*Konflik Warga OI-PTPN VII
Sekitar 100 lebih warga dari Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) dan Ogan
Ilir (OI) serta mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di DPRD Sumsel Rabu (25/7).
Aksi ini terkait konflik lahan warga OI dengan PTPN VII.
Pendemo ini datang dengan 5 unit bus dan puluhan mobil pribadi serta
sebuah mobil pick up berisikan peralatan sound system. Namun aksi tidak
mendapat respon positif dari anggota dewan. Hingga warga membubarkan diri, tak
satupun anggota dewan yang menemui.
Koordinator aksi iini Adi Jatmiko dari Walhi Sumsel. Dalam aksinya,
massa yang
mengaku para petani OI dan Muba ini, mengecam tindakan refresif yang
dilakukan aparat polisi dan brimob. Menurut mereka, aparat melakukan sweeping
dan menangkap warga yang beraktifitas meskipun kemudian dilepaskan kembali.
Salah satu perwakilan petani dari Muba, mengaku mereka sengaja
datang dari Muba memberikan semangat dan siap membantu aksi petani dari
OI. "Kami datang dari jauh-jauh Kabupaten Musi Banyuasin, siap
membantu petani OI, kami juga petani, kami tidak takut mati," kata
perwakilan Muba ini melalui pengeras suara.
Aksi para petani yang masih mengusung bendera Gerakan Petani
Penesak Bersatu (GPPB) Ogan Ilir ini juga mendapat soildaritas dari
mahasiswa Unsri. Perwakilan mahasiswa Unsri ikut membeikan semangat dan
berorasi di depan gedung pimpinan DPRD Sumsel.
Dalam pernyataan sikapnya, mahasiswa Unsri mengecam tindakan kekerasan
yang dilakukan aparat polisi kepda para petani di OI. Mereka menilai apa
yang dilakukan aparat Polri mempelihatkan bahwa aparat itu hanya menjadi
alat bagi para penanam modal.
Aksi pemukulan terhadap petani dan anggota DPRD Sumsel yang
sempat ditangkap di lahan ketika pecah keributan pertama, menunjukkan
sekali jika aparat Polri tidak memihak masyarakat atau petani tetapi
memihak PTPN.
"Untuk itu kami mahasiswa Unsri akan ikut berjuang membela para
petani dan akan kembali lagi dengan jumlah yang besar," teriak
Nurul, perwakilan mahasiswa Unsri.
Beberapa petani yang ditemui mengaku, jumlah yang akan datang ke DPRD Sumsel mencapai
ribuan orang tetapi mereka tidak bisa keluar kampung karena mobil mereka
dicegat brimob di dusun terutama dusun Tanjung Laut, Tanjung Pinang, dan
Limbang Jaya.
"Makanya, aparat ini diturunkan cukup banyak karena rencana unjuk
rasa memang diikuti ribuan warga tetapi mereka dicegat di desa jadi
tidak bisa keluar," ujar seorang warga yang menolak namanya
disebutkan.
Sebagian petani berusaha mendatangi kantor DPRD dan bertemu dengan staf
dan karyawan Sekretaris Dewan (Sekwan). Sekwan berjanji akan menyampaikan
apa-apa yang dituntut para pendemo ke DPRD Sumsel serta siap memfasilitasi
pertemuan petani dengan dewan.(Sir)
Operasional
Sempat
stop produksi, pihak PTPN VII unit usaha Cinta Manis sudah operasional kembali
sejak Minggu (22/7). Mereka kembali menjalankan produksi seperti biasa,
yaitu melakukan penggilingan tebu.
Humas PTPN VII unit usaha Cinta Manis Abdul Hamid menyatakan, saat ini karyawan PTPN, termasuk buruh angkut, tebang,muat tebu, perawatan,hingga proses penggilingan, sudah menjalankan aktivitasnya seperti biasa.
Dijelaskan Hamid, pada
Sabtu (21/7), operasional berkisar 40%. Karena situasi dan kondisi saat itu
masih kisruh, karyawan shock dan memilih mengungsi. ”Minggu malam, alhamdulillah sudah beroperasi 100%,”
katanya kepada wartawan.
Hamid menuturkan,
pascabentrok, kerugian yang ditanggung perusahaan mencapai Rp159 miliar akibat
terbakarnya area tebu seluas 3.473 hektare (ha), terbakarnya 50 kopel perumahan
PTPN, 1 unit traktor, kantor, hingga penjarahan pupuk. Saat ini PTPN VII unit
usaha Cinta Manis memiliki lahan ber-HGU seluas 20.000 ha yang terbagi menjadi
tiga lokasi.
Saat ini, tambahnya, lahan PTPN VII tidak dalam status quo. Dengan beroperasinya penggilingan tebu PTPN,secara otomatis menepis kegelisahan masyarakat Sumsel, Jambi, dan Bengkulu akan kekurangan stok gula menjelang Lebaran.
Gubernur Sumsel Alex
Noerdin meminta masyarakat Sribandung, Kabupaten Ogan Ilir (OI) dan PTPN VII
unit usaha Cinta Manis mengikuti seluruh aturan hukum yang berlaku.
Dengan begitu, persoalan atau sengketa lahan cepat dituntaskan.“Jika masing-masing pihak tetap tidak mengikuti aturan dan tidak bisa menahan diri, akan terus menimbulkan gejolak. Proses penyelesaian sengketa lahan lambat, bahkan dapat bertambah parah yang imbasnya dirasakan langsung kedua belah pihak,” ingat mantan Bupati Muba ini.
Alex menegaskan, saat ini pemerintah provinsi sedang memproses permasalahan sengketa lahan bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Sumsel guna melakukan pengukuran ulang lahan yang selama ini menjadi sengketa.
Kalau dalam hasil
pengukuran ulang tersebut terjadi kelebihan atau selisih dari data sebelumnya,
akan dikembalikan kepada yang berhak menerimanya. ”Tunggu dulu hasil
pengukurannya, jangan lagi bergejolak,” imbaunya.
Kapolres Ogan Ilir (OI) AKBP Deni Dharmapala menegaskan,saat ini kondisi di sekitar PTPN VII unit usaha Cinta Manis aman dan terkendali. Namun, Polres OI masih menempatkan sekitar 1.813 personel yang terdiri dari unsur Dalmas Polres OI, Polda Sumsel, dan TNI. “Personel ditempatkan mulai pintu gerbang hingga area kebun dan kantor PTPN. Bahkan,ada beberapa anggota melakukan patroli rutin guna memastikan PTPN benar-benar aman,” tuturnya. (sir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar