Jumat, 15 Mei 2009
Alquran raksasa
Alquran Raksasa di Mesjid Agung Palembang
Sebuah Alquran terbesar di dunia terbuat dari kayu tembesu saat ini telah memasuki tahap penyelesaian. Ukurannya tidak main-main, tebal keseluruhanya termacuk cover mencapai 9 meter. Ukuran halamannya, 177 cm x 140 cm x 2,5 cm.
Setidaknya 40 meter kubik kayu tembesu dihabiskan untuk membuat Alquran ini dan hamper Rp 1 milyar dihabiskan untuk menyelesaikan proyek ini. Akankah, Alquran ini bisa masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) atau bahkan Guinnes of Record, keterlibatan umat muslim sangat diharapkan.
Dari 30 juz isi Alquran, saat ini sudah diselesaikan seluruhnya. Terkendala dana dan bahan baku kayu tembesu, penyelesaian Alquran raksasa ini molor dari target yang mestinya awal 2004 sudah selesai.
“Minimal sebelum Pekan Olah Raga Nasional (PON) 2004, Alquran ini harusnya memang sudah selesai,” ujar Sofwatillah saat lauching di Mesjid Agung Palembang, Kamis (14/5).
Rujukan
Dengan diiciptakanya Alquran ini, nantinya diharapkan bisa menjadi rujukan dari setiap Alquran yang dicetak atau diterbitkan maupun Alquran impor. “Dan menjadi symbol Islam di Palembang khususnya, Sumatera Selatan bahkan Indonesia umumnya. Alquran ini kini disimpan di salah satu ruangan di lantai tiga Mesjid Agung Palembang,” ujar Sofwatillah.
Soalnya dengan perkembangan teknologi, Alquran tulisan memang sudah dapat dicetak ribuan lembar lembar setiap hari. Pembuat Alquran pun bukan hanya umat muslim tapi juga mereka yang nonmuslim dengan tujuan bisnis. “Karenanya, bukan tidak mungkin terjadi pemalsuan Alquran. Apalagi dengan diberlakukannya pasar bebas, kita tidak mungkin mengecek secara teliti dan detail isi Alquran yang masuk ke Indonesia. Apalagi beberapa tahun lalu diketahui adanya kesalahan-kesalahan pada produksi Alquran produksi impor. Karenanya tentunya diperlukan rujukan guna menjaga keaslian Alquran,” tambah Sofwatillah.
Untuk itulah, dengan pembuatan Alquran Akbar ini diharapkan selain bisa masuk MURI ataupun Guinnes of Record, juga menjadi rujukan bagian setiap pembuata Alquran.
Spesifikasi Alquran ini menurut KH Marzuki Alie, Ketua Harian Panitia Pembuatan Alquran Raksasa, termasuk cover depan dan belakang yang masing-masing tebalnya 4 cm, akan mencapai ketebalan 9 meter.
“Isinya, terdiri dari cover dua halaman, isi dari juz pertama sampai juz 30 sebanyak 306 lembar atau 612 halaman. Lalu, 17 lembar atau 34 halaman berupa hiasan Quran, daftar isi, daftar halaman, tadjij, sambutan-sambutan mukadimmah, pengesahan pentanshih, panitia dan daftar donatur. Sehingga nantinya total 325 lembar atau 630 halaman,” tambah Marzuki Alie didampingi Bendahara, Hj Asmawati
Pengerjaan Alquran ini memang tergolong sulit dan rumit. Bagaimana tidak, untuk satu keping Alquran bolak-balik, diperlukan waktu satu bulan.
Menyambut tahun baru hijrah, 1 Muharam 1423 H, Alquran raksasa tersebut mulai diperkenalkan kepada masyarakat. Pada peringatan tahun baru Islam yang dibuka, Jumat (8/3/2002), pihak pengurus Mesjid Agung Palembang menggelar kegiatan gebyar Islam dengan berbagai kegiatannya, diantaranya pameran bernuansa Islam.
Salah satu yang dipamerkan saat itu adalah mushaf Alquran raksasa yang terbuat dari kayu tembesu ukuran 177 cm x 140 cm dengan ketebalan 2,5 cm. Alquran raksasa yang kelak akan menjadi Alquran terbesar di Indonesia, jika telah selesai akan memiliki ketebalan sekitar 9 meter.
Rp 1 Milyar
Biaya untuk membuat Alquran raksasa ini sedikitnya mencapai Rp 1 miliar. Saat Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikan restorasi 16 Juni 2003 lalu sebagian dipamerkan.
''Pengerjaan Alquran ini saya dibantu 30 karyawan yang membantu penyelesaiannya,'' kata Syowatillah Mohzaib, yang merupakan suami dari Evi Komari.
.
Menurut alumnus Fakultas Dakwah IAIN Raden Fatah Palembang tahun 2003 ini, pembuatan Alquran raksasa tersebut memang diperkirakan selesai 2004.
Untuk mengoreksi isi Al Qur'an tersebut, telah dibentuk tim pentashih yang beranggotakan ulama cukup berpengaruh di Sumatera Selatan. Mereka adalah KH A Sazily Mustofa, KH Kgs Nawawi Dencik, KH Abdul Qudus, dan KH Muslim Anshori, dibantu dosen IAIN Raden Fatah Drs Sanusi Goloman Nasution.
Tim Khusus
Untuk menjamin suksesnya pembuatan Alquran raksasa yang selama ini dikerjakan di rumah Syofwatillah di Jalan Pangeran Sidoing Lautan Lr Budiman No 1009 Kelurahan 35 Ilir Palembang, juga telah dibentuk tim dengan pembina KH Zen Syukri dan KH Dr Kgs Oesman Said DSOG, penasihat Gubernur Sumatera Selatan H Rosihan Arsyad (kini telah habis masa jabatannya), dan pelindungnya Taufik Kiemas, suami Presiden Megawati.
Taufik Kiemas yang menyaksikan Alquran raksasa dengan ornamen khas Palembang di sekelilingnya, tertarik dan ikut mendukung rencana besar tersebut. Sebagai wujud dukungannya, Taufik Kiemas, pun memberikan bantuan dana sebesar Rp 40 juta untuk pembuatan Alquran raksasa tersebut.
Kini, menurut Sofwatillah yang mengaku punya keterampilan kaligrafi dengan belajar secara otodidak sejak duduk di Madarsah Tsanawiyah Negeri (MTs N) Pakjo Palembang ini, penyelesaian Alquran raksasa yang mengangkat seni kaligrafi Alquran dan seni ukir khas ornamen Palembang, bukan hanya menjadi tanggung jawab dirinya.
“Tetapi tanggung jawab semua umat muslim di Sumsel,” ujar Syofwatillah Mohzaib, pembuat kaligrafi kelahiran Serang 14 April 1975, yang didalam tubuhnya mengalir darah Palembang dan Banten. Dua daerah yang pada masa lalu memang menjadi pusat kejayaan dan syiar Islam di Nusantara. Kini gagasan besar itu telah menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat Palembang.
Bentuk tanggungjawab terlihat dari dibentuknya panitia khusus oleh Gubernur Sumsel, H Rosihan Arsyad (yang kini telah habis masa jabatannya) yang ditetapkan 13 Muharam 1423 H atau 15 Maret 2002 M.
Panitia ini, terdiri dari penanggungjawab dan penasihat yang terdiri dari, HM Taufik Kiemas, H Rosihan Arsyad, H Husni, Dr H jalaluddin, H Usman Said.
Pembinanya, dipercayakan kepada KH M Zen Syukri, J Suyuti Pulungan, Aflatun Mukhtar Yayasan Mesjid Agung Palembang, dan Yayasan Ahlul Quran.
Sementara pengurus lainnya, Ketua Umum H Ir Bakti Setiawan, Ketua Harian H Marzuki Alie, Sekretaris RHM Adi Rasyidi, dan Bendahara Hj Asmawati.
Yang dibantu juga oleh beberapa seksi, seperti seksi pentanshih yang diketuai Ki H Sjazily Moesthafa, seksi dana diketuai H Roni Hanan, seksi umum dan logistik diketuai HM Noerdin, seksi humas dan promosi diketuai M Skri Ibn Soha, dan seksi pengawasan dan pelaksanaan teknis diketuai Syofwatillah Maohzaib.
Dibantu Ahli
Untuk pengerjaan Alquran raksasa ini, Syofwatillah memang tidak bekerja sendirian. Ia dibantu beberapa orang yang ahli, termasuk juru ukir. Mengenai teknis pengerjaannya, Alquran raksasa ini sebelum diukir di atas papan, ayat-ayat Alquran terlebih dahulu ditulis di atas kertas karton.
“Lalu tulisan ini dijiplak ke kertas minyak. Sebelumnya tulisan ayat Alquran di atas karton ini dikoreksi oleh tim pentashih, jika ada yang salah langsung diperbaiki,” papar Sofwatillah yang menamatkan SD Negeri Mangunrejo, Serang, Banten, sebelum melanjutkan sekolah di MTsN Pakjo Palembang, dan menamatkan pendidikan sekolah lanjutan tingkat atasnya di Pondok Pesantren Arrisalah, Ponorogo.
Lalu kertas minyak tersebut ditempel ke atas papan yang sudah disiapkan. Huruf-huruf di atas kertas minyak ini menjadi petunjuk bentuk huruf kaligrafi ayat Alquran yang harus diukir.
Dalam menulis kaligrafi ayat Alquran dengan bentuk ukiran ini, Syofwatillah menggunakan jenis huruf atau khot standar dalam Alquran terbitan Saudi Arabia. Untuk tajwid-nya, ia menggunakan tajwid standar Departemen Agama RI.
Dihiasi Ornamen Khas Palembang
“Untuk membingkai ayat-ayat Alquran itu, di tepi lembar Alquran raksasa itu dihiasi dengan ukiran ornamen khas Palembang,” sambung ayah dari M Zikrillah, Nurmawadah Islamiah, dan Muhamad Amri Al Aqba.
Mesjid Agung adalah bagian dari bukti kejayaan Islam di Palembang berabad-abad lalu. Kini, Mesjid Agung telah menjadi mesjid nasional. Sementara Alquran raksasa yang digarap Sofwatillah yang juga menjadi penanggung jawab dalam pembuatan kaligrafi yang menghiasi Mesjid Agung, akan menjadi bukti bahwa dari Palembang, Sumatera Selatan, akan lahir Alquran terbesar di dunia. Sehingga, bukan tidak mungkin kalau
selesainya nanti, Alquran ini akan masuk dalam catatan Museum Rekor Indonesia (MURI). Bahkan Guinnes or Record.
“Karena ini Alquran pertama yang ukurannya paling besar dan terbuat dari kayu di dunia ini,” ujarnya bangga.
Dana yang dibutuhkan pembuatan Alquran ini memang tergolong besar, lebih dari Rp 1 milyar. Yang rinciannya, menurut Bendahara Hj Asmawati, untuk bahan Rp 149.555.000; Untuk upah dan gaji para pekerja Rp 597.950.000; dan biaya lainlain seperti listrik
transportasi dan honor penulis Rp 452.495.000.
Dari data yang ada, sedikitnya 30 penyumbang yang telah membantu diantaranya, HM Taufik Kiemas sebanyak 1 juz, Nazarudien Kiemas 1 juz, Gusti Bazan Kurnia 1 juz, M Yamin 1 juz Dodi Makmun Murod 1 juz, Dirut PT Danareksa 1 juz, PT Pusri 1 juz, Muda’I Madang ½ juz, H Husni (Walikota Palembang) 1 juz, Bupato Ogan Komering Ulu (OKU) Syahrial Oesman (mantan Bupati OKU dan mantan Gubernur Sumsel) 1 juz, PT Bukit Asam 1 juz, Menteri Agama Syaid Agil Almunawar 1 juz, Yani Arsyad (PT Jakarta Lyoid) 1 juz, Syarifudin Alambai 1 juz, H Heriyanto (PITI Palembang) 1 juz, Dandim 0418 Palembang Letkol ZL Amalsyah Tarmizi 1 lembar, dan Gubernur Sumsel H Rosihan Arsyad (kini telah habis masa jabatannya) 1 juz. (sh/muhamad nasir)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar