Tim Komnas HAM dan KPAI menyaksikan olah TKP oleh Tim Labfor Mabes Polri |
Palembang:
Tim Komnas HAM batal
menyaksikan penyerahan proyektil yang ditemukan bidan Lia,
di tubuh Yarman (salah seorang korban penembakan Brimob), Senin (30/7) kepada pihak
kepolisian.
Tim Komnas HAM kumpulkan data dan keterangan dari saksi dan korban |
Rencana penyerahan barang
bukti tersebut ternyata melenceng dari rencana semula. Awalnya, seperti
diberitakan sebelumnya, Tim Komnas HAM yang dipimpin Nur Kholis bersama Tim Advokasi
Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Cinta Manis menyaksikan penyerahan barang bukti
mirip proyektil yang ditemukan bidan Lia yang praktik di Desa Limbang Jaya saat
melakukan pertolongan pertama kepada
korban beberapa saat setelah terjadi penembakan.
Proyektil ini sendiri
bukan ditemukan di tubuh almarhum Angga seperti berita sebelumnya , namun di tubuh korban Yarman yang akhirnya bersama
korban lainnya juga dievakuasi ke RS Bhayangkara.
Bidan Lia yang juga
Kepala Puskesmas TanjungBatu ketika dihubungi Koordinator Tim Tahta Mualimin menyatakan
bahwa barang bukti proyektil sudah diserahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Ogan Ilir H Kosasih pukul 7.30 pagi.
Anehnya, ketika Tim ini
menemui Kosasih di ruang kerjanya untuk menyaksikan penyerahan benda tersebut
ke pihak kepolisian, ternyata sudah diserahkan malam sebelumnya. “Sudah saya
serahkan tadi malam. Di rumah. Bukan, di Polsek,” kata Kosasih.
Anggota KPAI Sumsel. Hj Romlah |
Kosasih sendiri
menyatakan bahwa penyerahan itu disertai bukti serah terima namun dia tidak menyebuitkan
identitas polisi yang menerima barang bukti itu. Dia pun
enggan memperlihat surat tanda terima tersebut.
Karenanya, akhirnya proses penyerahan barang bukti itu gagal disaksikan
oleh tim Komnas HAM dan Tahta.
selongsong peluru yang ditemukan warga |
Terkait kegagalan
menyaksikan penyerahan barang bukti itu, Nur Kholis menegaskan hari ini timnya
akan memperdalam dan melanjutkan investigasi terhadap beberapa saksi dan
korban. Termasuk terhadap Bidan Lia yang kemarin tidak bisa ditemui dan tidak
bisa dihubungi.
Menurut keluarganya, Bidan
Lia pergi ke Kayu Agung untuk urusan yang tak disebutkan. Sebelumnya, menurut
Mualimin, bidan Lia cukup koperatif.
Desa Limbang Jaya
kemarin, tim Labfor dari Mabes Polri dan Polda Sumsel melakukan olah TKP ketiga
kalinya. Selama proses tersebut, mereka
dikerumuni warga.
Sementara informasi
yang didapat, hingga kemarin jumlah personel polisi yang
melaksanakan pengamanan di PTPN VII unit usaha Cinta Manis sebanyak 2.000
personel, terdiri dari BKO Polda Sumsel 763 personel, BKO Mabes Polri 678
personel, Polres OI 479 personel, dibantu TNI dari Kodim 80 personel. Namun mereka tidak terlihat di sekitar
Desa Limbang Jaya.
Beda Pendapat
Pihak Kepolisian dan
Komnas HAM serta warga beda pendapat soal kondisi di lapangan. Kepala
Biro Penerangan Masyarakat Polri Kombes Boy Rafli Amar yang menyatakan bahwa
penembakan aparat Brimob menggunakan gas air mata dan peluru karet.
Tak urung, warga yang mendengar pernyataan tersebut
melalui siaran langsung di stasiun televisi swasta itu kemarin mengaku geram. “Kami
geram dan sangat panas mendengar penjelasan itu. Tidak seperti kondisi di
lapangan. Banyak selongsong peluru, ada yang langsung dibersihkan aparat usai
menembak, namun masih banyak yang tersisa. Juga tak ada gas air mata,” ujar
Kepala Desa Limbang Jaya I, M Amin di desanya..
“Semua
yang disampaikan Mabes Polri itu salah besar. Kami berada di lapangan sebagai
saksi penembakan secara membabi buta yang dilakukan oknum Brimob Polda Sumsel.
Petinggi di Mabes Polri hanya menerima laporan dan tidak mengetahui riil di
lapangan. Kalau mereka tidak tahu
kronologis, jangan asal bicara,” timpal H Amir, tokoh masyarakat Desa Limbang Jaya.
.
Menurut H Amir, sebelum terjadinya penembakan, datang sekitar 16 mobil kepolisian beriringan memasuki Desa Limbang Jaya dan berhenti di tikungan menuju arah laut Desa Limbang Jaya.Sesampainya di sana, aparat Brimob mengacungkan senjata laras panjang ke arah massa. Spontan massa ketakutan.Atas inisiatif dan sebagai tetua desa, dia hendak menenangkan ratusan warga dan bernegosiasi dengan aparat. Tetapi, dialogis tak diindahkan aparat,bahkan aparat menantang warga yang melawan untuk keluar.
“Saya sempat diacungi senjata ke arah punggung dan dilarang keluar masuk ke rumah. Apa salah kami Pak sehingga desa kami ini dianggap seperti sarang teroris. Setelah menembaki warga,selongsong peluru diambil lagi oleh anggota Brimob,”tutur dia.
.
Menurut H Amir, sebelum terjadinya penembakan, datang sekitar 16 mobil kepolisian beriringan memasuki Desa Limbang Jaya dan berhenti di tikungan menuju arah laut Desa Limbang Jaya.Sesampainya di sana, aparat Brimob mengacungkan senjata laras panjang ke arah massa. Spontan massa ketakutan.Atas inisiatif dan sebagai tetua desa, dia hendak menenangkan ratusan warga dan bernegosiasi dengan aparat. Tetapi, dialogis tak diindahkan aparat,bahkan aparat menantang warga yang melawan untuk keluar.
“Saya sempat diacungi senjata ke arah punggung dan dilarang keluar masuk ke rumah. Apa salah kami Pak sehingga desa kami ini dianggap seperti sarang teroris. Setelah menembaki warga,selongsong peluru diambil lagi oleh anggota Brimob,”tutur dia.
Rumah keluarga Angga Darmawan |
Anggota BPD Desa Limbang Jaya Subhan mengaku
sempat berbicara dengan anggota Brimob bernama Barli yang diketahui sebagai
komandan dalam aksi sweeping tersebut. Dia meminta Barli menarik pasukannya dan
menahan tembakan. “Saya ini dari pemerintahan desa bermaksud menenangkan
warga.Tapi, ternyata dibalas Brimob dengan perkataan “Kami tidak butuh
pemerintah”. Bahkan, ada warga yang diterjang, dijambak, hingga
dipukul berkali- kali. Setelah itu, semua selongsong peluru diambil Brimob.
Jadi Apa yang di-lontarkan Boy Rafli salah besar karena tidak sesuai fakta yang
kami alami di lapangan,” ujarnya.
Peluru Tajam
Ketua Tim Komnas HAM, Nur Kholis mengungkapkan soal temuan
sementaranya. “Kalau polisi menyatakan tidak ada peluru tajam, temuan di
lapangan ternyata ada selongsong peluru tajam yang ditemukan warga. Bahkan ada
peluru yang masih aktif. JUga ada temuan proyektil di tubuh salah satu korban
penembakan,” ujar mantan Direktur LBH Palembang ini.
Nur Kholis juga menjelaskan, berdasarkan
investigasi dengan saksi-saksi dan korban di lapangan diketahui perisitwa
terjadi sekitar pukul 15.30 hingga 16.00. Dimulai tembakan ke atas 2 dan 4 kali oleh petugas
saat melintas di jalan desa. Ketika itu, iring-iringan kendaraan polisi melewati
desa melalui jalan laut. Saat mobil kelima melintai, diteriaki oleh beberapa
warga. Lalu kendaraan urutan ke enam berhenti dan turun empat petugas. Beberapa
orang dipukuli, ada yang ditarik bajunya hingga robek.
Setelah itu, terjadi dialog antara warga
dan pihak kepolisian yang membuat suasana semakin memanas. Lalu pihak
kepolisian dari truk pun turun bersamaan. Kondisi mulai tak terkendali. Warga
dan pihak polisi pun berhadapan dan beberapa tokoh masyarakat mencoba
menenangkan warga. Lalu terdengar pukulan bedug di mesjid sebagai pertanda ada
kejadian. Sudah menjadi kebiasaan, kalau ada hal-hal yang diluar dugaan, warga Limbang Jaya memukul bedug. Dan warga pun
berdatangan ke sumber suara. Sampai akhirnya, Angga ditemukan dalam kondisi terluka,
Lokasi Angga tertembak, sekitar 89 meter dari
titik pertama keributan. “Sementara penembakan diperkirakan sekitar 15 meter
hingga 89 meter,” jelasnya.
Polisi Diperiksa
Makam almarhum Angga Darmawan di Desa Limbang Jaya |
Pjs Kabid Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod Padakova mengungkapkan, pemeriksaan dilakukan secara intensif untuk mengungkap peristiwa yang sebenarnya. ”Semua anggota di lokasi saat kejadian, mulai anggota Brimob, Dalmas, Reserse, hingga Intel dari Polres OI, diperiksa dalam bentuk berita acara pemeriksaan (BAP), termasuk para komandan lapangan saat itu,” ungkapnya di ruang PPID Polda Sumsel kemarin.
Karo Provos Mabes Polri Brigjen Pol Sudjarno mengungkapkan,kedatangannya bersama tim Mabes Polri terkait kasus bentrok Ogan Ilir hanya sebatas melakukan atensi. (sir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar