Selasa, 26 Oktober 2010

Modifikasi Moge Andalkan Barang Bekas

Sabtu, 17 April 2010 11:37

Muhamad Harun Karidin


OLEH: MUHAMAD NASIR



Palembang - Hobi motor gede (moge) membawa rezeki tersendiri bagi Muhamad Harun Karidin. Uniknya, dia justru mengan­dalkan barang-barang bekas untuk memoles kreativitasnya menciptakan duplikat moge Harley.




Kemampuannya menyulap sepeda motor jenis apa pun menjadi moge membuatnya menafkahi keluarganya hingga sekarang. Usaha ini ditekuninya sejak tahun 1900-an.
Oleh para penggemar moge di Palembang, Harun yang biasa dipanggil Wak Harun Chopper, dikenal cukup piawai dalam membuat motor chopper yang bentang roda depan dan belakang mencapai 3 meter. Seperti diketahui, model ini cukup membuat pengguna jalan berpaling, karena selain suara knalpotnya yang besar, juga modelnya yang unik.
Kemampuan memodifikasi motor ini dimiliki Wak Harun secara otodidak. Pendidikan formalnya hanya sampai SMP, tetapi untuk dunia motor sudah digelutinya sejak remaja. Sejak bergelut di usaha ini, Wak Harun sudah menghasilkan modifikasi moge yang umumnya dari Binter Merzy. Dan kalau dijumlah mulai dari mulai sampai sekarang, karya yang dihasilkannya mencapai puluhan.
Sejak berkiprah sampai sekarang bengkelnya tidak pernah pindah, tetap di Pasar Cinde. ”Di sini, saya mudah mendapatkan bahan-bahan bekas berupa besi atau pipa untuk sasis motor,” ujarnya.
Untuk membuat moge, kata dia, butuh waktu setidaknya dua bulan. ”Yang paling sulit dalam membuat moge adalah bagian rangka sasis, stang depan, dan pelek,” ujarnya.
Untuk membuat Rangka sasis, Wak Harun memanfaatkan besi dan pipa bekas yang ukurannya disesuaikan. Tingkat kesulitannya ditentukan juga oleh mode sasis dan bentuk jok. Sementara untuk stang, menggunakan besi bekas dan per (shock) di bagian atas. Mode chopper terutama yang ekstrem memang biasanya panjang di bagian stang. Oleh karena pembuatannya manual, pengerjaannya harus teliti dan cermat.
Begitu pun bagian pelek, kalau menggunakan pelek asli harganya lumayan mahal mencapai Rp 6 juta. Jadi, biasanya diakali dengan menggabungkan tiga pelek sepeda motor biasa yang disesuaikan dengan ukur­an ban. Cukup dengan dana minim hanya berkisar Rp 2 juta.
Ban menggunakan ban eks superbike yang didapat dari Jambi. Dengan harga yang miring berkisar Rp 300 ribu, pemilik bisa menunggangi moge imitasi.

Cukup Rp 15 Juta
Pelanggan Wak Harun umumnya tergabung dalam Sriwijaya Merzy Owner Club (SMOC). Bila ingin mendapatkan moge ala Wak Harun, Anda tak perlu menarik kantong dalam-dalam dibanding membeli moge aslinya. Dengan biaya Rp 15 juta, di tangan Wak Harun Chopper sepeda motor apa pun bisa menjadi moge. ”Tapi, itu belum termasuk tahap penyelesaian. Bagian penyelesaian, rezeki orang lain, biarlah kita berbagi,” katanya saat ditemui SH di bengkelnya beberapa waktu lalu.
Dia sendiri punya satu moge chopper yang digunakan sebagai alat transportasi sekaligus digunakan untuk turing. Bagi Wak Harun, dunia moge memberikan nuansa tersendiri. Bisa berkumpul dengan banyak orang dari berbagai profesi yang punya hobi sama.
Suasana biasanya akan lebih meriah bila ada pejabat yang ikut nimbrung. Hanya, mereka umumnya bergabung di IMBI dengan motor ber-CC mencapai 500 sampai 1.000. Dulu, misalnya, ada Sjachrudin ZP yang pernah menjabat Kapoltabes Palembang, Kapolda Sumsel, dan kini terpilih menjadi Gubernur Lampung. n

Tidak ada komentar: