Palembang:
General Manager Pemasaran PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang HM Romli mengaku optimistis pupuk urea bersubsidi di Sumsel akan terserap 100% tahun ini.
Menurutnya, hingga bulan ini, sudah 135.000 ton pupuk atau sekitar 64% pupuk telah terserap.
“Kalau dari sisi kebutuhan pupuk bersubsidi Sumsel per tahunnya mencapai 208.000 ton. Jadi sisa yang belum terserap sekitar 36% atau 73.000 ton pupuk. Kami yakin sisanya akan terserap di puncak musim tanam November dan Desember,”ujar Romli seusai melakukan rapat pembahasan pupuk bersubsidi dengan Pemprov Sumsel di ruang rapat Bina Praja Sumsel Selasa (26/10). Menurut Romli, penyerapan pupuk bersubsidi yang baru sebesar 64% sudah tergolong bagus dan tidak lamban.
Selain itu, bukan karena faktor cuaca yang terjadi di Sumsel. Penyalurannya pun tetap terawasi secara terus menerus, salah satunya oleh Komisi Pengawasan Pupuk dan Pes-tsida (KP3). “Kami sebagai operator di lapangan berterima kasih kepada Pemprov Sumsel dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dan Holtikultura (TPH) Provinsi Sumsel, karena di Sumsel ini KP3-nya aktif sekali. Sehingga semuanya berjalan lancar dan distribusi pupuk bersubsidi dapat sampai dengan petani di lapangan, kita berharap penyerapannya di 2010 ini nanti akan sampai 100 %,”ka-tanya.
Terkait masalah kenaikan harga yang terjadi April lalu, Romli menjelaskan, kenaikan tersebut sudah dihitung secara cermat dan melibatkan instansi terkait. Namun pihaknya menilai kenaikan masih dalam tahap wajar dan tidak menjadi masalah. “Karena pada dasarnya petani itu yang penting pupuknya tersedia, masalah harga ini sudah dihitung semua, termasuk dengan keekonomian pertanian,harga itu masih bagus tidak masalah, dan penyerapan pupuk juga tidak ada gangguan,”paparnya. Kepala Dinas Pertanian TPH Sumsel, Hj Nelly Rasdiana mengatakan, pihaknya telah melakukan rapat dengan PT Pusri dan KP3 membahasantisipasipermasalahan yang akan terjadi pada persediaan dan distribusi pupuk di Sumsel.
“Salah satu yang kita bahas bagaimana mengantisipasi kalau terjadi kelangkaan pupuk dan permasalahan lainnya,”ujarnya.
Langka
Sebelumknya, ratusan petani di Kecamatan Muara Sugihan,Kabupaten Banyuasin mengeluhkan terhentinya pasokan pupuk urea bersubsidi dari PT Pusri.
Hal tersebut mendorong para petani menyampaikan keluhannya kepada para wakilnya di parlemen. Akhir pekan lalu, perwakilan lima desa di Kecamatan Muara Sugihan yaitu Desa Titra Harja,Daya Kusuma, Hargo Mulyo,Cendana dan Mekarjaya mengadukan persoalan yang membelit mereka kepada Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banyuasin.
Ketua Kelompok Tani Kecamatan Muara Sugihan, Supandi menerangkan, telah terjadi kelangkaan pupuk urea bersubsidi di Kecamatan Muara Sugihan.Hal itu menyebabkan banyak petani merugi karena akan terlambat tanam. “Selain keterlambatan tanam,karena pupuk terlambat, hasil produksi terancam tidak maksimal diperoleh.
Sementara itu, kami mengharapkan Dewan dan Pemerintah dapat mencarikan solusi kelangkaan pupuk yang terjadi,”ujarnya.
Menurut Supandi,proses distribusi 4.500 karung pupuk urea di Kecamatan Muara Sugihan terlambat datang.Sementara,kelompok tani telah membayar pesanan pupuk urea bersubsidi pada pihak distributor pupuk Rp74.000/karung. Ketua Komisi II DPRD Banyuasin, Ledi Risdianto mengatakan, kegelisahan petani juga ditambah karena distributor pupuk di tingkat Kecamatan Muara Sugihan,yakni CV Abadi Jaya telah mematok harga pupuk lebih tinggi, sebesar Rp78.000/karung.
“Kami telah memanggil Dinas Pertanian dan Perternakan sebagai tim Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (Komppes) di kabupaten.Bersama mereka kami akan memeriksa kelangkaan pupuk di Muara Sugihan dan pihak distributor mengenai keterlambatan dan tingginya harga pupuk itu,”terang Ledi. Ledi mengungkapkan, permasalahan distributor pupuk bersubsidi memang harus mendapat perhatian serius dari dinas Pertanian dan Peternakan (Distannak) Kabupaten Banyuasin,sebagai tim pengawas distribusi. Mengingat, para petani sawah tadah hujan di Banyuasin sudah memasuki tahap tanam. “Ini penting diselidiki, karena kebutuhan pupuk untuk para petani sangat mendesak.
Jika terlambat dari jangka waktu yang ditentukan, tentunya mereka akan terlambat tanam dan merugi akan hasil produksi yang tidak maksimal,” terang Ledi. Menanggapi hal tersebut, Bupati Banyuasin,Amiruddin Inoed menjanjikan, secepatnya akan memanggil Distannak dan para distributor pupuk per Kecamatan di Banyuasin. Karena menurut Amiruddin, jika sudah sesuai dengan Rancangan Dasar Kebutuhan Pupuk (RDKP) kelompok tani per kecamatan, PT Pusri wajib mendistribusikan pupuk ke petani. (sir)
Selasa, 26 Oktober 2010
Pasca Terbakar, Jembara Ampera Diperbaiki
Palembang:
Pascakebakaran di bawah Jembatan Ampera beberapa waktu Lalu, kini kerusakan bagian bawah Jembatan Ampera mulai diperbaiki.
Meski sempat dikhawatirkan akan roboh, pasca kebakaran hebat, pemerintah memastikan kondisi Jembatan Ampera masih sangat kokoh.
Dirjen Bintek Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Purnomo mengatakan, dari hasil pe-elitian, saat ini kualitas beton Ampera hanya menurun sekitar 20 %. “Ampera masih kuat, jadi jangan khawatir akan ambruk. Karena hasil penelitian kami kualitas beton yang ada hanya turun 20%. Ini akan kami perbaiki, sehingga kekuatan Ampera akan lebih baik lagi,” jelas Purnomo saat dihubungi melalui ponselnya.
Meskipun begitu, untuk menjaga ketahanan jembatan, tetap harus dilakukan perbaikan pada bagian-bagian yang rusak. Perbaikan tersebut akan dilakukan mulai pekan ini,dengan memberi lapisan baja (steel bonding) atau serat fiber carbon pada bagian yang terbakar.
Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Jalan dan Jembatan Dinas PU Cipta Karya Sumsel, Aidil Fiqri mengatakan, kondisi jembatan Ampera masih bisa bertahan lama. Sebab, bantalan (bearing) yang menghubungkan antara rangka jembatan dan jalanan terbuat dari baja sehingga tidak mengalami pe-muaian.
Pemprov Sumsel menunjuk PT Hutama Buana Internusa untuk memperbaiki Landmark Kota Palembang ini. Untuk tahap awal, perbaikan dilakukan dengan mengelupasi plafon di bawah jembatan yang sudah mulai keropos. Selanjutnya, kontraktor menyuntik dinding dan plafon yang retak, dengan cairan khusus.
Pelaksana Lapangan PT Hutama Buana Internusa, Budianto mengatakan,proses injeksi tersebut lebih diprioritaskan di pangkal bawah jembatan hingga tiang kedua yang menjadi pusat titik terjadinya kebakaran beberapa waktu lalu. Proses ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar satu bulan.
“Rentang plafon mulai pangkal bawah jembatan hingga tiang kedua itu sekitar 30 meter.
Di areal inilah, lapisan plafon yang mulai mengelupas akan kita lepaskan untuk diberikan injeksi cairan,” kata Budi di sela proses perbaikan, Selasa (26/10).
Karena plafon jembatan cukup tinggi, yakni sekitar tiga meter dari permukaan tanah, lanjut Budi, pihaknya terlebih dahulu akan memasang penyangga bagi para pekerja menggunakan batang besi. Besi ini kemudian dicor ke tanah hingga akhirnya berdiri menopang bagian bawah jembatan. “Jumlah besinya ada delapan buah.Pekerja bisa berdiri di besi-besi tersebut. Kami tetap mengutamakan keselamatan para pekerja,”paparnya. (sir)
Pascakebakaran di bawah Jembatan Ampera beberapa waktu Lalu, kini kerusakan bagian bawah Jembatan Ampera mulai diperbaiki.
Meski sempat dikhawatirkan akan roboh, pasca kebakaran hebat, pemerintah memastikan kondisi Jembatan Ampera masih sangat kokoh.
Dirjen Bintek Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Purnomo mengatakan, dari hasil pe-elitian, saat ini kualitas beton Ampera hanya menurun sekitar 20 %. “Ampera masih kuat, jadi jangan khawatir akan ambruk. Karena hasil penelitian kami kualitas beton yang ada hanya turun 20%. Ini akan kami perbaiki, sehingga kekuatan Ampera akan lebih baik lagi,” jelas Purnomo saat dihubungi melalui ponselnya.
Meskipun begitu, untuk menjaga ketahanan jembatan, tetap harus dilakukan perbaikan pada bagian-bagian yang rusak. Perbaikan tersebut akan dilakukan mulai pekan ini,dengan memberi lapisan baja (steel bonding) atau serat fiber carbon pada bagian yang terbakar.
Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Jalan dan Jembatan Dinas PU Cipta Karya Sumsel, Aidil Fiqri mengatakan, kondisi jembatan Ampera masih bisa bertahan lama. Sebab, bantalan (bearing) yang menghubungkan antara rangka jembatan dan jalanan terbuat dari baja sehingga tidak mengalami pe-muaian.
Pemprov Sumsel menunjuk PT Hutama Buana Internusa untuk memperbaiki Landmark Kota Palembang ini. Untuk tahap awal, perbaikan dilakukan dengan mengelupasi plafon di bawah jembatan yang sudah mulai keropos. Selanjutnya, kontraktor menyuntik dinding dan plafon yang retak, dengan cairan khusus.
Pelaksana Lapangan PT Hutama Buana Internusa, Budianto mengatakan,proses injeksi tersebut lebih diprioritaskan di pangkal bawah jembatan hingga tiang kedua yang menjadi pusat titik terjadinya kebakaran beberapa waktu lalu. Proses ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar satu bulan.
“Rentang plafon mulai pangkal bawah jembatan hingga tiang kedua itu sekitar 30 meter.
Di areal inilah, lapisan plafon yang mulai mengelupas akan kita lepaskan untuk diberikan injeksi cairan,” kata Budi di sela proses perbaikan, Selasa (26/10).
Karena plafon jembatan cukup tinggi, yakni sekitar tiga meter dari permukaan tanah, lanjut Budi, pihaknya terlebih dahulu akan memasang penyangga bagi para pekerja menggunakan batang besi. Besi ini kemudian dicor ke tanah hingga akhirnya berdiri menopang bagian bawah jembatan. “Jumlah besinya ada delapan buah.Pekerja bisa berdiri di besi-besi tersebut. Kami tetap mengutamakan keselamatan para pekerja,”paparnya. (sir)
Guru di Banyuasin Belum Terima Tunjangan Sertifikasi
Palembang:
Puluhan guru dari banyusain mengadukan nasibnya ke DPRD Sumsel. Mereka mengadukan seputar kejelasan tunjangan profesi ribuan guru di Banyuasin yang belum diterima merekaselamasepuluhbulan.
”Ada ribuan guru belum terima tunjangan profesi.Kami kecewa belum ada kepastian dari Diknas Banyuasin. Padahal kami sudah mendatangi mereka,namun tidak ada kejelasan kapan dicairkan,” ujar A Rosen, salah satu perwakilan guru dari SMP 2 di Kecamatan Banyuasin III saat rapat di Komisi V DPRD Sumsl yang dihadiri Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Sumsel Seni n (25/10).
Rosen mengatakan, sejak bulan Januari – Oktober 2010, tunjangan belum mereka terima yang totalnya sebesar Rp25 juta per guru.
Pihaknya,ungkap dia,sudah mempertanyakan persoalan tersebut dan tak ada respon positif dari pemerintah setempat. ”Kabupaten lain sudah menerima seperti Muba,Lahat dan lainnya. Namun kenapa kami belum padahal sudah 10 bulan.Apalagi kami telah lulus sertifikasi sejak tahun 2007.Mau kemana lagi kami mengadu. Ribuan guru di Banyuasin diperkirakan belum menerima tunjangan sertifikasi untuk tahun 2010,”ungkapnya.
Kepala Bidang (Kabid) Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Disdikpora Sumsel, Romzid Muhir mengatakan, terkait tunjangan sertifikasi guru untuk lulusan sertifikasi 2006-2008 diluar kewenangannya. ”Diknas Sumsel hanya berwenang membayar tunjangan sertifikasi untuk guru non PNS dan guru PNS yang lulus sertifikasi tahun 2009 ke atas.
Kalau soal belum cairnya dana para guru itu seharusnya menjadi kewenangan pembayaran tunjangan pada Diknas kabupaten/kota yang bersangkutan,”tegasnya. Romzid menyebutkan bahwa mekanisme pembayaran tunjangan profesi guru yang lulus sertifikasi 2009 kebawah seharusnya dilakukan Diknas kabupaten/kota bersangkutan.
”Dalam kebijakan pusat atau Dirjen PPMTK Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), dana tunjangan sertifikasi untuk lulusan 2006-2008 sebenarnya ditransfer langsung ke kas daerah masing-masing.Apabila belum dibayarkan sampai 10 bulan maka harus dipertanyakan pada mereka,” tandasnya.
Ketua Komisi V DPRD Sumsel Bihaqqie Soefyan menyatakan,kewenangan pembayaran tunjangan sertifikasi untuk ribuan guru di Banyuasin yang lulus tahun 2006- 2008, bukan kewenangan Diknas Provinsi Sumsel. ”Kami memanggil Disdikpora Sumsel supaya tahu sebenarnya dana itu bermasalah atau nyangkut dimana. Karena ini masalah kejelasan soal tunjangan profesi guru yang belum dibayarkan sepuluh bulan,”tandasnya.
Bihaqqi mengatakan, berdasarkan penjelasan Disdikpora Sumsel, pembayaran tunjangan profesi guru lulusan tahun 2006- 2008 merupakan kewenangan Diknas kabupaten/kota, sedangkan lulusan tahun 2009 dan guru non PNS pembayarannya merupakan kewenangan provinsi.
”Makanya Komisi V tidak bisa intervensi ke DPRD setempat maupun Diknas setempat.Kami hanya bisa mendorong dan mengkoordinasikan persoalan itu ke komisi terkait di DPRD Banyuasin.Mudah-mudahan DPRD Banyuasin segera memanggil Diknas Banyuasin untuk menjelaskan persoalan tersebut,” jelasnya. (sir)
Puluhan guru dari banyusain mengadukan nasibnya ke DPRD Sumsel. Mereka mengadukan seputar kejelasan tunjangan profesi ribuan guru di Banyuasin yang belum diterima merekaselamasepuluhbulan.
”Ada ribuan guru belum terima tunjangan profesi.Kami kecewa belum ada kepastian dari Diknas Banyuasin. Padahal kami sudah mendatangi mereka,namun tidak ada kejelasan kapan dicairkan,” ujar A Rosen, salah satu perwakilan guru dari SMP 2 di Kecamatan Banyuasin III saat rapat di Komisi V DPRD Sumsl yang dihadiri Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Sumsel Seni n (25/10).
Rosen mengatakan, sejak bulan Januari – Oktober 2010, tunjangan belum mereka terima yang totalnya sebesar Rp25 juta per guru.
Pihaknya,ungkap dia,sudah mempertanyakan persoalan tersebut dan tak ada respon positif dari pemerintah setempat. ”Kabupaten lain sudah menerima seperti Muba,Lahat dan lainnya. Namun kenapa kami belum padahal sudah 10 bulan.Apalagi kami telah lulus sertifikasi sejak tahun 2007.Mau kemana lagi kami mengadu. Ribuan guru di Banyuasin diperkirakan belum menerima tunjangan sertifikasi untuk tahun 2010,”ungkapnya.
Kepala Bidang (Kabid) Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Disdikpora Sumsel, Romzid Muhir mengatakan, terkait tunjangan sertifikasi guru untuk lulusan sertifikasi 2006-2008 diluar kewenangannya. ”Diknas Sumsel hanya berwenang membayar tunjangan sertifikasi untuk guru non PNS dan guru PNS yang lulus sertifikasi tahun 2009 ke atas.
Kalau soal belum cairnya dana para guru itu seharusnya menjadi kewenangan pembayaran tunjangan pada Diknas kabupaten/kota yang bersangkutan,”tegasnya. Romzid menyebutkan bahwa mekanisme pembayaran tunjangan profesi guru yang lulus sertifikasi 2009 kebawah seharusnya dilakukan Diknas kabupaten/kota bersangkutan.
”Dalam kebijakan pusat atau Dirjen PPMTK Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), dana tunjangan sertifikasi untuk lulusan 2006-2008 sebenarnya ditransfer langsung ke kas daerah masing-masing.Apabila belum dibayarkan sampai 10 bulan maka harus dipertanyakan pada mereka,” tandasnya.
Ketua Komisi V DPRD Sumsel Bihaqqie Soefyan menyatakan,kewenangan pembayaran tunjangan sertifikasi untuk ribuan guru di Banyuasin yang lulus tahun 2006- 2008, bukan kewenangan Diknas Provinsi Sumsel. ”Kami memanggil Disdikpora Sumsel supaya tahu sebenarnya dana itu bermasalah atau nyangkut dimana. Karena ini masalah kejelasan soal tunjangan profesi guru yang belum dibayarkan sepuluh bulan,”tandasnya.
Bihaqqi mengatakan, berdasarkan penjelasan Disdikpora Sumsel, pembayaran tunjangan profesi guru lulusan tahun 2006- 2008 merupakan kewenangan Diknas kabupaten/kota, sedangkan lulusan tahun 2009 dan guru non PNS pembayarannya merupakan kewenangan provinsi.
”Makanya Komisi V tidak bisa intervensi ke DPRD setempat maupun Diknas setempat.Kami hanya bisa mendorong dan mengkoordinasikan persoalan itu ke komisi terkait di DPRD Banyuasin.Mudah-mudahan DPRD Banyuasin segera memanggil Diknas Banyuasin untuk menjelaskan persoalan tersebut,” jelasnya. (sir)
Bas Musik Gema Suara Bertahan dengan Peralatan Tua
OLEH: ISYANTO/MUHAMMAD NASIR
Palembang - Di tengah laju pembangunan Kota Palembang dan Sumatera Selatan yang demikian pesat, Bas Musik Gema Suara justru berjalan tertatih-tatih.
Kelompok musik yang mengandalkan bas, drum, dan terompet ini memang usianya telah cukup tua, 80 tahun. Peralatan musik mereka yang tidak mengilap cukup membuktikan bahwa bas musik (sebagian orang Palembang menyebutkan musik “jidor”) sudah tidak muda lagi. Terompet, saksofon, bas gitar, dan alat tiup lainnya sudah tampak tua, bahkan beberapa bagian sudah terlepas dan terpaksa diikat dengan tali rafia agar tidak terlepas.
BM Gema Suara didirikan pada 1930. Beryukur, mereka masih bisa bertahan sampai sekarang. Resepnya adalah mengikuti perkembangan zaman. Pada zaman jayanya Miss Ribut, mereka membawakan lagu-lagu Miss Ribut. Zaman kejayaan Ida Laila, Sam Saimun, P Ramlee, dan Mashabi, mereka membawakan lagu-lagu Melayu. Pada zaman jayanya dangdut, mereka membawakan lagu Rhoma Irama, Elvie Sukaesih, dan pada zaman kejayaan Inul, Iis Dahlia, Megi Z, Imam S Arifin, dan Mansyur S, mereka masih bisa juga mengikutinya.
Namun, kini di zaman kejayaan Trio Macan, Julia Perez, Kucing Garong, dan Belah Duren, mereka makin keteter mengikutinya. Maklumlah, irama musik Kucing Garong dan Belah Duren sangat cepat. Padahal, para personel BM Gema Suara sudah berusia tua. Anggota termuda BM Gema Suara adalah Andy Sahrial, itu pun usianya sudah 35 tahun. Anggota lainnya rata-rata berusia 50 atau 60 tahun. Ketuanya, Ki Agus Kailani, bahkan sudah berusia 70 tahun.
“Saya adalah generasi ketiga yang diwarisi grup musik ini oleh ayah saya,” kata pemimpin BM Gema Suara saat ini, Ki Agus Udjang Kailani (70), di sela-sela acara pemancangan tiang pertama renovasi GOR Sriwijaya di Palembang oleh Gubernur Sumsel, Alex Noedin, Jumat (22/10) lalu.
Untuk mempertahankan hidup, BM Gema Suara dituntut pandai-pandai mengikuti permintaan pasar. Untuk acara pemancangan tiang seperti di atas, ia menggandeng penyanyi Melayu Neneng bin Binti Salim. Neneng pada acara pemancangan tiang siang itu dengan fasih membawakan lagu Melayu “Fatwa Pujangga” dan “Semalam di Malaysia”.
Untuk acara Imlek atau ulang tahun kelenteng (rumah ibadah umat Buddha atau Kong Hu Cu), BMGS menggandeng penyanyi Mei Fan, yang jago membawakan lagu-lagu gambang kromong dan Mandarin. Untuk acara yang agak ngepop, BMGS menggandeng penyanyi bar bernama Yuli.
“Kami hanya pengiring saja, penyanyinya kami sewa dari luar, tapi tinggalnya tidak jauh dari kami di 14 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 2. Umumnya, pemain kami masih bersaudara. Saya tidak pernah jemu meminta mereka untuk melestarikan musik keluarga ini,,” kata Udjang.
Menurut Udhang, sebagian besar dari 12 anggotanya bisa membaca not balok karena mereka pernah ikut pendidikan musik. Udjang sendiri kerap membeli keping CD yang berisi musik dan menuliskan not baloknya. Lagu tersebut dibangun ulang sesuai kemampuan personel BM GS.
Honor yang diterima BMGS dari satu kali pementasan Rp 1 juta. Uang tersebut harus dibagi 12, termasuk penyanyi. “Satu orang kira-kira mendapat Rp 80.000. Lumayan untuk menopang kehidupan personel saya yang sehari-hari bekerja sebagai tukang las, tukang cat atau buruh kasar,” ujar kakek dari 22 cucu dan buyut dari 4 cicit itu.
Kendala yang dihadapi Udjang saat ini adalah peralatannya yang sudah tua. Ia kesulitan memperbarui peralatannya karena tidak punya uang. “Kalaupun uangnya ada, mungkin peralatannya sudah tidak ada lagi di toko. Pasalnya, peralatan kami sudah jadul banget, ha ha ha,” kata Udjang berseloroh. n
Palembang - Di tengah laju pembangunan Kota Palembang dan Sumatera Selatan yang demikian pesat, Bas Musik Gema Suara justru berjalan tertatih-tatih.
Kelompok musik yang mengandalkan bas, drum, dan terompet ini memang usianya telah cukup tua, 80 tahun. Peralatan musik mereka yang tidak mengilap cukup membuktikan bahwa bas musik (sebagian orang Palembang menyebutkan musik “jidor”) sudah tidak muda lagi. Terompet, saksofon, bas gitar, dan alat tiup lainnya sudah tampak tua, bahkan beberapa bagian sudah terlepas dan terpaksa diikat dengan tali rafia agar tidak terlepas.
BM Gema Suara didirikan pada 1930. Beryukur, mereka masih bisa bertahan sampai sekarang. Resepnya adalah mengikuti perkembangan zaman. Pada zaman jayanya Miss Ribut, mereka membawakan lagu-lagu Miss Ribut. Zaman kejayaan Ida Laila, Sam Saimun, P Ramlee, dan Mashabi, mereka membawakan lagu-lagu Melayu. Pada zaman jayanya dangdut, mereka membawakan lagu Rhoma Irama, Elvie Sukaesih, dan pada zaman kejayaan Inul, Iis Dahlia, Megi Z, Imam S Arifin, dan Mansyur S, mereka masih bisa juga mengikutinya.
Namun, kini di zaman kejayaan Trio Macan, Julia Perez, Kucing Garong, dan Belah Duren, mereka makin keteter mengikutinya. Maklumlah, irama musik Kucing Garong dan Belah Duren sangat cepat. Padahal, para personel BM Gema Suara sudah berusia tua. Anggota termuda BM Gema Suara adalah Andy Sahrial, itu pun usianya sudah 35 tahun. Anggota lainnya rata-rata berusia 50 atau 60 tahun. Ketuanya, Ki Agus Kailani, bahkan sudah berusia 70 tahun.
“Saya adalah generasi ketiga yang diwarisi grup musik ini oleh ayah saya,” kata pemimpin BM Gema Suara saat ini, Ki Agus Udjang Kailani (70), di sela-sela acara pemancangan tiang pertama renovasi GOR Sriwijaya di Palembang oleh Gubernur Sumsel, Alex Noedin, Jumat (22/10) lalu.
Untuk mempertahankan hidup, BM Gema Suara dituntut pandai-pandai mengikuti permintaan pasar. Untuk acara pemancangan tiang seperti di atas, ia menggandeng penyanyi Melayu Neneng bin Binti Salim. Neneng pada acara pemancangan tiang siang itu dengan fasih membawakan lagu Melayu “Fatwa Pujangga” dan “Semalam di Malaysia”.
Untuk acara Imlek atau ulang tahun kelenteng (rumah ibadah umat Buddha atau Kong Hu Cu), BMGS menggandeng penyanyi Mei Fan, yang jago membawakan lagu-lagu gambang kromong dan Mandarin. Untuk acara yang agak ngepop, BMGS menggandeng penyanyi bar bernama Yuli.
“Kami hanya pengiring saja, penyanyinya kami sewa dari luar, tapi tinggalnya tidak jauh dari kami di 14 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 2. Umumnya, pemain kami masih bersaudara. Saya tidak pernah jemu meminta mereka untuk melestarikan musik keluarga ini,,” kata Udjang.
Menurut Udhang, sebagian besar dari 12 anggotanya bisa membaca not balok karena mereka pernah ikut pendidikan musik. Udjang sendiri kerap membeli keping CD yang berisi musik dan menuliskan not baloknya. Lagu tersebut dibangun ulang sesuai kemampuan personel BM GS.
Honor yang diterima BMGS dari satu kali pementasan Rp 1 juta. Uang tersebut harus dibagi 12, termasuk penyanyi. “Satu orang kira-kira mendapat Rp 80.000. Lumayan untuk menopang kehidupan personel saya yang sehari-hari bekerja sebagai tukang las, tukang cat atau buruh kasar,” ujar kakek dari 22 cucu dan buyut dari 4 cicit itu.
Kendala yang dihadapi Udjang saat ini adalah peralatannya yang sudah tua. Ia kesulitan memperbarui peralatannya karena tidak punya uang. “Kalaupun uangnya ada, mungkin peralatannya sudah tidak ada lagi di toko. Pasalnya, peralatan kami sudah jadul banget, ha ha ha,” kata Udjang berseloroh. n
Alex Noerdin: SEA Games Hanya “Sasaran Antara”
Sinar Harapan, Senin, 25 Oktober 2010 13:27
Palembang – Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Alex Noerdin mencanangkan SEA Games hanyalah “sasaran antara”.
Sasaran utama Alex adalah menarik investor, menciptakan lapangan pekerjaan, mendatangkan pajak, dan mensejahterakan rakyat di wilayahnya. Caranya?
“Kita gelar 24 cabang SEA Games, plus upacara pembukaan dan penutupan di sini. Saya percaya, jika SEA Games sukses dan aman, investasi akan masuk. Jika investasi masuk, bayangkan berapa tenaga kerja yang akan terserap, berapa pajak yang akan masuk? Sumsel itu kaya sekali dan kami tidak bisa mengolahnya sendirian. Kami membutuhkan investor,” kata Alex di hadapan wartawan Jakarta yang ia undang ke Palembang untuk melihat pembangunan venues SEA Games.
Kekayaan alam Sumsel yang belum tergarap maksimal antara lain batu bara dan gas alam. Sumsel menyimpan cadangan batu bara dan gas alam terbesar di Indonesia.
Berkaitan dengan keamanan, Alex menyikapi penyerangan sebuah Polsek di Sumatera Utara yang menewaskan tiga polisi belum lama ini dengan menggandeng Polda Sumsel dan Pengda Perbakin Sumsel untuk melatih 3.800 anggota polisi Sumsel menembak reaksi. Pelatihan itu sudah dimulai September lalu dan kini telah 550 anggota polisi yang dilatih. Sisanya akan selesai pada Februari 2011.
“Keamanan itu penting. Kalau wilayah kita tidak aman, investor tak mau masuk,” ujar Alex, yang juga Ketua Pengda Perbakin Sumsel, dalam acara meninjau latihan para polisi di Lapangan Tembak Palembang, Jumat (22/10) lalu.
Meski kondisi sudah kondusif, Alex merasa memerlukan trigger, yang dapat menggairahkan masyarakat Sumsel untuk maju. Trigger itu adalah SEA Games. Untuk itu, ketika ditawari menjadi salah satu daerah tuan rumah SEA Games, Alex langsung mengajukan diri. Bagi Alex, inilah kesempatan Sumsel untuk menunjukkan ada dunia internasional bahwa Sumsel sudah maju, siap menampung investasi.
“Sekarang atau tidak sama sekali. Jika Sumsel tidak memanfaatkan kesempatan jadi tuan rumah, Sumsel akan kehilangan momentum dan harus menunggu 23 tahun lagi (terakhir, Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games pada 1987 dan selalu digilir di kalangan anggota ASEAN),” kata Alex.
“Stainless Steel”
Dari 24 cabang yang dituanrumahi Sumsel, delapan di antaranya memerlukan venues baru, termasuk cabang renang. Khusus untuk cabang ini, Pemprov Sumsel membangun kolam renang yang bagian dasarnya terbuat dari stainlees steel (baja antikarat), yang dilengkapi ruang pemotretan bawah air.
“Ini merupakan kolam renang stainless steel pertama di Indonesia dan kedua di dunia setelah China,” kata Alex, yang juga mantan Bupati Musi Banyuasin (Muba) itu.
Kepala Dinas PU Cipta Karya Provinsi Sumsel Rizal Abdullah di Palembang, Sabtu (23/10), mengatakan, pembangunan stainless steel itu harus diperhatikan secara khusus karena cukup rumit dan harus selesai tepat waktu. “Untuk membangun kolam renang ini, kami mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri,” katanya.
Kolam renang itu membutuhkan tiang pancang sedikitnya seribu buah karena akan dibangun secara bertingkat.
Alex mengatakan, semua pembangunan fasilitas SEA Games bekerja sama pihak ketiga dan sama sekali tidak menggunakan dana APBD.
“Kami bekerja sama dengan pihak ketiga dengan pola Built Over Transfer, yang artinya kira-kira bangun, gunakan, transfer. Pihak ketiga yang membangun, pihak ketiga yang menggunakan, tetapi setelah masa kontraknya habis diserahkan kepada Pengprov. Tanpa keluar uang sedikit pun, aset Pengprov bertambah,” kata Alex, yang terobsesi ingin menjadikan Sumsel sebagai pusat perdagangan di Nusantara seperti zaman keemasan Sriwijaya di abad ke-8.
(Isyanto/Muhammad Nasir)
Palembang – Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Alex Noerdin mencanangkan SEA Games hanyalah “sasaran antara”.
Sasaran utama Alex adalah menarik investor, menciptakan lapangan pekerjaan, mendatangkan pajak, dan mensejahterakan rakyat di wilayahnya. Caranya?
“Kita gelar 24 cabang SEA Games, plus upacara pembukaan dan penutupan di sini. Saya percaya, jika SEA Games sukses dan aman, investasi akan masuk. Jika investasi masuk, bayangkan berapa tenaga kerja yang akan terserap, berapa pajak yang akan masuk? Sumsel itu kaya sekali dan kami tidak bisa mengolahnya sendirian. Kami membutuhkan investor,” kata Alex di hadapan wartawan Jakarta yang ia undang ke Palembang untuk melihat pembangunan venues SEA Games.
Kekayaan alam Sumsel yang belum tergarap maksimal antara lain batu bara dan gas alam. Sumsel menyimpan cadangan batu bara dan gas alam terbesar di Indonesia.
Berkaitan dengan keamanan, Alex menyikapi penyerangan sebuah Polsek di Sumatera Utara yang menewaskan tiga polisi belum lama ini dengan menggandeng Polda Sumsel dan Pengda Perbakin Sumsel untuk melatih 3.800 anggota polisi Sumsel menembak reaksi. Pelatihan itu sudah dimulai September lalu dan kini telah 550 anggota polisi yang dilatih. Sisanya akan selesai pada Februari 2011.
“Keamanan itu penting. Kalau wilayah kita tidak aman, investor tak mau masuk,” ujar Alex, yang juga Ketua Pengda Perbakin Sumsel, dalam acara meninjau latihan para polisi di Lapangan Tembak Palembang, Jumat (22/10) lalu.
Meski kondisi sudah kondusif, Alex merasa memerlukan trigger, yang dapat menggairahkan masyarakat Sumsel untuk maju. Trigger itu adalah SEA Games. Untuk itu, ketika ditawari menjadi salah satu daerah tuan rumah SEA Games, Alex langsung mengajukan diri. Bagi Alex, inilah kesempatan Sumsel untuk menunjukkan ada dunia internasional bahwa Sumsel sudah maju, siap menampung investasi.
“Sekarang atau tidak sama sekali. Jika Sumsel tidak memanfaatkan kesempatan jadi tuan rumah, Sumsel akan kehilangan momentum dan harus menunggu 23 tahun lagi (terakhir, Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games pada 1987 dan selalu digilir di kalangan anggota ASEAN),” kata Alex.
“Stainless Steel”
Dari 24 cabang yang dituanrumahi Sumsel, delapan di antaranya memerlukan venues baru, termasuk cabang renang. Khusus untuk cabang ini, Pemprov Sumsel membangun kolam renang yang bagian dasarnya terbuat dari stainlees steel (baja antikarat), yang dilengkapi ruang pemotretan bawah air.
“Ini merupakan kolam renang stainless steel pertama di Indonesia dan kedua di dunia setelah China,” kata Alex, yang juga mantan Bupati Musi Banyuasin (Muba) itu.
Kepala Dinas PU Cipta Karya Provinsi Sumsel Rizal Abdullah di Palembang, Sabtu (23/10), mengatakan, pembangunan stainless steel itu harus diperhatikan secara khusus karena cukup rumit dan harus selesai tepat waktu. “Untuk membangun kolam renang ini, kami mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri,” katanya.
Kolam renang itu membutuhkan tiang pancang sedikitnya seribu buah karena akan dibangun secara bertingkat.
Alex mengatakan, semua pembangunan fasilitas SEA Games bekerja sama pihak ketiga dan sama sekali tidak menggunakan dana APBD.
“Kami bekerja sama dengan pihak ketiga dengan pola Built Over Transfer, yang artinya kira-kira bangun, gunakan, transfer. Pihak ketiga yang membangun, pihak ketiga yang menggunakan, tetapi setelah masa kontraknya habis diserahkan kepada Pengprov. Tanpa keluar uang sedikit pun, aset Pengprov bertambah,” kata Alex, yang terobsesi ingin menjadikan Sumsel sebagai pusat perdagangan di Nusantara seperti zaman keemasan Sriwijaya di abad ke-8.
(Isyanto/Muhammad Nasir)
Ditemukan, Janin Membatu dalam Rahim
Sinar Harapan, Kamis, 23 April 2009
Oleh
Muhamad Nasir
Palembang - Tim Dokter Rumah Sakit Dr Noesmir DKT Baturaja mengungkap misteri hilangnya kandungan Rainah (48) yang telah berusia tujuh bulan pada 1984. Ternyata, janin itu telah membatu di rahim sang ibu. Penemuan ini dalam istilah kedokteran disebut lithopedion.
Terkuaknya kejadian misterius calon anak pertama yang telah diidam-idamkan warga Belitang BK XVI, Kabupaten OKU Timur itu saat menjalani operasi tumor rahim yang dilakukan tim medis Rumah Sakit Dr Noesmir DKT Baturaja.
Operasi itu dipimpin dr Hafiz Usman SpOG. Saat operasi berlangsung tim medis menemukan sebongkah batu seukuran kepalan tangan orang dewasa berada di luar dinding rahim Rainah. Saat diperiksa, ternyata sebongkah batu tersebut adalah janin bayi yang telah mengalami pengapuran.
Organ tubuh janin tersebut masih tampak jelas, terdiri dari kepala, rangka kedua tangan, kaki, tulang iga dan tulang belakang. Diperkirakan janin “batu” itu memiliki panjang sekitar 14 cm dengan dengan berat sekitar 300-400 gr.
Kepala janin menyatu dengan pangkal paha. Selain menemukan janin “batu”, tim medis juga menemukan sebongkah batu berukuran lebih kecil yang awalnya diduga plasenta.
Janin yang mengalami pengapuran ini diduga merupakan janin bayi yang dikandung Rainah pada 1984 silam. Saat itu usia kandungan Rainah sudah berjalan tujuh bulan dan mendadak hilang.
Ketua Tim Dokter Operasi dr Hafiz Usman SpOG mengaku terkejut dengan ini. Awalnya, pihaknya hanya melakukan operasi pengangkatan rahim saja. Pasien mengalami kehamilan ekstra uterine atau intra abidol minal. Pasien sempat hamil tujuh bulan terus hilang, disebabkan janin bayi meninggal namun tidak membusuk dan tidak bisa keluar.
”Terjadilah proses klasifikasi atau pengapuran,” tandasnya. Hafiz menambahkan, sebelumnya Rainah hanya mengeluhkan pendarahan atau haid selama dua bulan tanpa henti.
Setelah diteliti dan dilakukan USG, pasien positif memiliki tumor jinak atau mioma uteri. ”Dalam USG tersebut awalnya saya juga lihat ada gambar klasifikasi yang kurang jelas di luar rahim. Kendati demikian, kita awalnya masih fokus pada mioma uteri itu,” tandas dia. Menurut Hafiz, penemuan janin menjadi batu ini diketahui saat operasi berlangsung.
Menurut Hafiz, kalau operasi pengangkatan rahim saja biasanya hanya 45 menit. Karena sekalian membersihkan ini, mereka menghabiskan waktu 1 jam 25 menit dengan penambahan darah sebanyak dua kantong. n
Copyright © Sinar Harapan 2008
Oleh
Muhamad Nasir
Palembang - Tim Dokter Rumah Sakit Dr Noesmir DKT Baturaja mengungkap misteri hilangnya kandungan Rainah (48) yang telah berusia tujuh bulan pada 1984. Ternyata, janin itu telah membatu di rahim sang ibu. Penemuan ini dalam istilah kedokteran disebut lithopedion.
Terkuaknya kejadian misterius calon anak pertama yang telah diidam-idamkan warga Belitang BK XVI, Kabupaten OKU Timur itu saat menjalani operasi tumor rahim yang dilakukan tim medis Rumah Sakit Dr Noesmir DKT Baturaja.
Operasi itu dipimpin dr Hafiz Usman SpOG. Saat operasi berlangsung tim medis menemukan sebongkah batu seukuran kepalan tangan orang dewasa berada di luar dinding rahim Rainah. Saat diperiksa, ternyata sebongkah batu tersebut adalah janin bayi yang telah mengalami pengapuran.
Organ tubuh janin tersebut masih tampak jelas, terdiri dari kepala, rangka kedua tangan, kaki, tulang iga dan tulang belakang. Diperkirakan janin “batu” itu memiliki panjang sekitar 14 cm dengan dengan berat sekitar 300-400 gr.
Kepala janin menyatu dengan pangkal paha. Selain menemukan janin “batu”, tim medis juga menemukan sebongkah batu berukuran lebih kecil yang awalnya diduga plasenta.
Janin yang mengalami pengapuran ini diduga merupakan janin bayi yang dikandung Rainah pada 1984 silam. Saat itu usia kandungan Rainah sudah berjalan tujuh bulan dan mendadak hilang.
Ketua Tim Dokter Operasi dr Hafiz Usman SpOG mengaku terkejut dengan ini. Awalnya, pihaknya hanya melakukan operasi pengangkatan rahim saja. Pasien mengalami kehamilan ekstra uterine atau intra abidol minal. Pasien sempat hamil tujuh bulan terus hilang, disebabkan janin bayi meninggal namun tidak membusuk dan tidak bisa keluar.
”Terjadilah proses klasifikasi atau pengapuran,” tandasnya. Hafiz menambahkan, sebelumnya Rainah hanya mengeluhkan pendarahan atau haid selama dua bulan tanpa henti.
Setelah diteliti dan dilakukan USG, pasien positif memiliki tumor jinak atau mioma uteri. ”Dalam USG tersebut awalnya saya juga lihat ada gambar klasifikasi yang kurang jelas di luar rahim. Kendati demikian, kita awalnya masih fokus pada mioma uteri itu,” tandas dia. Menurut Hafiz, penemuan janin menjadi batu ini diketahui saat operasi berlangsung.
Menurut Hafiz, kalau operasi pengangkatan rahim saja biasanya hanya 45 menit. Karena sekalian membersihkan ini, mereka menghabiskan waktu 1 jam 25 menit dengan penambahan darah sebanyak dua kantong. n
Copyright © Sinar Harapan 2008
Modifikasi Moge Andalkan Barang Bekas
Sabtu, 17 April 2010 11:37
Muhamad Harun Karidin
OLEH: MUHAMAD NASIR
Palembang - Hobi motor gede (moge) membawa rezeki tersendiri bagi Muhamad Harun Karidin. Uniknya, dia justru mengandalkan barang-barang bekas untuk memoles kreativitasnya menciptakan duplikat moge Harley.
Kemampuannya menyulap sepeda motor jenis apa pun menjadi moge membuatnya menafkahi keluarganya hingga sekarang. Usaha ini ditekuninya sejak tahun 1900-an.
Oleh para penggemar moge di Palembang, Harun yang biasa dipanggil Wak Harun Chopper, dikenal cukup piawai dalam membuat motor chopper yang bentang roda depan dan belakang mencapai 3 meter. Seperti diketahui, model ini cukup membuat pengguna jalan berpaling, karena selain suara knalpotnya yang besar, juga modelnya yang unik.
Kemampuan memodifikasi motor ini dimiliki Wak Harun secara otodidak. Pendidikan formalnya hanya sampai SMP, tetapi untuk dunia motor sudah digelutinya sejak remaja. Sejak bergelut di usaha ini, Wak Harun sudah menghasilkan modifikasi moge yang umumnya dari Binter Merzy. Dan kalau dijumlah mulai dari mulai sampai sekarang, karya yang dihasilkannya mencapai puluhan.
Sejak berkiprah sampai sekarang bengkelnya tidak pernah pindah, tetap di Pasar Cinde. ”Di sini, saya mudah mendapatkan bahan-bahan bekas berupa besi atau pipa untuk sasis motor,” ujarnya.
Untuk membuat moge, kata dia, butuh waktu setidaknya dua bulan. ”Yang paling sulit dalam membuat moge adalah bagian rangka sasis, stang depan, dan pelek,” ujarnya.
Untuk membuat Rangka sasis, Wak Harun memanfaatkan besi dan pipa bekas yang ukurannya disesuaikan. Tingkat kesulitannya ditentukan juga oleh mode sasis dan bentuk jok. Sementara untuk stang, menggunakan besi bekas dan per (shock) di bagian atas. Mode chopper terutama yang ekstrem memang biasanya panjang di bagian stang. Oleh karena pembuatannya manual, pengerjaannya harus teliti dan cermat.
Begitu pun bagian pelek, kalau menggunakan pelek asli harganya lumayan mahal mencapai Rp 6 juta. Jadi, biasanya diakali dengan menggabungkan tiga pelek sepeda motor biasa yang disesuaikan dengan ukuran ban. Cukup dengan dana minim hanya berkisar Rp 2 juta.
Ban menggunakan ban eks superbike yang didapat dari Jambi. Dengan harga yang miring berkisar Rp 300 ribu, pemilik bisa menunggangi moge imitasi.
Cukup Rp 15 Juta
Pelanggan Wak Harun umumnya tergabung dalam Sriwijaya Merzy Owner Club (SMOC). Bila ingin mendapatkan moge ala Wak Harun, Anda tak perlu menarik kantong dalam-dalam dibanding membeli moge aslinya. Dengan biaya Rp 15 juta, di tangan Wak Harun Chopper sepeda motor apa pun bisa menjadi moge. ”Tapi, itu belum termasuk tahap penyelesaian. Bagian penyelesaian, rezeki orang lain, biarlah kita berbagi,” katanya saat ditemui SH di bengkelnya beberapa waktu lalu.
Dia sendiri punya satu moge chopper yang digunakan sebagai alat transportasi sekaligus digunakan untuk turing. Bagi Wak Harun, dunia moge memberikan nuansa tersendiri. Bisa berkumpul dengan banyak orang dari berbagai profesi yang punya hobi sama.
Suasana biasanya akan lebih meriah bila ada pejabat yang ikut nimbrung. Hanya, mereka umumnya bergabung di IMBI dengan motor ber-CC mencapai 500 sampai 1.000. Dulu, misalnya, ada Sjachrudin ZP yang pernah menjabat Kapoltabes Palembang, Kapolda Sumsel, dan kini terpilih menjadi Gubernur Lampung. n
Muhamad Harun Karidin
OLEH: MUHAMAD NASIR
Palembang - Hobi motor gede (moge) membawa rezeki tersendiri bagi Muhamad Harun Karidin. Uniknya, dia justru mengandalkan barang-barang bekas untuk memoles kreativitasnya menciptakan duplikat moge Harley.
Kemampuannya menyulap sepeda motor jenis apa pun menjadi moge membuatnya menafkahi keluarganya hingga sekarang. Usaha ini ditekuninya sejak tahun 1900-an.
Oleh para penggemar moge di Palembang, Harun yang biasa dipanggil Wak Harun Chopper, dikenal cukup piawai dalam membuat motor chopper yang bentang roda depan dan belakang mencapai 3 meter. Seperti diketahui, model ini cukup membuat pengguna jalan berpaling, karena selain suara knalpotnya yang besar, juga modelnya yang unik.
Kemampuan memodifikasi motor ini dimiliki Wak Harun secara otodidak. Pendidikan formalnya hanya sampai SMP, tetapi untuk dunia motor sudah digelutinya sejak remaja. Sejak bergelut di usaha ini, Wak Harun sudah menghasilkan modifikasi moge yang umumnya dari Binter Merzy. Dan kalau dijumlah mulai dari mulai sampai sekarang, karya yang dihasilkannya mencapai puluhan.
Sejak berkiprah sampai sekarang bengkelnya tidak pernah pindah, tetap di Pasar Cinde. ”Di sini, saya mudah mendapatkan bahan-bahan bekas berupa besi atau pipa untuk sasis motor,” ujarnya.
Untuk membuat moge, kata dia, butuh waktu setidaknya dua bulan. ”Yang paling sulit dalam membuat moge adalah bagian rangka sasis, stang depan, dan pelek,” ujarnya.
Untuk membuat Rangka sasis, Wak Harun memanfaatkan besi dan pipa bekas yang ukurannya disesuaikan. Tingkat kesulitannya ditentukan juga oleh mode sasis dan bentuk jok. Sementara untuk stang, menggunakan besi bekas dan per (shock) di bagian atas. Mode chopper terutama yang ekstrem memang biasanya panjang di bagian stang. Oleh karena pembuatannya manual, pengerjaannya harus teliti dan cermat.
Begitu pun bagian pelek, kalau menggunakan pelek asli harganya lumayan mahal mencapai Rp 6 juta. Jadi, biasanya diakali dengan menggabungkan tiga pelek sepeda motor biasa yang disesuaikan dengan ukuran ban. Cukup dengan dana minim hanya berkisar Rp 2 juta.
Ban menggunakan ban eks superbike yang didapat dari Jambi. Dengan harga yang miring berkisar Rp 300 ribu, pemilik bisa menunggangi moge imitasi.
Cukup Rp 15 Juta
Pelanggan Wak Harun umumnya tergabung dalam Sriwijaya Merzy Owner Club (SMOC). Bila ingin mendapatkan moge ala Wak Harun, Anda tak perlu menarik kantong dalam-dalam dibanding membeli moge aslinya. Dengan biaya Rp 15 juta, di tangan Wak Harun Chopper sepeda motor apa pun bisa menjadi moge. ”Tapi, itu belum termasuk tahap penyelesaian. Bagian penyelesaian, rezeki orang lain, biarlah kita berbagi,” katanya saat ditemui SH di bengkelnya beberapa waktu lalu.
Dia sendiri punya satu moge chopper yang digunakan sebagai alat transportasi sekaligus digunakan untuk turing. Bagi Wak Harun, dunia moge memberikan nuansa tersendiri. Bisa berkumpul dengan banyak orang dari berbagai profesi yang punya hobi sama.
Suasana biasanya akan lebih meriah bila ada pejabat yang ikut nimbrung. Hanya, mereka umumnya bergabung di IMBI dengan motor ber-CC mencapai 500 sampai 1.000. Dulu, misalnya, ada Sjachrudin ZP yang pernah menjabat Kapoltabes Palembang, Kapolda Sumsel, dan kini terpilih menjadi Gubernur Lampung. n
Sekolah Gratis, Kok Bayar Jutaan Rupiah?
Sinar Harapan, 22 Juli 2009
OLEH: MUHAMAD NASIR
SH/Muhammad Nasir
Palembang – Gencarnya iklan sekolah gratis oleh pemerintah menjelang pemilu lalu, cukup berhasil menyedot perhatian masyarakat, karena di depan mata sudah terbayang enaknya biaya pendidikan gratis. Namun, soal fakta di lapangan yang ternyata banyak pungutan, itu adalah perkara lain lagi.
Di Sumatera Selatan (Sumsel), program sekolah gratis untuk semua jenjang dan tingkat pendidikan, baik swasta maupun negeri mulai dilaksanakan tahun ajaran baru 2009/2010 ini. Hanya saja, meski namanya gratis, ternyata untuk masuk, orang tua siswa tetap harus merogoh kocek hingga jutaan rupiah.
Oleh karenanya, para orang tua pun banyak mengeluhkan persoalan ini. “Katanya program sekolah gratis sudah diluncurkan, kok masih bayar? Ini mah, namanya gratis, tapi bayar,” ujar Ida Sahrul, orang tua siswa yang anaknya tidak lolos di sekolah negeri dan harus masuk ke sekolah swasta, SMA Bina Warga Palembang.
Tidak tanggung-tanggung, dia harus merogoh kocek mencapai Rp 2,4 juta untuk biaya seragam sekolah, kaos olahraga, dan sepatu serta uang pembangunan. Sementara itu anaknya yang lain yang duduk di kelas X untuk daftar ulang juga membayar Rp 940.000.
Untuk sekolah unggulan, yakni SMAN 17, SMAN 6, dan SMAN 5, biaya yang dikeluarkan justru lebih besar lagi. SMAN 17 misalnya, uang sumbangan minimal Rp 10 juta dan SPP per bulan Rp 500.000 . Begitupun SMAN 5 dan SMAN 6 yang baru tahun ini ditetapkan sebagai sekolah unggulan, uang sumbangan bervariasi antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta dengan SPP per bulan mencapai Rp 450.000.
Tidak Dibebankan ke Sekolah
Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Kota Palembang Drs Somat menjelaskan, dalam Peraturan Gubernur No 31 Tahun 2009 diatur bahwa biaya personal seperti stelan pakaian olahraga, pakaian seragam khas sekolah, termasuk atribut, sama sekali tidak dibebankan pada pihak sekolah.
Menurutnya, itu menjadi tanggung jawab siswa bersangkutan.Somat, yang juga kepala SMAN 13 mencontohkan, di sekolahnya total biaya personal Rp 375.000. Angka tersebut sama dengan tahun ajaran lalu.
“Besaran pungutan itu baru ditetapkan nanti dalam rapat komite sekolah. Bakal kita musyawarahkan dengan wali siswa. Kemungkinan naik atau tidaknya, tergantung kesepakatan nanti,” tegas Somat. Sumbangan personal juga bakal dilakukan oleh SMAN 2 Palembang. “Kisarannya antara Rp 300.000-375.000. Tidak dipaksakan. Semua kita serahkan kepada wali siswa dan masih akan dibicarakan lagi,” ungkap Dra Hj Amiziah. Ia memerinci biaya personal tersebut mencakup seragam sekolah (batik), pakaian olahraga, pakaian muslim, buku persiapan masa orientasi siswa (MOS), kartu perpustakaan, asuransi, dan kartu pelajar. “Untuk biaya operasional, sesuai dengan yang diatur Pergub. Non-SSN Rp 80.000 per siswa. Uang itu, diambilkan dari sharing pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Bagi sekolah, sudah SSN bisa menarik selisihnya dengan syarat ada persetujuan kepala daerah setempat,” beber Amiziah. Umumnya, pungutan juga masih tinggi. SMA Arinda misalnya, biaya daftar ulang bagi siswa yang naik ke kelas II sebesar Rp 900.000. Sementara itu, siswa yang naik ke kelas III mencapai Rp 1.020.000. “Kalau siswa baru, biaya masuknya Rp1.560.000” ungkap Efi, wali salah seorang siswa baru di SMA tersebut. Sedikit berbeda di SMA Tri Dharma. Biaya daftar ulang yang dikenakan kepada siswa kelas dua dan tiga sama, sebesar Rp125.000. Khusus siswa baru Rp 345.000. Naik Status Yang lebih membingungkan masyarakat lagi, sebagian besar sekolah di Sumsel ternyata telah naik status sehingga mereka diperbolehkan memungut biaya di luar subsidi yang diberikan pemerintah dengan syarat ada kesepakatan dengan orang tua siswa. SMAN 13 dan SMAN 2 misalnya. Saat ini, bersama 15 SMAN lain di Palembang, statusnya sudah disetujui Gubernur Alex Noerdin untuk menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN). Persetujuan tertuang dalam Keputusan Gubernur Sumsel tentang Penetapan SSN, RSBI (rintisan sekolah bertaraf internasional), dan SBI (sekolah bertaraf internasional). “Se-Sumsel, dari total sebanyak 610 SMA/MA/SMK, negeri dan swasta, sebanyak 195 sekolah di antaranya mengajukan diri untuk mendapatkan predikat baik SSN, SBI, maupun RSBI. Gubernur pun sudah menyetujui,” ujar Widodo MPd, Kabid Pembinaan Pendidikan Menengah dan Perguruan Tinggi (Dikmenti) Disdik Sumsel. Ia memerinci, untuk SSN sebanyak 178 sekolah, SBI ada 11 sekolah, dan RSBI enam sekolah. “Setelah disetujui, semester pertama tahun ajaran 2009/2010 ini, kami bakal verifikasi lagi usulan tersebut hingga Desember mendatang. Bila tak lolos verifikasi, sekolah yang bersangkutan takkan kita terbitkan sertifikatnya. Mereka wajib mematuhi aturan program sekolah gratis,” ungkap Widodo lagi. Sementara itu, tingkat SMP/MTs (negeri dan swasta) baru 39 dari total 906 sekolah se-Sumsel yang disetujui, yakni SSN ada 32 sekolah, RSBI 3 sekolah, dan SBI 4 sekolah. Tingkat SD/MI dari 3.981 sebanyak 84 telah disetujui. Masing-masing, SSN 88 sekolah dan RSBI 4 sekolah. ”Khusus sekolah dasar belum ada yang berstatus SBI,” tutur Widodo. Kalau sekolah SSN, SBI, dan RSBI diperkenankan memberlakukan pungutan di luar ketentuan, kata Widodo. Sekolah yang Non-SSN, Non-SBI, dan Non-RSBI tidak diperkenankan. Untuk memantau, pihaknya segera mengecek langsung ke lapangan dengan melibatkan Tim Asesor. “Kalau soal sanksi, sekolah bersangkutan bakal kita beri teguran sekaligus pembinaan. Masih juga baru kita terapkan sanksi, tapi sesuai PP No 30 Tahun 1980 tentang PNS. Itu yang bisa kita lakukan sementara ini,” tegas Widodo. Di lapangan, diketahui beberapa sekolah ini memberlakukan berbagai cara menyiasati subsidi pemerintah yang diberikan sebesar Rp 50.000 untuk SD, Rp 60.000 untuk SMP, dan Rp 80.000 untuk SMA. Gubernur Berang Di SMA Nurul Iman, Sekip Palembang, misalnya, sudah menaikkan SPP di awal tahun ajaran baru sehingga kalaupun mereka menerima subsidi Rp 80.000 per bulan per siswa, orang tua siswa tetap harus membayar Rp 60.000 per bulan. ”Soalnya, SPP saat ini naik menjadi Rp 140.000 . Kata pihak sekolah, mereka memang disubsidi Rp 80.000, tetapi itu tidak cukup sehingga SPP dinaikkan menjadi Rp 140.000. Kami hanya membayar selisihnya saja, Rp 60.000, karena saat ini subsidi belum cair, kami bayar penuh. Nanti, jika subsidi cair baru akan dikembalikan,” ujar orang tua siswa yang minta namanya tidak disebut. Gubernur Sumsel H Alex Noerdin ketika dikonfirmasi soal ini terlihat berang. Menurutnya, dia sudah mendapatkan banyak laporan soal pelaksanaan sekolah gratis di lapangan. Untuk itu, pihaknya akan melakukan audit terhadap sekolah-sekolah dimaksud, termasuk memverifikasi sekolah yang kini naik menjadi SSN, RSBI, dan SBI. Alex menuturkan, permasalahan yang paling menonjol saat ini adalah menyangkut banyak SMA di Palembang yang mengaku berstatus SSN, RSBI, dan SBI untuk menghindari Program Sekolah Gratis sehingga boleh melakukan pungutan
OLEH: MUHAMAD NASIR
SH/Muhammad Nasir
Palembang – Gencarnya iklan sekolah gratis oleh pemerintah menjelang pemilu lalu, cukup berhasil menyedot perhatian masyarakat, karena di depan mata sudah terbayang enaknya biaya pendidikan gratis. Namun, soal fakta di lapangan yang ternyata banyak pungutan, itu adalah perkara lain lagi.
Di Sumatera Selatan (Sumsel), program sekolah gratis untuk semua jenjang dan tingkat pendidikan, baik swasta maupun negeri mulai dilaksanakan tahun ajaran baru 2009/2010 ini. Hanya saja, meski namanya gratis, ternyata untuk masuk, orang tua siswa tetap harus merogoh kocek hingga jutaan rupiah.
Oleh karenanya, para orang tua pun banyak mengeluhkan persoalan ini. “Katanya program sekolah gratis sudah diluncurkan, kok masih bayar? Ini mah, namanya gratis, tapi bayar,” ujar Ida Sahrul, orang tua siswa yang anaknya tidak lolos di sekolah negeri dan harus masuk ke sekolah swasta, SMA Bina Warga Palembang.
Tidak tanggung-tanggung, dia harus merogoh kocek mencapai Rp 2,4 juta untuk biaya seragam sekolah, kaos olahraga, dan sepatu serta uang pembangunan. Sementara itu anaknya yang lain yang duduk di kelas X untuk daftar ulang juga membayar Rp 940.000.
Untuk sekolah unggulan, yakni SMAN 17, SMAN 6, dan SMAN 5, biaya yang dikeluarkan justru lebih besar lagi. SMAN 17 misalnya, uang sumbangan minimal Rp 10 juta dan SPP per bulan Rp 500.000 . Begitupun SMAN 5 dan SMAN 6 yang baru tahun ini ditetapkan sebagai sekolah unggulan, uang sumbangan bervariasi antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta dengan SPP per bulan mencapai Rp 450.000.
Tidak Dibebankan ke Sekolah
Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Kota Palembang Drs Somat menjelaskan, dalam Peraturan Gubernur No 31 Tahun 2009 diatur bahwa biaya personal seperti stelan pakaian olahraga, pakaian seragam khas sekolah, termasuk atribut, sama sekali tidak dibebankan pada pihak sekolah.
Menurutnya, itu menjadi tanggung jawab siswa bersangkutan.Somat, yang juga kepala SMAN 13 mencontohkan, di sekolahnya total biaya personal Rp 375.000. Angka tersebut sama dengan tahun ajaran lalu.
“Besaran pungutan itu baru ditetapkan nanti dalam rapat komite sekolah. Bakal kita musyawarahkan dengan wali siswa. Kemungkinan naik atau tidaknya, tergantung kesepakatan nanti,” tegas Somat. Sumbangan personal juga bakal dilakukan oleh SMAN 2 Palembang. “Kisarannya antara Rp 300.000-375.000. Tidak dipaksakan. Semua kita serahkan kepada wali siswa dan masih akan dibicarakan lagi,” ungkap Dra Hj Amiziah. Ia memerinci biaya personal tersebut mencakup seragam sekolah (batik), pakaian olahraga, pakaian muslim, buku persiapan masa orientasi siswa (MOS), kartu perpustakaan, asuransi, dan kartu pelajar. “Untuk biaya operasional, sesuai dengan yang diatur Pergub. Non-SSN Rp 80.000 per siswa. Uang itu, diambilkan dari sharing pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Bagi sekolah, sudah SSN bisa menarik selisihnya dengan syarat ada persetujuan kepala daerah setempat,” beber Amiziah. Umumnya, pungutan juga masih tinggi. SMA Arinda misalnya, biaya daftar ulang bagi siswa yang naik ke kelas II sebesar Rp 900.000. Sementara itu, siswa yang naik ke kelas III mencapai Rp 1.020.000. “Kalau siswa baru, biaya masuknya Rp1.560.000” ungkap Efi, wali salah seorang siswa baru di SMA tersebut. Sedikit berbeda di SMA Tri Dharma. Biaya daftar ulang yang dikenakan kepada siswa kelas dua dan tiga sama, sebesar Rp125.000. Khusus siswa baru Rp 345.000. Naik Status Yang lebih membingungkan masyarakat lagi, sebagian besar sekolah di Sumsel ternyata telah naik status sehingga mereka diperbolehkan memungut biaya di luar subsidi yang diberikan pemerintah dengan syarat ada kesepakatan dengan orang tua siswa. SMAN 13 dan SMAN 2 misalnya. Saat ini, bersama 15 SMAN lain di Palembang, statusnya sudah disetujui Gubernur Alex Noerdin untuk menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN). Persetujuan tertuang dalam Keputusan Gubernur Sumsel tentang Penetapan SSN, RSBI (rintisan sekolah bertaraf internasional), dan SBI (sekolah bertaraf internasional). “Se-Sumsel, dari total sebanyak 610 SMA/MA/SMK, negeri dan swasta, sebanyak 195 sekolah di antaranya mengajukan diri untuk mendapatkan predikat baik SSN, SBI, maupun RSBI. Gubernur pun sudah menyetujui,” ujar Widodo MPd, Kabid Pembinaan Pendidikan Menengah dan Perguruan Tinggi (Dikmenti) Disdik Sumsel. Ia memerinci, untuk SSN sebanyak 178 sekolah, SBI ada 11 sekolah, dan RSBI enam sekolah. “Setelah disetujui, semester pertama tahun ajaran 2009/2010 ini, kami bakal verifikasi lagi usulan tersebut hingga Desember mendatang. Bila tak lolos verifikasi, sekolah yang bersangkutan takkan kita terbitkan sertifikatnya. Mereka wajib mematuhi aturan program sekolah gratis,” ungkap Widodo lagi. Sementara itu, tingkat SMP/MTs (negeri dan swasta) baru 39 dari total 906 sekolah se-Sumsel yang disetujui, yakni SSN ada 32 sekolah, RSBI 3 sekolah, dan SBI 4 sekolah. Tingkat SD/MI dari 3.981 sebanyak 84 telah disetujui. Masing-masing, SSN 88 sekolah dan RSBI 4 sekolah. ”Khusus sekolah dasar belum ada yang berstatus SBI,” tutur Widodo. Kalau sekolah SSN, SBI, dan RSBI diperkenankan memberlakukan pungutan di luar ketentuan, kata Widodo. Sekolah yang Non-SSN, Non-SBI, dan Non-RSBI tidak diperkenankan. Untuk memantau, pihaknya segera mengecek langsung ke lapangan dengan melibatkan Tim Asesor. “Kalau soal sanksi, sekolah bersangkutan bakal kita beri teguran sekaligus pembinaan. Masih juga baru kita terapkan sanksi, tapi sesuai PP No 30 Tahun 1980 tentang PNS. Itu yang bisa kita lakukan sementara ini,” tegas Widodo. Di lapangan, diketahui beberapa sekolah ini memberlakukan berbagai cara menyiasati subsidi pemerintah yang diberikan sebesar Rp 50.000 untuk SD, Rp 60.000 untuk SMP, dan Rp 80.000 untuk SMA. Gubernur Berang Di SMA Nurul Iman, Sekip Palembang, misalnya, sudah menaikkan SPP di awal tahun ajaran baru sehingga kalaupun mereka menerima subsidi Rp 80.000 per bulan per siswa, orang tua siswa tetap harus membayar Rp 60.000 per bulan. ”Soalnya, SPP saat ini naik menjadi Rp 140.000 . Kata pihak sekolah, mereka memang disubsidi Rp 80.000, tetapi itu tidak cukup sehingga SPP dinaikkan menjadi Rp 140.000. Kami hanya membayar selisihnya saja, Rp 60.000, karena saat ini subsidi belum cair, kami bayar penuh. Nanti, jika subsidi cair baru akan dikembalikan,” ujar orang tua siswa yang minta namanya tidak disebut. Gubernur Sumsel H Alex Noerdin ketika dikonfirmasi soal ini terlihat berang. Menurutnya, dia sudah mendapatkan banyak laporan soal pelaksanaan sekolah gratis di lapangan. Untuk itu, pihaknya akan melakukan audit terhadap sekolah-sekolah dimaksud, termasuk memverifikasi sekolah yang kini naik menjadi SSN, RSBI, dan SBI. Alex menuturkan, permasalahan yang paling menonjol saat ini adalah menyangkut banyak SMA di Palembang yang mengaku berstatus SSN, RSBI, dan SBI untuk menghindari Program Sekolah Gratis sehingga boleh melakukan pungutan
Tim Futsal BI Jawara Turnamen Futsal HBA
Tim Futsal Bank Indonesia akhirnya menjadi Jawara Open Turnamen Futsal Trofi HBA, ketua KNPI Sumsel, yang digelar di Raja Spor Centre, Minggu (10-10-10).
Di final, tim ini menundukkan lawannya FBC dengan skor 2-1. Dengan prestasinya ini, Tim BI berhak menggondol hadiah uang sebesar Rp 3 juta, trofi bergilir dan tetap. Sementara FBC mndapat hadiah Rp 2 juta, dan trofi.
Di tempat ketiga, Felix yang mengalhkan tim Gober. Dengan hasil ini, Felix mengantongi hadiah uang Rp 1 juta.
Tim Futsal BI menjadi jawara Open Turnamen Futsal HBA
Turnamen ini diikuti 64 tim futsal se-Sumsel dan dilaksanakan selama dua hari dengan sistem gugur. Pesertanya dari berbagai daerah di Sumsel.
Digelarnya turnamen ini selain menyemarakkan Sumsel sebagai tuan rumah Sea Games, juga memperingati Hari Sumpah Pemuda. (**)
Di final, tim ini menundukkan lawannya FBC dengan skor 2-1. Dengan prestasinya ini, Tim BI berhak menggondol hadiah uang sebesar Rp 3 juta, trofi bergilir dan tetap. Sementara FBC mndapat hadiah Rp 2 juta, dan trofi.
Di tempat ketiga, Felix yang mengalhkan tim Gober. Dengan hasil ini, Felix mengantongi hadiah uang Rp 1 juta.
Tim Futsal BI menjadi jawara Open Turnamen Futsal HBA
Turnamen ini diikuti 64 tim futsal se-Sumsel dan dilaksanakan selama dua hari dengan sistem gugur. Pesertanya dari berbagai daerah di Sumsel.
Digelarnya turnamen ini selain menyemarakkan Sumsel sebagai tuan rumah Sea Games, juga memperingati Hari Sumpah Pemuda. (**)
Senin, 04 Oktober 2010
SMAN 5 Jawara Turnamen Futsal Romi Herton
Tim jawara bersama H Romi Herton
SMAN 5 Palembang Juarai Turnamen Romi Herton
Senin, 4 Oktober 2010 00:00 WIB | Olahraga | Cabang Lain | Dibaca 614 kali
Palembang (ANTARA News) - Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Palembang berhasil menjuarai Turnamen Futsal Romi Herton Cup I setelah mengalahkan SMA Negeri 15 dengan skor 2-0 pada pertandingan final di Raja Sport Center, Palembang, Minggu sore.
Berkat prestasi itu, SMA Negeri 5 berhak atas piala bergilir, piala tetap dan uang pembinaan sebesar Rp2,5 Juta. Sementara SMA Negeri 15 yang menjadi juara kedua mendapatkan piala tetap dan uang pembinaan Rp1,5 juta.
Sedangkan, tempat ketiga diraih SMA Negeri 1 Palembang setelah mengalahkan SMA Negeri 2 dengan skor 9-0.
Untuk juara ketiga berhak atas piala tetap dan uang pembinaan Rp1 juta, dan posisi keempat berhak atas piala tetap dan uang pembinaan sebesar Rp500 ribu.
"Turnaman seperti ini diharapkan bisa lebih semarak lagi pada masa mendatang. Dengan adanya turnamen seperti ini membuat kami termotivasi untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan," ujar Rio Trihartanto, peserta dari SMA Negeri 5 Palembang yang berhasil mencetak dua gol di pertandingan final.
Romi Herton Cup I ini diikuti oleh 96 tim yang berasal dari Pelambang dan beberapa utusan kabupaten lain seperti Muara Enim, Ogan Ilir, Prabumulih, OKI dan Banyuasin.
"Kegiatan ini kami maksudkan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda dan menyemarakkan SEA Games XXVI Indonesia tahun 2011 yang diselenggarakan di Sumsel dan DKI Jakarta," kata dia.
Selain itu, dia melanjutkan untuk meningkatkan kualitas atlet futsal khususnya para pelajar yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan.
"Antusias pelajar luar biasa. Satu tim terdiri atas 10 pemain maka 96 tim itu bisa 960 pelajar. Dengan begini saya yakin mereka akan terhindar dari namanya obat terlarang maupun perbuatan yang merugikan orang lain," kata Wakil Wali Kota Palembang, Romi Herton.
Oleh karena itu, dia berjanji untuk segera mendirikan Liga Futsal Palembang pada pertengahan Oktober 2010.
"Kalau ada sebuah liga yang mewadahi, saya rasa futsal bisa berkembang lebih cepat di Sumsel. Dengan begitu pelajar akan terpacu dan termotivasi untuk terus berlatih," ucap dia. (ANT-039/K004)
COPYRIGHT © 2010
Ikuti berita terkini di handphone anda http://m.antaranews.com
http://www.antaranews.com/berita/1286125237/sman-5-palembang-juarai-turnamen-romi-herton
SMAN 5 Jawara Turnamen Futsal Antar Pelajar SLTA Trofi Romi Herton
Menundukkan SMAN 15 di Final, Tim SMAN 5 akhirnya menjadi jawara Turnamen Futsal Antarpelajar SLTA trofi H Romi Herton, Minggu (3/10/10).
Palembang:
Tim futsal SMA 5 sukses menjadi juara Turnamen Futsal Pelajar Palembang Memperebutkan Trofi H Romi Herton usai menekuk rival beratnya, SMA 15 pada final di Raja Sport Centre Palembang Trade Center (PTC), Minggu (3/10).
Rio cs berhak uang pembinaan Rp 2,5 juta dan trofi tetap H Romi Herton. Tempat kedua SMA 15, ketiga dan keempat SMA 1 dan SMA 2.
Sejak menit awal, kedua tim kuat ini saling menyerang. Namun SMA 5 bermain lebih efektif. Kombinasi umpan pendak maupun panjang dilakukan Rio kk. Permainan ini sangat efektif sehingga Rio berhasil mencetak dua gol untuk keunggulan SMA 5 hingga pertandingan berakhir.
Pertandingan lainnya yang memperebutkan tempat ketiga dan keempat, SMA 1 mengalahkan SMA 2 skor 5-3.
H Romi Herton dalam sambutannya mengatakan, usai turnamen ini akan diselenggarakan Liga Futsal Palembang pada Oktober mendatang peserta dari kecamatan berusia 17-25 tahun. “Paling tidak tiap kecamatan mengirim 10 tim,” jelasnya.
Romi berjanji juara satu, dua, dan tiga akan mendapatkan biaya dari RH Foundation. Bagi yang siswa atau pelajar mereka akan mendapatkan beasiswa. Bagi Romi, kegiatan futsal memang akan digelar secara rutin untuk pembinaan para pemain futsal kota Palembang.(ndr)
Sripo
SMAN 5 Jawara Turnamen Futsal Antar Pelajar SLTA Trofi Romi Herton
Palembang:
Tim futsal SMA 5 sukses menjadi juara Turnamen Futsal Pelajar Palembang Memperebutkan Trofi H Romi Herton usai menekuk rival beratnya, SMA 15 pada final di Raja Sport Centre Palembang Trade Center (PTC), Minggu (3/10).
Rio cs berhak uang pembinaan Rp 2,5 juta dan trofi tetap H Romi Herton. Tempat kedua SMA 15, ketiga dan keempat SMA 1 dan SMA 2.
Sejak menit awal, kedua tim kuat ini saling menyerang. Namun SMA 5 bermain lebih efektif. Kombinasi umpan pendak maupun panjang dilakukan Rio kk. Permainan ini sangat efektif sehingga Rio berhasil mencetak dua gol untuk keunggulan SMA 5 hingga pertandingan berakhir.
Pertandingan lainnya yang memperebutkan tempat ketiga dan keempat, SMA 1 mengalahkan SMA 2 skor 5-3.
H Romi Herton dalam sambutannya mengatakan, usai turnamen ini akan diselenggarakan Liga Futsal Palembang pada Oktober mendatang peserta dari kecamatan berusia 17-25 tahun. “Paling tidak tiap kecamatan mengirim 10 tim,” jelasnya.
Romi berjanji juara satu, dua, dan tiga akan mendapatkan biaya dari RH Foundation. Bagi yang siswa atau pelajar mereka akan mendapatkan beasiswa. Bagi Romi, kegiatan futsal memang akan digelar secara rutin untuk pembinaan para pemain futsal kota Palembang.(ndr)
Sripo
Langganan:
Postingan (Atom)