Sek
itar
20% atau sepanjang 328 km dari 1.644 km panjang jalan provinsi yang
tersebar di 15 kabupaten/kota di Sumsel saat ini dalam kondisi rusak.
Padahal, menjelang Lebaran dipastikan lalu lintas pengguna jalan
meningkat.
Wakil Ketua DPRD Sumsel Achmad Djauhari menilai,
kapasitas jalan di Sumsel masih belum mampu menahan beban kendaraan
yang melintas.
“Dalam artian, kendaraan yang melintas dan
muatan yang dibawa sudah melebihi tonase jalan,” kata Djauhari, Rabu
(25/7). Menurut Djauhari, sebagus apapun kualitas jalan yang dibangun,
jika tidak diperhatikan dengan baik maka usianya tentu tidak akan
panjang. “Ke depan, jalan yang dibangun harus kelas jalan yang sesuai
dengan kendaraan yang lewat. Jalan yang dibuat harus bagus, lebarnya
juga ditambah, jangan hanya ditinggikan,” ulasnya.
Politisi
Partai Demokrat ini juga menyampaikan, khusus kemacetan yang kerap
terjadi di antara poros jalan Palembang- Indralaya dan Palembang-
Betung, akibat dari rusaknya jalan di kawasan itu sejak empat tahun
lalu. “Saya melihat, Balai Besar (Balai Besar Jalan dan Jembatan
Wilayah III) tidak bekerja maksimal, sedangkan kita perjuangkan ke
pusat agar masalah ini diperhatikan. Sejak empat tahun lalu jalan
tersebut sudah terbengkalai. Kinerja Balai Besar tidak besar, mereka
tidak ada akses di Jakarta,”ujarnya geram.
Djauhari setuju,
kalau kinerja Balai Besar Jalan dan Jembatan Wilayah III dievaluasi.
DPRD Sumsel juga akan mengusulkan agar orang-orang yang memiliki
kemampuan dan kredibel di bidangnya, untuk mengisi posisi-posisi
strategis di Balai Besar.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga (PUBM) Provinsi Sumsel Heri Amalindo mengemukakan, kondisi jalan
yang rusak tersebut jelas dapat menghambat dan membahayakan pengguna
jalan yang melintas, terutama menjelang arus mudik mendatang yang
dipastikan akan padat.
“Kami terus melakukan perbaikan yang
sifatnya sporadis pada jalan provinsi di daerah yang mengalami
kerusakan,” ujar Heri Amalindo.
Heri melanjutkan, banyak faktor
yang menyebabkan kerusakan jalan, di antaranya kondisi cuaca yang
cenderung tidak stabil hingga terjadinya genangan air di jalan lantaran
banjir. Banyaknya pengguna jalan yang tidak mematuhi peraturan lalu
lintas di jalan raya juga turut memengaruhi kerusakan jalan. Hal
tersebut terlihat dari muatan kendaraan yang sering melebih kapasitas
yang telah ditetapkan.
“Jalan provinsi itu kapasitasnya hanya
6 ton, sementara kendaraan yang lewat saat ini volumenya banyak
melebihi tonase. Untuk melakukan pelarangan kita tidak punya
kewenangan, karena ada instansi lain yang lebih berwenang,” kilahnya.
Kendati begitu, dia menegaskan, untuk arus mudik Lebaran Idul Fitri
mendatang, tidak akan terjadi kendala atau masalah dengan jalan
provinsi yang akan dilalui.
Berdasarkan penilaian pihaknya,
jalan yang mengalami kerusakan tersebut masih tergolong atau dalam
kategori aman, sehingga layak untuk dilalui. Heri mengatakan, pihaknya
tidak akan memasang target sampai kapan jalan tersebut selesai
diperbaiki.“Bagi kami, seluruh jalan yang rusak akan diselesaikan
dengan baik,”tukasnya. Dia mengungkapkan, untuk memperbaiki jalan
provinsi yang rusak, pada 2012 telah dianggarkan dana sebesar Rp450
miliar yang bertujuan untuk perawatan rutin.
“Tiap tahun
anggaran perawatan rutin ini kita tingkatan, agar jalan provinsi Sumsel
ini benar-benar baik. Kalau dihitung untuk perbaikan, itu membutuhkan
dana Rp50 juta-100 juta per kilo meter. Kalau tidak dilakukan
perawatan, maka jalan akan semakin rusak dan dana perbaikannya makin
besar,” jelasnya.
Kepala Bidang (Kabid) Perencanaan Balai Besar
Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Syarkowi menuturkan, bahwa
pihaknya tiap tahun melakukan pemeliharaan jalan yang ada di Sumsel.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pemeriksaan terhadap kondisi
jembatan terutama yang berusia di atas 20 tahun, seperti Jembatan
Ampera dan Ogan Lama. “Kami rutin melakukan pemeliharaan berkala,
peningkatan kapasitas, pelebaran dan penggantian jembatan dan
pembangunan jalan dan jembatan baru agar bisa bertahan lama,” kilahnya.
(sir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar