Palembang:
Even Sea Games XVII tinggal hitungan hari. Berbagai persoalan
mengiringi proses persiapan even olahraga Asia Tenggara. Meski Indonesia sudah
keempat kalinya menjadi tuan rumah, ternyata tak sedikit kecemasan diarahkan ke
pelaksanaannya yang dimulai 11 November 2011 ini.
Kasus suap wisma atlet saat ini masih diproses di ranah hukum. Target
penyelesaian venues di Sumsel yang nantinya
juga sebagai tuan rumah bersama DKI Jakarta, belum final seratus persen
meskipun Gubernur Sumsel memastikan bisa tuntas. Tercatat, Indonesia menjadi
tuan rumah Sea Games pada tahun 1979, 1987, 1997, 2011. Memang dari tiga kali pelaksanaan
sebelumnya, pertandingan digelar di ibukota. Baru tahun 2011 ini lah, pertandingan
juga dilaksanakan di luar ibukota. Bahkan opening dan closingnya
digelar di Sumsel.
Pembangunan venues
pun, sepertinya masih mengganjal. Ini terlihat misalnya, dari warning yang disampaikan Wapres Budiono
ketika meninjau pembangunan venues pada 10 Oktober lalu dan dimuat oleh Antara.
Seperti dikutip,
Wakil Presiden Boediono ketika itu memerintahkan para pejabat di Palembang untuk tidak
menyembunyikan atau merahasiakan masalah pembangunan fasilitas SEA Games di
Jakabaring. Karena waktu pelaksanaan pesta olah raga asia
Tenggara itu sudah sangat mepet dan dekat sekali, yakni 11-22 November
mendatang.
"Jangan
sampai ada masalah yang disembunyikan (dirahasiakan, red) yang baru diketahui
setelah waktunya mepet," kata Boediono kepada wartawan di Jakabaring,
Senin usai meninjau pembangunan berbagai fasilitas pesta olahraga itu bersama
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin.
Pernyataan Wapres
ini, tentu harus dimaknai sebagai suatu warning.
Tentunya, pihaknya juga mendapat informasi dari berbagai sumber, selain dari
paparan Gubernur Sumsel yang disampaikan.
Gedung Bank Sumsel Babel yang direncanakan sebagai media centre. Gedung yang megah, sayangnya minim fasilitas
Meskipun para wartawan ini pun tentu tidak akan meliput semua even dan
seluruh atlet. Wartawan dari negara tertentu tentu saja, fokusnya hanya kepada
cabang olahraga yang diiikuti oleh negaranya. Atau mungkin , hanya pada
beberapa cabang yang favorit.
Para wartawan ini tentu saja memerlukan fasilitas agar kerja mereka tak
terhambat. Baik itu fasilitas untuk menginap maupun sarana untuk mengirim
berita.
Sayangnya, sampai saat ini ternyata belum tergambar seperti apa
fasilitas yang bisa diterima oleh para peliput. Soalnya, jangankan
mempersiapkan fasilitas. Jumlah wartawan peliput pun, pihak Inasoc belum
memiliknya.
Karenanya, hingga saat ini, menurut Muddai madang, Wakil Ketua
Indonesia SEA Games XXVI Organizing Committee (InaSOC), pihaknya hanya
menyiapkan tempat serta jaringan internet.
Mereka tidak menyediakan komputer atau peralatan lain. Tetapi wartawan bersangkutan yang harus membawa sendiri. InaSOC hanya menyediakan tempat. Semua wartawan disediakan tempat dan dibagi berdasarkan asal mereka, seperti dari media asing, nasional dan lokal.
Keputusan ini, menurutnya terpaksa diambil karena sampai kini belum ada perwakilan organisasi jurnalis yang berkoordinasi dengan InaSOC terkait dengan kebutuhan mereka saat SEA Games nanti.
Buka itu saja, InaSOC daerah, sampai saat ini belum mengetahui berapa jumlah wartawan yang akan meliput SEA Games XXVI di Palembang itu.
Mereka tidak menyediakan komputer atau peralatan lain. Tetapi wartawan bersangkutan yang harus membawa sendiri. InaSOC hanya menyediakan tempat. Semua wartawan disediakan tempat dan dibagi berdasarkan asal mereka, seperti dari media asing, nasional dan lokal.
Keputusan ini, menurutnya terpaksa diambil karena sampai kini belum ada perwakilan organisasi jurnalis yang berkoordinasi dengan InaSOC terkait dengan kebutuhan mereka saat SEA Games nanti.
Buka itu saja, InaSOC daerah, sampai saat ini belum mengetahui berapa jumlah wartawan yang akan meliput SEA Games XXVI di Palembang itu.
Karena masih meraba-raba mengenai jumlah peliput, penginapan pun tak
disediakan. Meskipun untuk penginapan wartawan ini, dari informasi yang beredar
telah disiapkan di Mes Pertiwi. Base camp, Sriwijaya FC yang sementara waktu
digunakan bagi para peliput.
Jumlahnya, dari informasi yang didapat di pemberitaan media lokal
sekitar 200 kamar. Koordinator Wartawan Nasional di daerah yang diberi wewenang
mengurus ini, Khairul Saleh memastikan kamar-kamar itu nantinya untuk para
peliput dari media nasional.
Namun, koresponden Jakarta Post ini pun tak bisa merinci untuk siapa
saja dan media mana saja kamar-kamar itu. ‘Silakan berkoordinasi dengan pusat,”
katanya ketika ditanya apakah Sinar Harapan juga mendapat fasilitas kamar itu.
Muddai madang sendiri memang menyayangkan, belum adanya koordinasi
dengan pihaknya. Idealnya, organisasi
profesi wartawan telah berkoordinasi dan menyampaikan surat resmi kepada
pihaknya. Sehingga pihaknya bisa mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan yang mungkin
diperlukan para wartawan.
Sementara untuk Media centre sendiri akan dipusatkan di gedung milik
Bank Sumselbabel.
Gedungnya memang megah. Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin
memastikan media massa lokal dan nasional akan ditempatkan dalam Media Centre
di lantai 4-7 gedung Bank Sumsel Babel yang berjarak sekitar 500 meter dari
Jakabaring Sport City.
Gedung berlantai 17 itu saat ini kondisinya 100 persen selesai dikerjakan. Pada lantai 1-3 akan difungsikan sebagai kantor panitia penyelenggara (Inasoc) dan kantor perwakilan masing-masing kontingen.
Sementara, pengalaman dari pelaksanaan PON XVI tahun 2004 lalu, media
centrenya dilengkapi dengan sarana dan prasarana. Para wartawan bisa mengirim
berita menggunakan fasilitas yang sudah tersedia. Meskipun memang, karena
jumlahnya juga kurang memadai, ada sebagian media yang menggunakan fasilitas
sendiri.
Tetapi, paling tidak panitia menyediakan fasilitas sehingga kalau
wartawan membutuhkan, sudah tersedia.
Kalaupun pada Sea Games kali ini, panitia hanya menyediakan tempat dan
jaringan internet, entahlah bagaimana mau menyebutnya, Sea Games ini even di
bawah PON atau di atas PON. Kalaupun disediakan, tempat dan jaringan internet,
sudah disiapkan kah fasilitas bagi wartawan untuk mengecash laptopnya. Ini
persoalan kecil, tetapi akan menjadi masalah terutama menjelang deadline.
Belum juga terbayangkan pada opening nanti, dengan berbagai aturan dan
semrawutnya suasana, bagaimana para wartawan bisa mengirim berita dengan cepat.
Kalau biasanya, setiap ada kegiatan di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring
Palembang, disiapkan media centre.
Tetapi, dengan jumlah peliput yang cukup banyak sementara tempat di
stadion juga terbatas, mungkin wartawan
harus ke Media Centre di gedung Bank Sumsel Babel yang jaraknya sekitar 500
meter.
Yang jelas, media yang mengirimkan wartawannya untuk meliput even ini
tentu juga sudah menyiapkan peralatan yang memadai untuk melakukan peliputan.
Sukses tidaknya Sea Games tentunya
juga ditentukan oleh sebaran informasinya. Panitia, rasanya perlu
memikirkannya. (muhamad nasir)