Senin, 30 Juli 2012

Bukti Proyektil Diserahkan ke Polisi Tanpa Disaksikan Komnas HAM


Tim Komnas HAM dan KPAI menyaksikan olah TKP oleh Tim Labfor Mabes Polri

Palembang:


Tim Komnas HAM batal menyaksikan penyerahan proyektil yang ditemukan  bidan Lia, di tubuh Yarman (salah seorang korban penembakan Brimob), Senin (30/7) kepada pihak kepolisian.
Tim Komnas HAM kumpulkan data dan keterangan dari saksi dan korban
Rencana penyerahan barang bukti tersebut ternyata melenceng dari rencana semula. Awalnya, seperti diberitakan sebelumnya, Tim Komnas HAM yang dipimpin Nur Kholis bersama Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta (Tahta) Cinta Manis menyaksikan penyerahan barang bukti mirip proyektil yang ditemukan bidan Lia yang praktik di Desa Limbang Jaya saat melakukan pertolongan pertama  kepada korban beberapa saat setelah terjadi penembakan.
Proyektil ini sendiri bukan ditemukan di tubuh almarhum Angga seperti berita sebelumnya , namun di tubuh korban Yarman yang akhirnya bersama korban lainnya juga dievakuasi ke RS Bhayangkara.
Bidan Lia yang juga Kepala Puskesmas TanjungBatu ketika dihubungi Koordinator Tim Tahta Mualimin menyatakan bahwa barang bukti proyektil sudah diserahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Ogan Ilir H Kosasih pukul 7.30 pagi.
Anehnya, ketika Tim ini menemui Kosasih di ruang kerjanya untuk menyaksikan penyerahan benda tersebut ke pihak kepolisian, ternyata sudah diserahkan malam sebelumnya. “Sudah saya serahkan tadi malam. Di rumah. Bukan, di Polsek,” kata Kosasih.
Anggota KPAI Sumsel. Hj Romlah
Kosasih sendiri menyatakan bahwa penyerahan itu disertai bukti serah terima namun dia tidak menyebuitkan  identitas    polisi yang menerima barang bukti itu. Dia pun enggan memperlihat surat tanda terima tersebut.  Karenanya, akhirnya proses penyerahan barang bukti itu gagal disaksikan oleh tim Komnas HAM dan Tahta.
selongsong peluru yang ditemukan warga
Terkait kegagalan menyaksikan penyerahan barang bukti itu, Nur Kholis menegaskan hari ini timnya akan memperdalam dan melanjutkan investigasi terhadap beberapa saksi dan korban. Termasuk terhadap Bidan Lia yang kemarin tidak bisa ditemui dan tidak bisa dihubungi.
Menurut keluarganya, Bidan Lia pergi ke Kayu Agung untuk urusan yang tak disebutkan. Sebelumnya, menurut Mualimin, bidan Lia cukup koperatif.
Desa Limbang Jaya kemarin, tim Labfor dari Mabes Polri dan  Polda Sumsel melakukan olah TKP ketiga kalinya. Selama proses  tersebut, mereka dikerumuni warga.
Sementara informasi yang didapat, hingga kemarin jumlah personel polisi yang melaksanakan pengamanan di PTPN VII unit usaha Cinta Manis sebanyak 2.000 personel, terdiri dari BKO Polda Sumsel 763 personel, BKO Mabes Polri 678 personel, Polres OI 479 personel, dibantu TNI dari Kodim 80 personel. Namun mereka tidak terlihat di sekitar Desa Limbang Jaya.
Beda Pendapat
Pihak Kepolisian dan Komnas HAM serta warga beda pendapat soal kondisi di lapangan. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Kombes Boy Rafli Amar yang menyatakan bahwa penembakan aparat Brimob menggunakan gas air mata dan peluru karet. 
Tak urung, warga yang mendengar pernyataan tersebut melalui siaran langsung di stasiun televisi swasta itu kemarin mengaku geram. “Kami geram dan sangat panas mendengar penjelasan itu. Tidak seperti kondisi di lapangan. Banyak selongsong peluru, ada yang langsung dibersihkan aparat usai menembak, namun masih banyak yang tersisa. Juga tak ada gas air mata,” ujar Kepala Desa Limbang Jaya I, M Amin di desanya..

 “Semua yang disampaikan Mabes Polri itu salah besar. Kami berada di lapangan sebagai saksi penembakan secara membabi buta yang dilakukan oknum Brimob Polda Sumsel. Petinggi di Mabes Polri hanya menerima laporan dan tidak mengetahui riil di lapangan. Kalau mereka  tidak tahu kronologis, jangan asal bicara,” timpal H Amir, tokoh masyarakat Desa Limbang Jaya. 
.
Menurut H Amir,  sebelum terjadinya penembakan, datang sekitar 16 mobil kepolisian beriringan memasuki Desa Limbang Jaya dan berhenti di tikungan menuju arah laut Desa Limbang Jaya.Sesampainya di sana, aparat Brimob mengacungkan senjata laras panjang ke arah massa. Spontan massa ketakutan.Atas inisiatif dan sebagai tetua desa, dia hendak menenangkan ratusan warga dan bernegosiasi dengan aparat. Tetapi, dialogis tak diindahkan aparat,bahkan aparat menantang warga yang melawan untuk keluar. 


“Saya sempat diacungi senjata ke arah punggung dan dilarang keluar masuk ke rumah. Apa salah kami Pak sehingga desa kami ini dianggap seperti sarang teroris. Setelah menembaki warga,selongsong peluru diambil lagi oleh anggota Brimob,”tutur dia.
Rumah keluarga Angga Darmawan
Anggota BPD Desa Limbang Jaya Subhan mengaku sempat berbicara dengan anggota Brimob bernama Barli yang diketahui sebagai komandan dalam aksi sweeping tersebut. Dia meminta Barli menarik pasukannya dan menahan tembakan. “Saya ini dari pemerintahan desa bermaksud menenangkan warga.Tapi, ternyata dibalas Brimob dengan perkataan “Kami tidak butuh pemerintah”.  Bahkan, ada warga yang diterjang, dijambak, hingga dipukul berkali- kali. Setelah itu, semua selongsong peluru diambil Brimob. Jadi Apa yang di-lontarkan Boy Rafli salah besar karena tidak sesuai fakta yang kami alami di lapangan,” ujarnya.
Peluru Tajam
Ketua Tim Komnas HAM,  Nur Kholis mengungkapkan soal temuan sementaranya. “Kalau polisi menyatakan tidak ada peluru tajam, temuan di lapangan ternyata ada selongsong peluru tajam yang ditemukan warga. Bahkan ada peluru yang masih aktif. JUga ada temuan proyektil di tubuh salah satu korban penembakan,” ujar mantan Direktur LBH Palembang ini.
Nur Kholis juga menjelaskan, berdasarkan investigasi dengan saksi-saksi dan korban di lapangan diketahui perisitwa terjadi sekitar pukul 15.30 hingga 16.00. Dimulai  tembakan ke atas 2 dan 4 kali oleh petugas saat melintas di jalan desa. Ketika itu, iring-iringan kendaraan polisi melewati desa melalui jalan laut. Saat mobil kelima melintai, diteriaki oleh beberapa warga. Lalu kendaraan urutan ke enam berhenti dan turun empat petugas. Beberapa orang dipukuli, ada yang ditarik bajunya hingga robek.
Setelah itu, terjadi dialog antara warga dan pihak kepolisian yang membuat suasana semakin memanas. Lalu pihak kepolisian dari truk pun turun bersamaan. Kondisi mulai tak terkendali. Warga dan pihak polisi pun berhadapan dan beberapa tokoh masyarakat mencoba menenangkan warga. Lalu terdengar pukulan bedug di mesjid sebagai pertanda ada kejadian. Sudah menjadi kebiasaan, kalau ada hal-hal yang diluar dugaan, warga  Limbang Jaya memukul bedug. Dan warga pun berdatangan ke sumber suara. Sampai akhirnya, Angga ditemukan dalam kondisi terluka,
Lokasi Angga tertembak, sekitar 89 meter dari titik pertama keributan. “Sementara penembakan diperkirakan sekitar 15 meter hingga 89 meter,” jelasnya.
Polisi Diperiksa

Makam almarhum Angga Darmawan di Desa Limbang Jaya
 Sebanyak 100 polisi di tempat kejadian peristiwa, sejak empat hari terakhir diperiksa tim Bidang Propam Polda Sumsel dan penyidik Ditreskrimum Polda Sumsel di salah satu posko tak jauh dari lokasi kejadian. 

Pjs Kabid Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod Padakova mengungkapkan, pemeriksaan dilakukan secara intensif untuk mengungkap peristiwa yang sebenarnya. ”Semua anggota di lokasi saat kejadian, mulai anggota Brimob, Dalmas, Reserse, hingga Intel dari Polres OI, diperiksa dalam bentuk berita acara pemeriksaan (BAP), termasuk para komandan lapangan saat itu,” ungkapnya di ruang PPID Polda Sumsel kemarin. 


Karo Provos Mabes Polri Brigjen Pol Sudjarno mengungkapkan,kedatangannya bersama tim Mabes Polri terkait kasus bentrok Ogan Ilir hanya sebatas melakukan atensi. (sir) 

Tidak ada komentar: