Rabu, 25 Juli 2012

Kedelai Naik, Omzet Tempe Turun



Palembang

Harga kedelai melonjak mencapai Rp8.000/kg sejak tiga bulan terakhir mulai dikeluhkan sejumlah produsen tempe di Palembang. Soalnya, kenaikan itu berdampak turunnya omzet hingga 15%.

Seorang pengrajin tempe,  Aminah, Rabu (25/7) mengungkapkan keluhan yang dialaminya bersama pengrajin lannya. Menurut wanita yang sudah puluhan tahun bergelut membuat penganan tempe ini, kenaikan harga kedelai membuat usahanya sempat meredup.

Untung yang didapat sudah sulit memenuhi kebutuhan sehari- hari.  "Produksi tetap banyak tapi omzet kami tidak naik-naik,soalnya harga bahan baku tinggi sekali. Susah menyiasatinya,” ujar dia. Aminah berharap harga kedelai tidak naik lagi karena dia khawatir usahanya akan terganggu.

Jika harga kedelai membumbung tinggi seperti sekarang, dia kesulitan mencari modal. “Sekarang saja sulit. Apalagi kalau kedelai naik lagi.Kalau bisa janganlah pemerintah harus cepat tanggap. Kami cari makan hanya dari sini,kalau begini terus mana dapat untung lagi,” tutur dia.

Produksinya tetap,tapi omzet yang turun sampai 15%, soalnya kami beli bahan baku dengan harga tinggi. Jadi cari untungnya juga sudah susah,” ujar Koordinator Perkumpulan Produsen di Kelurahan 24 Ilir,Pramono. Menurut dia, jika harga kedelai ini terus naik, bukan tidak mungkin akan banyak usaha seperti mereka gulung tikar.

Untuk mengantisipasi harga bahan baku yang mahal saat ini saja, mereka sudah harus mengurangi ukuran tempe yang biasa mereka jual sehari-hari. Pramono menjelaskan, jika biasanya satu batang tempe berukuran 1,8 meter dibuat dengan 7–80 ons kedelai, sejak harga naik jatahnya mulai dikurangi menjadi 5–6 ons kedelai saja. Hal ini dipastikan  mengurangi cita rasa tempe itu sendiri.“ Tapi mau bagaimana lagi, memang kedelainya mahal kok,” ujar dia.

Dia mengatakan, kondisi seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya ketika suplai kedelai masih di bawah kendali Bulog. Namun, sejak dijual secara bebas dengan mekanisme pasar saat ini,harga tempe cenderung tidak stabil. Saking parahnya, harga kedelai ini terus mengalami kenaikan setiap hari. “Tiga bulan lalu harganya masih Rp5.700, kemudian naik jadi Rp6.000-an dan sekarang mendekati Rp8.000,” paparna. Untungnya, meski ukuran tempe diperkecil, permintaan tempe dari agen pasar-pasar tradisional tetap tak terganggu.

Karena itu pula, Pramono mengaku tetap memproduksi hingga 40 kg kedelai setiap hari untuk diolah menjadi penganan khas tersebut. Dia berharap harga kedelai ini kembali lagi normal paling tidak di kisaran Rp7.000/kg. (sir)

Tidak ada komentar: