Rabu, 25 Juli 2012

Warga Muba dan Mahasiswa Dukung Warga OI


*Konflik Warga OI-PTPN VII



Palembang

Sekitar 100 lebih warga dari Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) dan Ogan Ilir (OI) serta mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di DPRD Sumsel Rabu (25/7). Aksi ini terkait konflik lahan warga OI dengan PTPN VII.

Pendemo ini datang dengan 5 unit bus dan puluhan mobil pribadi serta sebuah mobil pick up berisikan peralatan sound system. Namun aksi tidak mendapat respon positif dari anggota dewan. Hingga warga membubarkan diri, tak satupun anggota dewan yang menemui.

Koordinator aksi iini Adi Jatmiko dari Walhi Sumsel. Dalam aksinya,  massa yang mengaku para petani OI dan  Muba ini, mengecam tindakan refresif yang dilakukan aparat polisi dan brimob. Menurut mereka, aparat melakukan sweeping dan menangkap warga yang beraktifitas meskipun kemudian dilepaskan kembali.

Para warga ini mengancam akan melawan aparat polisi dengan  berbagai cara meskipun pada akhirnya mereka harus menjadi korban. Kepada  pihak kepolisian, massa juga meminta agar teman mereka yang masih  diamankan polisi supaya dilepas.

Salah satu perwakilan petani dari Muba, mengaku mereka sengaja datang  dari Muba memberikan semangat dan siap membantu aksi petani dari OI. "Kami datang dari jauh-jauh Kabupaten Musi Banyuasin, siap membantu  petani OI, kami juga petani, kami tidak takut mati," kata perwakilan  Muba ini melalui pengeras suara.

Aksi para petani yang masih mengusung bendera Gerakan Petani Penesak  Bersatu (GPPB) Ogan Ilir ini juga mendapat soildaritas dari  mahasiswa Unsri. Perwakilan mahasiswa Unsri ikut membeikan  semangat dan berorasi di depan gedung pimpinan DPRD Sumsel.

Dalam pernyataan sikapnya, mahasiswa Unsri mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan aparat polisi kepda para petani di OI. Mereka  menilai apa yang dilakukan aparat Polri mempelihatkan bahwa aparat itu  hanya menjadi alat bagi para penanam modal.
Aksi pemukulan terhadap petani dan anggota DPRD Sumsel yang  sempat ditangkap di lahan ketika pecah keributan pertama, menunjukkan  sekali jika aparat Polri tidak memihak masyarakat atau petani tetapi  memihak PTPN.

"Untuk itu kami mahasiswa Unsri akan ikut berjuang membela para petani  dan akan kembali lagi dengan jumlah yang besar," teriak Nurul, perwakilan mahasiswa Unsri.

Beberapa petani yang ditemui mengaku, jumlah  yang  akan datang ke DPRD Sumsel mencapai ribuan orang tetapi mereka tidak  bisa keluar kampung karena mobil mereka dicegat brimob di dusun  terutama dusun Tanjung Laut, Tanjung Pinang, dan Limbang  Jaya.

"Makanya, aparat ini diturunkan cukup banyak karena rencana unjuk rasa  memang diikuti ribuan warga tetapi mereka dicegat di desa jadi tidak  bisa keluar," ujar seorang warga yang menolak  namanya disebutkan.

Sebagian petani berusaha mendatangi kantor DPRD dan bertemu dengan staf dan karyawan Sekretaris Dewan (Sekwan). Sekwan berjanji  akan menyampaikan apa-apa yang dituntut para pendemo ke DPRD Sumsel serta siap memfasilitasi pertemuan petani dengan dewan.(Sir)





Operasional

Sempat stop produksi, pihak PTPN VII unit usaha Cinta Manis sudah operasional kembali sejak Minggu (22/7). Mereka kembali menjalankan produksi seperti biasa, yaitu melakukan penggilingan tebu.

Humas PTPN VII unit usaha Cinta Manis Abdul Hamid menyatakan, saat ini karyawan PTPN, termasuk buruh angkut, tebang,muat tebu, perawatan,hingga proses penggilingan, sudah menjalankan aktivitasnya seperti biasa.

Dijelaskan Hamid, pada Sabtu (21/7), operasional berkisar 40%. Karena situasi dan kondisi saat itu masih kisruh, karyawan shock dan memilih mengungsi. ”Minggu  malam, alhamdulillah sudah beroperasi 100%,” katanya kepada wartawan.

Hamid menuturkan, pascabentrok, kerugian yang ditanggung perusahaan mencapai Rp159 miliar akibat terbakarnya area tebu seluas 3.473 hektare (ha), terbakarnya 50 kopel perumahan PTPN, 1 unit traktor, kantor, hingga penjarahan pupuk. Saat ini PTPN VII unit usaha Cinta Manis memiliki lahan ber-HGU seluas 20.000 ha yang terbagi menjadi tiga lokasi.

Saat ini, tambahnya,  lahan PTPN VII tidak dalam status quo. Dengan beroperasinya penggilingan tebu PTPN,secara otomatis menepis kegelisahan masyarakat Sumsel, Jambi, dan Bengkulu akan kekurangan stok gula menjelang Lebaran.

Gubernur Sumsel Alex Noerdin meminta masyarakat Sribandung, Kabupaten Ogan Ilir (OI) dan PTPN VII unit usaha Cinta Manis mengikuti seluruh aturan hukum yang berlaku.
 
Dengan begitu, persoalan atau sengketa lahan cepat dituntaskan.“Jika masing-masing pihak tetap tidak mengikuti aturan dan tidak bisa menahan diri, akan terus menimbulkan gejolak. Proses penyelesaian sengketa lahan lambat, bahkan dapat bertambah parah yang imbasnya dirasakan langsung kedua belah pihak,” ingat mantan Bupati Muba ini.

Alex menegaskan, saat ini pemerintah provinsi sedang memproses permasalahan sengketa lahan bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Sumsel guna melakukan pengukuran ulang lahan yang selama ini menjadi sengketa.

Kalau dalam hasil pengukuran ulang tersebut terjadi kelebihan atau selisih dari data sebelumnya, akan dikembalikan kepada yang berhak menerimanya. ”Tunggu dulu hasil pengukurannya, jangan lagi bergejolak,” imbaunya.
 
Kapolres Ogan Ilir (OI) AKBP Deni Dharmapala menegaskan,saat ini kondisi di sekitar PTPN VII unit usaha Cinta Manis aman dan terkendali. Namun, Polres OI masih menempatkan sekitar 1.813 personel yang terdiri dari unsur Dalmas Polres OI, Polda Sumsel, dan TNI. “Personel ditempatkan mulai pintu gerbang hingga area kebun dan kantor PTPN. Bahkan,ada beberapa anggota melakukan patroli rutin guna memastikan PTPN benar-benar aman,” tuturnya. (sir)

Tidak ada komentar: