Berangkat dari keinginan untuk mengubah
pandangan buruk masyarakat terhadap penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas),
Desrina Ribhun menulis dan menuangkan pengalamannya selama berada di dalam bui.
Buku pertamanya itu diberi judul Dunia
Tanpa Lelaki dan telah dirilis 2011 lalu.Adapun proses penulisan hingga proses
cetaknya ternyata menghabiskan kurang lebih satu tahun. Penerbitannya pun
didukung langsung oleh Gubernur Sumsel Alex Noerdin.Sementara penulisan dan
editing dilakukannya sendiri dengan dibantu keluarga. “Pertama ditulis tangan selanjutnya
keluarga yang mengetiknya di luar lapas,” tutur Desrina yang ditemui SINDOdi
lapas wanita kelas IIA Palembang,beberapa waktu lalu. Diakuinya,pembuatan buku
ini tidak menyiapkan apapun kecuali untuk memberikan yang terbaik.
Isinya merupakan pengalaman pribadi yang
menceritakan kehidupan di balik jeruji,mulai dari introspeksi diri hingga
pengamatannya pada beragam perilaku unik penghuni lapas lainnya.Saat ini buku
Dunia Tanpa Lelaki sudah masuk 1500 cetakan yang pendanaannya dibantu dari
Pemprov.Tidak hanya itu, Desrina pun tengah menyelesaikan proses penerbitan
buku kedua Dunia Tanpa Lelaki.Sementara draft buku ketiga Dunia Tanpa Lelaki
sudah memasuki 80% penulisan.
Bila dibandingkan dengan buku
pertama,jelasnya,buku kedua dan ketiga akan lebih menonjolkan kisah lucu dan
unik dari semua kegiatan di lapas.“Dunia tanpa lelaki itu hanya judul agar
lebih menarik pembaca,dan ini akan menjadi trilogi.Kenapa Tanpa Lelaki yang
saya pilih untuk judul,karena lapas wanita memang tidak ditemukan lelaki kecuali
bayi dan petugas jaga yang berada di luar blok,”ujarnya bersemangat. Perempuan
yang lahir pada 12 Desember 1983 ini berharap karya tulisnya ini bisa
bermanfaat bagi yang membaca.
Sehingga masyarakat mengetahui bahwa semua
yang menjadi warga binaan lapas bukanlah orang-orang yang buruk dalam
berperilaku. Dengan dihadirkannya buku ini pula dia dan rekan-rekan
berharap,masyarakat luas tidak lagi mendiskreditkan para binaan pemasyarakatan
karena mereka dibina untuk menjadi manusia yang lebih baik di sana. Menurutnya,lapas
atau penjara boleh saja dianggap sebagai kehinaan di mata banyak orang,tapi dia
dan rekan-rekan warga binaan berusaha untuk menjadikannya sebagai sarana
mendekatkan diri pada Yang Kuasa.
Mereka pun menyepakati kata pepatah yang
menyebutkan orang-orang seperti mereka bukanlah orang yang tidak pernah berbuat
kesalahan “Orang boleh menganggap kami manusia yang bersalah dan layak dihukum
seberatberatnya. Tapi,kami berkeyakinan bahwa kami justru orang-orang yang
beruntung yang dipilih Tuhan untuk diuji dan diperingatkan agar kembali ke
jalan-Nya,”seru Desrina. Desrina menuturkan,hal pertama yang akan dilakukan
saat sudah bebas nanti adalah meminta maaf kepada mereka yang pernah tidak
sengaja dikecewakan,terutama orangtua dan keluarga besar.
Kemudian,dia akan melanjutkan usaha
butiknya yang selama dua tahun ini tak terurus.Diakuinya,selama di dalam
lapas,hanya bisa berdoa dan berusaha untuk menjadi lebih baik karena ingat pada
pepatah orang bijak itu adalah orang yang bisa menjadi lebih baik.
YULIA SAVITRI
Palembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar