain bisa masuk MURI ataupun Guinnes of Record, juga menjadi rujukan bagian setiap pembuata Alquran.




Spesifikasi Alquran ini menurut KH Marzuki Alie, Ketua Harian Panitia Pembuatan Alquran Raksasa, termasuk cover depan dan belakang yang masing-masing tebalnya 4 cm, akan mencapai ketebalan 9 meter.

“Isinya, terdiri dari cover dua halaman, isi dari juz pertama sampai juz 30 sebanyak 306 lembar atau 612 halaman. Lalu, 17 lembar atau 34 halaman berupa hiasan Quran, daftar isi, daftar halaman, tadjij, sambutan-sambutan mukadimmah, pengesahan pentanshih, panitia dan daftar donatur. Sehingga nantinya total 325 lembar atau 630 halaman,” tambah Marzuki Alie didampingi Bendahara, Hj Asmawati

Pengerjaan Alquran ini memang tergolong sulit dan rumit. Bagaimana tidak, untuk satu keping Alquran bolak-balik, diperlukan waktu satu bulan.

Menyambut tahun baru hijrah, 1 Muharam 1423 H, Alquran raksasa tersebut mulai diperkenalkan kepada masyarakat. Pada peringatan tahun baru Islam yang dibuka, Jumat (8/3/2002), pihak pengurus Mesjid Agung Palembang menggelar kegiatan gebyar Islam dengan berbagai kegiatannya, diantaranya pameran bernuansa Islam.

Salah satu yang dipamerkan saat itu adalah mushaf Alquran raksasa yang terbuat dari kayu tembesu ukuran 177 cm x 140 cm dengan ketebalan 2,5 cm. Alquran raksasa yang kelak akan menjadi Alquran terbesar di Indonesia, jika telah selesai akan memiliki ketebalan sekitar 9 meter.


Rp 1 Milyar

Biaya untuk membuat Alquran raksasa ini sedikitnya mencapai Rp 1 miliar. Saat Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikan restorasi 16 Juni 2003 lalu sebagian dipamerkan.

''Pengerjaan Alquran ini saya dibantu 30 karyawan yang membantu penyelesaiannya,'' kata Syowatillah Mohzaib, yang merupakan suami dari Evi Komari.
.

Menurut alumnus Fakultas Dakwah IAIN Raden Fatah Palembang tahun 2003 ini, pembuatan Alquran raksasa tersebut memang diperkirakan selesai 2004.

Untuk mengoreksi isi Al Qur'an tersebut, telah dibentuk tim pentashih yang beranggotakan ulama cukup berpengaruh di Sumatera Selatan. Mereka adalah KH A Sazily Mustofa, KH Kgs Nawawi Dencik, KH Abdul Qudus, dan KH Muslim Anshori, dibantu dosen IAIN Raden Fatah Drs Sanusi Goloman Nasution.


Tim Khusus

Untuk menjamin suksesnya pembuatan Alquran raksasa yang selama ini dikerjakan di rumah Syofwatillah di Jalan Pangeran Sidoing Lautan Lr Budiman No 1009 Kelurahan 35 Ilir Palembang, juga telah dibentuk tim dengan pembina KH Zen Syukri dan KH Dr Kgs Oesman Said DSOG, penasihat Gubernur Sumatera Selatan H Rosihan Arsyad (kini telah habis masa jabatannya), dan pelindungnya Taufik Kiemas, suami Presiden Megawati.

Taufik Kiemas yang menyaksikan Alquran raksasa dengan ornamen khas Palembang di sekelilingnya, tertarik dan ikut mendukung rencana besar tersebut. Sebagai wujud dukungannya, Taufik Kiemas, pun memberikan bantuan dana sebesar Rp 40 juta untuk pembuatan Alquran raksasa tersebut.



Kini, menurut Sofwatillah yang mengaku punya keterampilan kaligrafi dengan belajar secara otodidak sejak duduk di Madarsah Tsanawiyah Negeri (MTs N) Pakjo Palembang ini, penyelesaian Alquran raksasa yang mengangkat seni kaligrafi Alquran dan seni ukir khas ornamen Palembang, bukan hanya menjadi tanggung jawab dirinya.

“Tetapi tanggung jawab semua umat muslim di Sumsel,” ujar Syofwatillah Mohzaib, pembuat kaligrafi kelahiran Serang 14 April 1975, yang didalam tubuhnya mengalir darah Palembang dan Banten. Dua daerah yang pada masa lalu memang menjadi pusat kejayaan dan syiar Islam di Nusantara. Kini gagasan besar itu telah menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat Palembang.

Bentuk tanggungjawab terlihat dari dibentuknya panitia khusus oleh Gubernur Sumsel, H Rosihan Arsyad (yang kini telah habis masa jabatannya) yang ditetapkan 13 Muharam 1423 H atau 15 Maret 2002 M.

Panitia ini, terdiri dari penanggungjawab dan penasihat yang terdiri dari, HM Taufik Kiemas, H Rosihan Arsyad, H Husni, Dr H jalaluddin, H Usman Said.

Pembinanya, dipercayakan kepada KH M Zen Syukri, J Suyuti Pulungan, Aflatun Mukhtar Yayasan Mesjid Agung Palembang, dan Yayasan Ahlul Quran.

Sementara pengurus lainnya, Ketua Umum H Ir Bakti Setiawan, Ketua Harian H Marzuki Alie, Sekretaris RHM Adi Rasyidi, dan Bendahara Hj Asmawati.

Yang dibantu juga oleh beberapa seksi, seperti seksi pentanshih yang diketuai Ki H Sjazily Moesthafa, seksi dana diketuai H Roni Hanan, seksi umum dan logistik diketuai HM Noerdin, seksi humas dan promosi diketuai M Skri Ibn Soha, dan seksi pengawasan dan pelaksanaan teknis diketuai Syofwatillah Maohzaib.

Dibantu Ahli

Untuk pengerjaan Alquran raksasa ini, Syofwatillah memang tidak bekerja sendirian. Ia dibantu beberapa orang yang ahli, termasuk juru ukir. Mengenai teknis pengerjaannya, Alquran raksasa ini sebelum diukir di atas papan, ayat-ayat Alquran terlebih dahulu ditulis di atas kertas karton.

“Lalu tulisan ini dijiplak ke kertas minyak. Sebelumnya tulisan ayat Alquran di atas karton ini dikoreksi oleh tim pentashih, jika ada yang salah langsung diperbaiki,” papar Sofwatillah yang menamatkan SD Negeri Mangunrejo, Serang, Banten, sebelum melanjutkan sekolah di MTsN Pakjo Palembang, dan menamatkan pendidikan sekolah lanjutan tingkat atasnya di Pondok Pesantren Arrisalah, Ponorogo.

Lalu kertas minyak tersebut ditempel ke atas papan yang sudah disiapkan. Huruf-huruf di atas kertas minyak ini menjadi petunjuk bentuk huruf kaligrafi ayat Alquran yang harus diukir.

Dalam menulis kaligrafi ayat Alquran dengan bentuk ukiran ini, Syofwatillah menggunakan jenis huruf atau khot standar dalam Alquran terbitan Saudi Arabia. Untuk tajwid-nya, ia menggunakan tajwid standar Departemen Agama RI.


Dihiasi Ornamen Khas Palembang

“Untuk membingkai ayat-ayat Alquran itu, di tepi lembar Alquran raksasa itu dihiasi dengan ukiran ornamen khas Palembang,” sambung ayah dari M Zikrillah, Nurmawadah Islamiah, dan Muhamad Amri Al Aqba.

Mesjid Agung adalah bagian dari bukti kejayaan Islam di Palembang berabad-abad lalu. Kini, Mesjid Agung telah menjadi mesjid nasional. Sementara Alquran raksasa yang digarap Sofwatillah yang juga menjadi penanggung jawab dalam pembuatan kaligrafi yang menghiasi Mesjid Agung, akan menjadi bukti bahwa dari Palembang, Sumatera Selatan, akan lahir Alquran terbesar di dunia. Sehingga, bukan tidak mungkin kalau
selesainya nanti, Alquran ini akan masuk dalam catatan Museum Rekor Indonesia (MURI). Bahkan Guinnes or Record.

“Karena ini Alquran pertama yang ukurannya paling besar dan terbuat dari kayu di dunia ini,” ujarnya bangga.

Dana yang dibutuhkan pembuatan Alquran ini memang tergolong besar, lebih dari Rp 1 milyar. Yang rinciannya, menurut Bendahara Hj Asmawati, untuk bahan Rp 149.555.000; Untuk upah dan gaji para pekerja Rp 597.950.000; dan biaya lainlain seperti listrik
transportasi dan honor penulis Rp 452.495.000.





Dari data yang ada, sedikitnya 30 penyumbang yang telah membantu diantaranya, HM Taufik Kiemas sebanyak 1 juz, Nazarudien Kiemas 1 juz, Gusti Bazan Kurnia 1 juz, M Yamin 1 juz Dodi Makmun Murod 1 juz, Dirut PT Danareksa 1 juz, PT Pusri 1 juz, Muda’I Madang ½ juz, H Husni (Walikota Palembang) 1 juz, Bupato Ogan Komering Ulu (OKU) Syahrial Oesman (mantan Bupati OKU dan mantan Gubernur Sumsel) 1 juz, PT Bukit Asam 1 juz, Menteri Agama Syaid Agil Almunawar 1 juz, Yani Arsyad (PT Jakarta Lyoid) 1 juz, Syarifudin Alambai 1 juz, H Heriyanto (PITI Palembang) 1 juz, Dandim 0418 Palembang Letkol ZL Amalsyah Tarmizi 1 lembar, dan Gubernur Sumsel H Rosihan Arsyad (kini telah habis masa jabatannya) 1 juz. (sh/muhamad nasir)

Minggu, 10 Mei 2009

Sekolah Gratis

Sekolah Gratis ibarat Tong Kosong

Jakarta - Sekolah gratis yang selama ini digembar-gemborkan oleh pemerintah ternyata tak berjalan dengan baik. "Sekolah gratis yang selama ini digembar-gemborkan oleh pemerintah ibarat tong kosong karena tidak didukung oleh modal yang memadai. Selama ini pemerintah hanya mengunggulkan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Padahal BOS hanya dapat meng-cover 30 persen biaya pendidikan," ujar Koordinator Monitoring Pelayanan Publik ICW Ade Irawan pada "Diskusi Mengkaji Kebijakan Pendidikan Nasional: Sekolah Gratis vs Sekolah Mahal," di Jakarta, Kamis (7/5).

Menurutnya, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Depdiknas, untuk menuju sekolah gratis dibutuhkan dana sebesar Rp 1,8 juta per siswa SD per tahun dan Rp 2,7 juta per siswa SMP per tahun. Sementara itu, anggaran BOS yang disediakan oleh pemerintah untuk SD di kota baru sebesar Rp 400.000 per siswa per tahun dan untuk SD di kabupaten sebesar Rp 397.000 per siswa per tahun. BOS untuk SMP di Kota sebesar Rp 575.000 per siswa per tahun dan SMP di Kabupaten sebesar Rp 570.000 per siswa per tahun.
"Keadaan ini menunjukkan masih ada sekitar Rp 1,4 juta biaya yang harus ditanggung oleh orang tua," lanjut Ade. Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo agak narsis dalam mengiklankan sekolah gratis di media massa. Sekolah gratis yang digembar-gemborkan pemerintah justru menimbulkan pertanyaan, apa benar pemerintah sudah insyaf atau ini hanya sekadar janji lima tahunan saja?

Ade menambahkan, anggaran untuk pelaksanaan wajib belajar sebesar Rp 31 triliun ini justru menyebar ke hampir seluruh direktorat, seperti ke Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik Tenaga Kependidikan (PMPTK) dan Sekretariat Jenderal. Berdasarkan data yang dihimpun ICW sepanjang tahun 2008, ada 36 kasus korupsi di Depdiknas dengan tersangka sebanyak 63 orang. Akibatnya, negara dirugikan sebesar Rp 134,2 miliar. "Anggaran yang sudah kecil masih juga dikorupsi berjamaah. Pelaku korupsi paling banyak di dinas pendidikan dengan modus mark up dan penyalahgunaan keuangan," tambahnya.
Sementara itu, pakar pendidikan Soedijarto mengatakan, di Indonesia sebenarnya belum ada wajib belajar, sebab masih banyak anak-anak yang tidak sekolah. Sekolah masih sangat diperlukan, sebab para pendiri negara ini sudah menetapkannya dalam pembukaan UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, dan dalam Pasal 31 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.

Dia menambahkan, Indonesia telah tertinggal selama 400 tahun. Menurutnya, hanya mereka yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Eropa seperti AMS yang mengenal peradaban modern.
Hal senada juga diutarakan oleh pakar pendidikan HAR Tilaar. Dia menilai, masih ada jutaan anak Indonesia yang tidak memperoleh pendidikan dengan baik. Saat ini, lanjut Tilaar, malah banyak sekolah dibangun dan diperuntukan bagi anak-anak orang kaya. Karena itulah bermunculan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). (stevani elisabeth)

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0905/08/kesra01.html Jumat 8 Mei 2009

Rabu, 06 Mei 2009

serapungan di empat lawang



*Tradisi Serapungan

Meniti Musi dengan Dua Batang Bambu

Palembang: Objek wisata yang bisa dinikmati, tidak saja terdapat dalam agenda resmi. Banyak even tradisional yang belum masuk agenda tujuan wisata namun ternyata memberikan nuansa tersendiri. Unik dan tak ditemukan di tempat lain. Diantaranya, tradisi serapungan di Tebingtinggi, Sumsel.


Sungai Musi bagian ulu, atau dikenal dengan Musi Ulu punya even tradisi yang cukup unik. Setiap tahun, even ini digelar serangkaian peringatan tertentu. Dahulu, setiap tujuh belasan dan kini setiap HUT Kabupaten Empat Lawang, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Lahat sejak dua tahu terakhir. Tradisi ini, berupa mengarungi arus sungai Musi menumpang dua batang bambu. Disebut serapungan.

Mengasyikkan, karena kita bisa sekaligus mengikuti peserta lomba serapungan ini. Bisa peserta serapungan kecepatan atau serapungan santai.





Serapungan kecepatan, masing-masing peserta beradu cepat sampai garis finish. Sementara serapungan santai, peserta mengarungi arus Musi dengan bambu yang dihiasi berbagai bentuk.

Jarak tempuh serapungan ini, sejauh sekitar 9 km dar Desa Terusan dengan finish di kota Tebingtinggi, Empat Lawang. Untuk serapungan kecepatan, biasanya ditempu dalam waktu 1 jam. Sementara serapungan santai, bisa 2 sampai 2,5 jam.

Transportasi
Serapungan ini, dahulunya, menurut Bupati Empat Lawang, Budi Antoni Aljufri, merupakan alat transportasi warga masyarakat menyeberangi sungai Musi menuju ladang dan kebun.

Waktu itu memang belum ada jembatan gantung di atas sungai. Setelah masyarakat, baik secara bersama-sama maupun dibiayai pemerintah, membangun jembatan gantung, tradisi ini mulai ditinggalkan. Meski demikian, sesekali atau satu dua warga, masih ada yang menyebarangi sungai menggunakan serapungan ini. Saat menyeberang, pakaian diletakkan di atas kepala.

Lalu, dengan menggunakan kedua tangan, warga mendayung dari atas kedua bambu sehingga serapungan bergerak maju. Menyeberangi sungai Musi yang lebarnya berkisar 100 hingga 125 meter.
Perlombangan serapungan dimaksudkan untuk melestraikan tradisi lama ini. Sehingga generasi muda dapat mengetahui betapa sulitnya pendahulu mereka dahulu mengangkut hasil ladangnya.




”Diharapkan nantinya, tradisi serapungan ini masuk agenda wisata Sumsel. Bahkan, bisa masuk agenda wisata nasional,” harap Budi Antoni usai melepas peserta serapungan.

Serapungan ini berupa bambu dengan panjang bervariasi 2,5 meter hingga tiga meter dengan lima ruas. Dua bambu ini diikat dengan rotan. Dikeringkan dan dikupas lapisan luar bambu tersebut. Semakin kering dan enteng biasanya semakin ringan serta cepat. Menariknya, bambu ini kemudian dicat berbagai warna. Meskipun, ada juga yang dibiarkan seperti apa adanya.

Pekan lalu, serapungan kembali digelar di Tebing Tinggi, Empat Lawang. Sedikitnya 83 peserta mengikuti serapungan kecepatan dan ribuan lainnya meramaikan serapungan santai.




Peserta serapungan cepat terdiri dari anak-anak hingga orang tua. Sementara serapungan santai, selain menggunakan serapungan hias juga banyak yang hanya menggunakan ban dalam mobil yang dipompa.

Fandra (19), merupakan warga Desa Terusan yang sejak tiga tahun terakhir menjadi juara serapungan. Dan tahun ini, dia pun kembali menjadi juara.

Ingin merasakan bagaimana rasanya wisata air, mungkin even ini bisa dijadikan tujuan wisata yang bisa dinikmati.

Hanya saja, untuk mencapai lokasi ini dari kota Palembang, cukup jauh. Jarak Palembang ke Tebing tinggi ditempuh dalam waktu 7 jam menggunakan mobil ataupun kereta api.





Kereta api, tersedia dua jadwal, siang dan malam. Kalau memilih kelas ekonomi bisa berangkat siang hari dari Stasiun Kertapati, Palembang tujuan Lubuklinggau. Atau jika memilih kelas bisnis dan eksekutif berangkat malam hari. Jika berangkat dari Kertapati pukul 21.00 WIB, tiba di Stasiun Tebing tinggi sekitar pukul 04.00 WIB.

Sementara kalau memilih menggunakan mobil bisa menumpang bus ataupun travel. Ongkosnya berbeda sesuai dengan kelasnya. Jadi untuk menikmati air terjun ini, dari Palembang membutuhkan waktu 3 hari termasuk perjalanan Tebingtinggi-Palembang.

Masalah lainnya, penginapan di kota Tebing tinggi masih terbatas. Itupun, hanya penginapan kelas melati dengan fasilitas terbatas. (sh/muhamad nasir)


http://www.sinarharapan.co.id/cetak/detail-cetak/article/meniti-musi-dengan-dua-batang-bambu/

Selasa, 05 Mei 2009

Papua Pesan kapal di Palembang

Papua Beli Kapal ke-6 dari Palembang

Palembang:
Untuk keenam kalinya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua membeli kapal buatan Palembang, yang dibuat sejak 1 April 2008 lalu.

Gubernur Papua Barnabas Suebu secara resmi mengambil kapal yang bernama KM Papua Baru,di Kawasan Mariana Banyuasin, Senin (4/5). Pengambilan KM Papua Baru oleh Gubernur Papua, didampingi oleh Wakil Gubernur Sumsel H Eddy Yusuf, Kepala Dinas Perhubungan Sumsel Sarimuda, serta unsur Muspida lainnya.

”Kapal ini merupakan kapal yang keenam dari Sumsel. Nanti akan digunakan untuk mengangkut masyarakat di pesisir Papua,’’ kata Barnabas. Barnabas menuturkan, Papua memiliki luas wilayah tiga kali lebih luas dari Pulau Jawa,namun infrastrukturnya belum memadai.

Sedangkan garis pantai yang dimiliki Papua terpanjang di antara pulau- pulau lain yang ada di Indonesia, sehingga sangat diperlukan kendaraan laut yang memadai.Menurut dia, selama ini Papua menganut sistem transportasi integrasi darat,laut dan sungai,serta udara. “70% saat ini transportasi kita udaradengan450lapanganterbang.

Untuk menekan biaya transportasi, maka darat dan sungai harus juga berperan. Tapi, jika harus membangun jalan darat biayanya sangat mahal dan butuh waktu, sehingga sungai alternatifnya,” terangnya.

Menurut rencana Pemprov Papua, kapal itu nantinya akan dijadikan sebagai kapal printis untuk warga Papua.

Dengan klasifikasi Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), kapal dapat menampung 350 penumpang dengan awak yang mencapai 36 orang. Bahkan, KM Papua Baru dilengkapi kelas VVIP 1 kamar, kelas 1 berjumlah 6 kamar,kelas 2 berjumlah 6 kamar, dan 2 ruangan besar untuk kelas ekonomi.Selain itu,ada juga fasilitas ruang meeting,ruang rekreasi,ruang kafetaria,water maker,serta fullAC.

Adapun spesifikasi kapal yang diberi nama KM Papua Baru itu, memiliki panjang 63 meter, lebar 12 meter, tinggi 6 meter, sarat air 3 meter, mesin induk 2 x 1000 HP, dan mesin bantu 2 x 150 kva dan 1 x 80 kva.


Sementara itu,Wakil Gubernur Sumsel, Eddy Yusuf sangat mengapresiasi sikap Gubernur Papua yang mengambil langsung kapal pesanannya. (sir)

Minggu, 03 Mei 2009

Rani dan Antasari

Mau Informasi tentang Rani, klik saja di sini:

http://rani-juliani.blogspot.com/2008/11/mengapa-saya-memilih-perguruan-tinggi.html

ini sekilas tentang wanita yang mampu menghebohkan jagat Indonesia:


Ini lho Rani yang Menghebohkan itu


Mendengar tentang Rani Juliani, saya coba mencari informasi, siapakah si Rani Juliani yang saat ini namanya disangkut pautkan dengan kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen dan konon melibatkan ketua KPK Antasari Azhar.

Pertama sih, saya gunakan kata kunci Rani Yuliani karena yang terdengar di telinga waktu itu seperti itu. Tetapi, waktu menggunakan kata kunci Rani Yuliani sepertinya tidak memberikan hasil yang memuaskan. Akhirnya saya coba cari tahu apakah benar ejaannya itu adalah Rani Yuliani. Setelah dicari-cari ternyata bukan Rani Yuliani, akan tetapi Rani Juliani. (kan lahirnya bulan Juli bukan bulan Yuli).

Mungkin kalau saya menuliskan Antasari Azhar, para pembaca sekalian sudah jauh lebih mengenal daripada saya. Tetapi saya menuliskan tentang Rani Juliani bukan berarti saya jauh lebih mengenal Rani Rani JulianiJuliani daripada pembaca. Sebab saya menulis tentang Rani Juliani juga karena tertarik tentang kasus ini.

Baiklah, sebenarnya siapa sih Rani Juliani itu? Saya mulai menggunakan www.Google.com untuk mencarinya dan mendapatkan informasi yang saya butuhkan, meskipun mungkin masih banyak yang belum terungkap dari hasil pencarian saya.

Rani Juliani sudah aktif membuat blog sejak Nopember tahun 2008. Rani Juliani ini baru berusia 22 tahun dan sedang menempuh pendidikan di STMIK Raharja Tangerang. Dia anak ke tiga dari empat bersaudara. Selama ini dia tinggal di Panunggan RT 01/04 Nomor 8, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang.

Rani merupakan panggilan akrab dia. Dia lahir tanggal 1 Juli 1986. Salah satu hobbynya adalah menonton film dan fans banget sama yang namanya James Bond, seorang lelaki yang mungkin gagah dan menarik buat dia (he he he tambahan saya). Selain film, dia suka musik, khususnya lagu-lagu tentang percintaan.

Di dunia pendidikan, dia sangat bangga dengan STMIK Rahaja, tempat dia menempuh pendidikan selama ini. Harapan Rani Juliani sangat besar untuk bisa menyelesaikan pendidikan di STMIK Raharja ini. Di kalangan kampus, Rani Juliani dikenal sebagai mahasiswa yang mudah bergaul dengan siapa saja. Enak untuk diajak bicara. Maka dari itu teman dia banyak.

Selain menjadi mahasiswa, saya mendapatkan informasi bahwa Rani Juliani pernah menjadi caddy di Padang Golf Modernland, Tangerang (PGMT), tempat biasa Nasrudin Zulkarnaen bermain golf. Menurut informasi dari MDT di sini, Rani Juliani dikenal sebagai primadona caddy (pemungut bola golf, red). Wajahnya cantik dengan dagu lancip dan pipi sedikit menonjol. Tubuhnya sintal. Banyak member yang antri untuk ditemani Rani dalam bermain golf di sini. Menurut informasi lain, selain jadi caddy di PGMT, ternyata pernah menjadi staf pemasaran di PGMT, namun sebelumnya sempat off terlebih dahulu.

Ternyata tidak hanya sebagai caddy di lapangan golf, Rani Juliani sempat menjadi pramugari di sebuah maskapai penerbangan. Wah, pengalamanya banyak juga ya.

Rani dikabarkan sempat dekat dengan Antasari Azhar, tetapi bukan sebagai pasangan melainkan sebagai anak angkat Antasari Azhar. Sementara dengan Nasrudin Zulkarnaen, menurut informasi yang saya peroleh bahwa Rani Juliani ini menjalin hubungan asmara hingga di pelaminan alias menjadi isteri ke tiga dari Nasrudin Zulkarnaen.

Tetangganya sama sekali tidak menduga bahwa suaminya Rani Juliani adalah orang yang sangat terkenal dengan nama panggilan Nasrudin. Selama ini mereka mengenalnya dengan panggilan Zul dimana seminggu sekali datang ke rumah Rani Juliani.

Sejak kasus ini muncul ke permukaan, Rani Juliani sulit untuk dihubungi, bahkan tempat tinggalnya selama ini di Tangerang sudah terlihat tidak berpenghuni. Terus kemanakah Rani Juliani dan kedua orang tuanya Endang dan Ny Engkus sekarang?

Sementara itu rumah Antasari di Komplek Giri Loka 2, Perumahan BSD, Kabupaten Tangerang, kini dijaga ketat. Sejak di luar komplek, petugas keamanan melarang wartawan masuk.

Kasus yang menimpa Rani Juliani ini, membuat Rani Juliani menjadi selebritis dadakan. Mungkin setelah kejadian ini, Rani bisa menjadi selebritis beneran, tinggal bagaimana memanfaatkannya. Susah lho jadi orang terkenal.

Di lain sisi, semoga kasus Nasrudin Zulkarnaen segera terungkap, yang benar dikatakan benar yang salah dikatakan salah dan tidak ada proses pencarian kambing hitam di negeri ini. Kalau itu sampai terjadi, hancur sudah negeri ini.


dikutip dari: http://www.gealgeol.com/2009/05/02/siapa-sih-rani-juliani.html