Minggu, 25 September 2011
Hotel Cukup Tampung Peserta dan Official Sea Games
Saalah satu hotel di Palembang, Jayakarta Daira, di Jalan Sudirman.
Palembang
Kamar hotel di Palembang dipastikan siap
menampung peserta dan official Sea Games selama pelaksanaan maupun saat opening
dan closing.
Demikian diungkapkan Ketua
Persatuan Hotel dan Restoran (PHRI) Sumatera Selatan (Sumsel) Erlan Asfiudin
Minggu (25/9). Selain itu, pihak hotel juga tidak akan menggunakan jurus aji mumpung terhadap para tamu SEA Games
yang akan menginap di sejumlah hotel di Palembang. Caranya, dengan memberikan tarif
hotel dengan harga normal.
Menurutnya, ini merupakan bentuk dukungan terhadap
kesuksesan event SEA Games 11 November mendatang di Palembang.
Erlan mengungkapkan,
rata-rata harga hotel akan dihargai standar dengan taksiran $ 50 dollar. Namun,
harga tersebut masih bisa bervariasi dengan range
dari 40-60 dollar, bergantung hotel yang ditempati tamu.
Diakuinya, penetapan
tariff ini sebenarnya merugikan. Namun itu sebagai bentuk kontribusi dari pihak
hotel untuk membantu mensukseskan SEA Games di Indonesia khususnya di
Palembang, Sumsel. Untuk menetapkan tariff ini, sebelumnya sempat terjadi
perdebatan sengit dalam memutuskannya.
Dia memaparkan, tarif ini
disetujui oleh hotel-hotel yang tergabung dalam wadah PHRI, yang berjumlah
sebanyak 116 hotel yang menyesuaikan kemampuan kantong para atlet.
Harapannya, dengan atarif
ini bisa menarik minat para investor
ataupun tamu dari negara lain, agar bisa terus berkunjung ke Palembang. Terlebih, Palembang bisa terus dipercaya menggelar event internasional.
Disisi lain, PHRI dalam
waktu dekat akan membagikan no telepon dan peta kawasan kost dan rumah penduduk
(home stay) yang diperbantukan dalam pemondokan para tamu SEA Games. Hal ini
dilakukan sebagai antispasi lonjakan tamu yang diperkirakan mencapai 15.000
orang.
Siapkan Home Stay
Hitungan di atas
kertas, kata Erlan, hotel di Palembang mampu dan cukup
dalam menampung seluruh tamu. Dikarenakan event besar SEA Games, dikhawatirkan
akan ada lonjakan tinggi dari sejumlah keluarga peserta. Terutama, keluarga
atlet di kelas domestik.
Saat ini sudah terdata
sebanyak 40 kostan. Mereka sudah menyatakan siap. Data terbaru, tercatat sebanyak
116 hotel dengan rincian hotel bintang sebanyak 93 hotel dan non bintang sebanyak
23 hotel.
Dengan keseluruhan kamar
mencapai sebanyak 6.000 unit dan telah dipesan panitia SEA Games (Inasoc
Susmel). Sisanya, para tamu akan diakomodasikan di wisma atlet, yang rampung
dibangun di kawasan Jakabaring dengan kuota mencapai 2000 lebih atlet.
Sementara, untuk menampung para tamu lain, PHRI akan
menyediakan sejumlah rumah dan kost-kostan yang diprediksi berada di kawasan
Jakabaring Palembang dan sekitarnya.
Hotel yang ada sebenarnya
cukup. Namun aharus ada antisipasi
lonjakan tamu yang diprediksi bakal membanjiri Palembang. Kalau untuk skala internasional
atau nasional sepeti biasa, hotel Palembang selalu mampu mengakomodasi. Dalam
hal ini kami memanfaatkan rumah penduduk dan kost-kostan atau home stay. Jumlah 15 ribu pun bisa
terlewati dalam event ini.
“Kami telah berkoordinasi
dengan INASOC Sumsel dalam mencari rumah yang dipriporitaskan di kawasan
Jakabaring yang dekat dengan arena SEA Games. Sedangkan hitungan penyewaan
rumah sendiri akan disesuaikan dengan kemampuan para tamu, sehingga para tamu
tidak merasa terbebani,” jelasnya. (sir)
Pengembang RTH GSJ Kerja Asal-asalan
Palembang,
Persiapan Sea Games kembali menuai persoalan. Pekerjaan
proyek Ruang Terbuka Hijau (RTH) Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ)
ternyata asal-asalan.
Karenanya, Gubernur Sumsel H Alex Noerdin memberi warning (peringatan) kepada pengembang,
PT Sartonia Agung. Gubernur memberi deadline satu minggu kepada pengembang
untuk membenahi pekerjaan yang mereka tangani.
“Saya dapat laporan bahwa banyak tukang tidak dibayar,
pengerjaan juga asal-asalan. Ini tentu saja sangat mengecewakan,” ujar Alex
dengan nada geram. Menurutnya, pengembang tersebut ingkar janji dan tidak
bekerja maksimal dalam pengerjaan RTH di stadion GSJ.
Kegeraman dan kekecewaan ini disampaikan Alex Noerdin usai
melepas lomba lari 10 K dalam rangkaian peringatan Hari Olahraga Nasional
(Haornas), Minggu (25/9).
Disebutkan Gubernur, dari 25 hektare lahan yang dibabat di
stadion, hanya 8 hektare yang ditanami dengan rumput kembali. “Dari jumlah
tersebut juga tidak semuanya dirawat dengan baik,” keluhnya.
“Pohon-pohon yang mereka tanam juga banyak yang mati,
tentunya ini bisa menimbulkan dampak yang kurang baik jelang pelaksanaan SEA
Games XXVI nanti,” tambah mantan Bupati MUba ini.
Selain itu, yang paling disorotinya adalah pengecatan di tugu
stadion yang tidak diselesaikan.
“Dengan kondisi ini, saya berharap dalam satu minggu
kedepan sudah ada perbaikan dan diselesaikan. Jika tidak maka saya akan buat surat ke pemerintah pusat
agar pengembang ini tidak usah dibayar,” katanya dengan nada tinggi.
Informasi yang diperoleh, proyek ini sendiri dibiayai
melalui dana APBN sebesar Rp 27 miliar dan dibawah kendali Ditjend CK Kemen PU
dan dikerjakan oleh PT Sartonia Agung dari Jakarta sejak dilaunching pada Senin (21/3)
lalu.
Kepala Satgas Kebersihan dan Keamanan aset Pemprov
Sumsel, Rusli Nawi juga membenarkan kondisi tersebut. “Memang ada kekurangan,
seperti pengerjaan WC di daerah jogging
track yang hampir dibongkar lagi oleh pemborongnya karena tidak dibayar,”
tandasnya.
Selain itu, saat ini jumlah pekerja yang mengerjakan proyek
tersebut pun sudah menurun drastis. “Jika di awal pengerjaan para pekerja bisa
berjumlah sampai 500 orang, sekarang hanya sekitar 20 orang. Tentunya tidak
seimbang dengan luas lahan yang harus dirawat,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Ir
Guratno Hartono MBC menyampaikan proyek ini dilaksanakan untuk mendukung
pelaksanaan SEA Games XXVI 2011.
“Akan ada pengembangan RTH Kawasan Gelora Sriwijaya, seluas
25 Ha, terdiri dari penanaman pohon pelindung dan pengarah, tiang-tiang
pengarah pada pintu masuk yang menggambarkan bentuk perahu, plaza
sekitar pintu masuk utama ke Stadion dan di bagian belakang stadion, yang
dilengkapi dengan tata cahaya lampu penerangan,” ujarnya saat itu. (sir)
Hanya Thailand dan Indonesia Ikuti Tes Even Pentaque
Palembang
:
Lima negara diundang untuk
mengikuti tes event Pentaque dalam Indonesian Pentaque Invitation (IPI) 2011.
Namun konfirmasi terkhair ternyata hanya Thailand
yang memastikan ikut bersama tuan rumah Indonesia.
Ketua
Umum Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Caca Isa Saleh mengatakan,
selain diikuti tim inti Indonesia
di SEA Games nanti, pihaknya juga
mengundang beberapa negara ASEAN dan klub petanque.
Hanya
saja, ternyata hingga batas konfirmasi
terakhir ternyata Thailand
yang memenuhi undangan. Menurut Caca, awalnya
dulu memang Malaysia,Singapura, Brunei
Darussalam,dan Filipina menyatakan siap berpartisipasi dalam IPI 2011.
“Termasuk Jakarta Pentaque Club (JPC) juga akan
mengirimkan timnya ke event ini. Namun, karena sesuatu dan lain hal mereka
membatalkan kedatangannya ke Palembang
justru di saat-saat terakhir batas konfirmasi,” ujar Caca, Jumat (23/9).
Meski
demikian,Caca menyatakan IPI 2011 tetap akan berjalan sesuai rencana. Meski
hanya diikuti 18 peserta terdiri atas empat atlet asal Thailand dan 14 atlet
asal Indonesia, dia optimistis event akan sukses.
Tujuan pokok event ini untuk mengetahui kesiapan venue dan panitia yang akan bertugas di SEA Games nantinya. “Dengan peserta yang ada saya rasa lebih dari cukup untuk mengetahui kualitas venue yang dibangun di JSC tersebut,” tutur Direktur Utama PD Pertambangan dan Energi (PD PDE) Sumsel ini.
Caca mengatakan, pihaknya menargetkan setidaknya akan
mampu menyumbangkan dua emas dari cabor yang berasal dari Prancis ini. (sir)
Biliar Dipindah ke OPI Centre
Palembang
Tak kunjung selesainya venue
biliar di pintu masuk Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (SGSJ), membuat lokasi even ini dialihkan ke OPI
Centre.
Tadinya, OP Centre digunakan untuk pesta perkawinan dan
kegiatan keramaian lainnya. Selama Sea Games, gedung ini pun tak boleh
disewakan sementara.
Deputi I Inasoc Pusat Djoko
Pramono Rabu (21/9) mengatakan, hsil koordinasi dengan Inasoc Sumsel menyatakan
ada keraguan bahwa venue biliar yang sedang dibangun itu akan selesai dan bisa
digunakan pada waktunya.
Selanjutnya dia memberikan saran
agar mencari lobby hotel untuk menggelar pertandingan biliar. Setelah dicari
kesana kemari, hanya ada satu hotel yang memenuhi standar yaitu The Aryaduta
Hotel & Convention Center.“Tapi ternyata gak bisa juga karena ada instruksi
dari Jakarta
melalui Paspampres hotel itu akan dipakai oleh presiden,” katanya.
Lalu dia ditawari oleh Inasoc
Sumsel menggunakan gedung OPI
Center. Karena belum
mengetahui spesifikasi gedung tersebut,Djoko berkoordinasi dengan PB POBSI.
Menurut PB POBSI, gedung tersebut tidak representatif untuk menggelar event
sekelas SEA Games karena berbagai macam alasan.
Setelah melihat sendiri Joko Pramono menilai berbagai keberatan yang
disampaikan oleh PB POBSI itu tidak benar. “Lalu saya hubungi lagi mereka dan
meminta agar jangan terlalu idealis, saling membantu.Toh Palembang lagi kesulitan. Akhirnya mereka
menerima pemindahan itu,” jelas mantan Pangdam Udayana ini.
Selanjutnya Djoko meminta Inasoc
Sumsel memastikan gedung OPI
Center yang dipakai untuk
SEA Games.Sebab PB POBSI akan segera datang untuk menyusun segala sesuatunya di
venue tersebut.
Sekda (Provinsi Sumsel) Yusri
Effendi telah meninjau langsung kesana dan meminta pengelola gedung tidak
menerima order selama gedung digunakan untuk kepentingan SEA Games.
Koordinator Tes Event SEA Games
XXVI di Sumsel,Dhennie Zainal mengatakan,venue biliar sudah bisa dipastikan
menggunakan gedung OPI Center.Selain memenuhi standar yang dibutuhkan, gedung
tersebut masih berada di kawasan Jakabaring.
Dengan sudah jelasnya venue
biliar, maka agenda tes eventpun bisa dilaksanakan sesuai jadwal. (sir)
Fokus Sea Games, Anggaran Pendidikan dan Kesehatan dalam APBD Hanya 7%
Palembang
Program pendidikan dan kesehatan dalam APBD Perubahan
2011 di Sumsel hanya 7%
Karena pemerintah daerah lebih memfokuskan anggaran
untuk pelaksanaan Sea Games.
Terhadap minimnya anggaran untuk program pendidikan
dan kesehatan tersebut, pihak DPRD Sumsel menyesalkan. Karena di tingkat pusat,
kedua program tersebut justru mendapat porsi hingga 20%.
Wakil Ketua DPRD Sumsel Ahmad Djauhari Rabu (21/9)
mengungkapkan, dari total jumlah APBD Perubahan 2011 sebesar Rp4,1 triliun,
yang dialokasikan ke kedua program tersebut hanya 7%- nya saja.
Jauhari menyayangkan,
anggaran pendidikan dan kesehatan gratis yang menjadi program pemerintah
daerah, justru ternyata dialokasikan hanya 7%.
“Minimnya alokasi dana kesehatan dan pendidikan gratis
ini akibat fokusnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel untuk pelaksanaan SEA
Games XXVI, November mendatang,” tambah Jauhari.
Ditambahkan Jauhari, tidak hanya anggaran pendidikan dan
kesehatan gratis yang minim. Melainkan
program pro rakyat lainnya seperti sektor pertanian dan perkebunan juga
dipangkas.
Kalau diamati, tambahnya, rancangan APBD Perubahan
yang diajukan ke Mendagri, tidak berpihak kepada program-program yang justru menjadi
harapan masyarakat.
“Dengan minimnya alokasi anggaran pendidikan dan
kesehatan, akan berdampak terhadap penerapan dua program gratis tersebut di
masyarakat. Bahkan, bukan tidak mungkin pelayanan dari rumah sakit bagi program
gratis ini bisa berkurang,” ujarnya.
Begitu juga pelayanan di dunia pendidikan pun otomatis
akan berdampak dan bukan tidak mungkin akan berimplikasi terhadap rendahnya
mutu pendidikan di masa mendatang. Harusnya alokasi anggaran untuk pendidikan
dan kesehatan gratis ini tetap diprioritaskan dan lebih tinggi dari program
lainnya. Karena dua program ini merupakan ikon Sumsel.
Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Unsri Joko Siswanto
menyatakan, sebelum APBD Perubahan disetujui, pastinya DPRD sudah lebih dahulu
mengetahuinya. “Usulan anggaran ini kan dibuat eksekutif dan disetujui
legislatif. Jadi, mengapa baru sekarang disesalkan,” tanyanya.
Pengamat pendidikan, Prof Nangsari Ahmad mengungkapkan bahwa tidak
semsetinya pemerintah daerah mengutamakan anggaran untuk Sea Games dengan
mengurangi pos anggaran pendidikan dan kesehatan. “Kalaupun memang Sea Games
harus disukseskan, jangan mengurangi anggaran yang untuk kepentingan orang
banyak seperti pendidikan dan kesehatan,” ujar Direktur Pascasarjana
Universitas PGRI Palembang ini.(sir)
Bahas Pengadaan Barang/Jasa, Inasoc Gelar Rapat Tertutup
Palembang
Makin
dekatnya deadline waktu pelaksanaan
Sea Games membuat Indonesian SEA
Games Organizing Committee (Inasoc) Sumatera Selatan (Sumsel) bergerak cepat.
Termasuk diantaranya untuk mencari pihak pengadaan barang dan jasa.
Rapat
seluruh Deputi Inasoc Sumsel Kamis (22/9) dipimpin langsung Ketua Inasoc Sumsel
Muddai Madang. Rapat yang digelar hingga malam hari itu tertutup bagi media.
Rapat
tersebut membahas pihak yang akan ditunjuk sebagai penyedia barang atau jasa
yang diperlukan untuk kepentingan SEA Games mendatang di Palembang.
Sebelumnya
rapat, Ketua Inasoc Sumsel Muddai Madang menjelaskan kepada para wartawan
mengenai kabar pencairan dana persiapan SEA Games tersebut.
Menurut
Muddai, Inasoc Sumsel mendapat dana tambahan sebesar Rp131.154.508.750 dari
APBN Perubahan (APBN-P) 2011. Jumlah itu menambah kas Inasoc Sumsel yang
sebelumnya digelontor dana APBN sebesar Rp62 miliar.
Pencairannya,
paling lambat Senin (26/9).Tapi dari jumlah Rp131 miliar lebih itu, yang baru
disetujui pencairannya sekitar Rp79,5 miliar.
Meski
sebagian dana sudah bisa dipastikan pencairannya dan bisa segera dilaksanakan
pengadaannya, hal itu belum membuat Muddai
lega. Soalnya masih terdapat tujuh item yang masih memerlukan verifikasi
lebih lanjut sebagai syarat dicairkannya dana pengadaannya.
“Ketujuh
item tersebut adalah sewa/beli perlengkapan gedung, mebeuler tambahan untuk
wisma atlet, promosi SEA Games, pengadaan air bersih dan kelistrikan, peralatan
pendukung wisma atlet, perlengkapan dan alat kantor sekretariat, serta
transportasi di Jakabaring Sport City (JSC),” jelasnya.
“Dana sebesar Rp79,5 miliar tersebut
dialokasikan ke berbagai item,yaitu sekitar Rp18 miliar untuk konsumsi panitia,
laison officer(LO), work force, dan volunteer; Rp49,5 miliar untuk konsumsi dan
akomodasi; dan sekitar Rp10 miliar untuk equipment dining hall dan kitchen set
di wisma atlet,” paparnya di The Jayakarta Daira Hotel, Palembang.
Diketahui,
terkait masalah ini Kemenegpora akan sangat selektif dan tidak
asal-asalan terhadap pengadaan barang-barang. Jika pengadaan suatu barang
memungkinkan melalui tender, maka harus ditenderkan. Bila tidak mungkin baru
dapat dilakukan penunjukkan langsung.
Kantor
Menpora bahkan membentuk tim dan unit Layanan Pengadaan yang unsur-unsurnya
terdiri dari Inasoc dan eksternal, yakni Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, Menpora, Kejaksaan Agung, dan Badan Pengawas Keuangan
dan Pembangunan).
“Sehingga
kalaupun ada penunjukan langsung tidak asal tunjuk. Harus dikedepankan prinsip
akuntabel dan kehati-hatian," Pelaksana Harian Sekretaris Menpora
Djoko Pekik.
Ihwal
adanya pembatalan beberapa uji coba, Muddai membantah adanya pembatalan namun
hanya pengurangan nomor pertandingan di beberapa cabor. Hal ini terjadi antara
lain disebabkan penyelesaian beberapa venus yang melenceng dari jadwal semula
seperti venus Aquatiq semula usai akhir Septembar menjadi Oktober yang
menurutnya masih dalam tahap wajar mengingat pekerjaannya besar dan sulit.
“Belum
lagi faktor kelelahan atlet jika uji coba dilakukan. jika uji dilakukan medio
Oktober ini. Uji coba tetap dilakukan hanya skala dan nomor pertandingannya
saja dikurangi,” katanya.(sir)
Selasa, 13 September 2011
Senin, 12 September 2011
Vence Rumangkang Diadukan Menipu Rp 1,6 M
Palembang:
Salah seorang pendiri Partai Demokrat, Vence
Rumangkang yang juga Direktur PT Vero Baja Utama dilaporkan rekan bisnisnya, H
Ahmad karena diduga telah menipu senilai Rp 1,6 milyar.
Aksi penipuan itu, menurut korban H Ahmad
dilakukan pada tahun 2002 lalu. Saat itu, keduanya terlibat bisnis besi tua.
Kasus ini sendiri telah dilaporkan korbanke Polda Sumsel pada 24 November 2010 lalu.
Saat ini, pihak Polda tengah mengusut kasus
tersebut. Dan, Vence Rumangkang yang juga pendiri Partai Barnas ini telah
ditetapkan sebagai tersangka. Korban sendiri mengungkapkan hal ini saat mempertanyakan lambanya penanganan kasus
tersebut di Mapolda Sumsel, Senin (12/9).
Diungkapkan H Ahmad, awalnya pihaknya sangat
meyakini transaksi yang dijalaninya bersama
Vence. Karenanya, dia menyerahkan uang sebesar Rp 975.000.000 untuk
pembelian besi hasil lelangan dari Pertamina UP III Plaju.
Namun setelah dicek, ternyata besi dimaksud
tidak pernah ada. Karena tak pernah ada kejelasan, kemudian pihak Vence
menyatakan akan memberikan besi de-stock (bekas pakai) yang didapatnya juga
dari Pertamina Plaju senilai Rp 50 juta. Besi tersebut dinyatakan siap angkut.
Ternyata setelah uangnya dibayar, besi tersebut juga tak ada,” tambah Ahmad.
Berkali-kali ditanyakan, pihak Vence hanya
bisa memberikan angin surga dan janji-janji. Serta selalu minta bersabar.
“Apalagi, saat itu memang yang bersangkutan sedang sibuk-sibuknya dalam proses
pendirian Partai Demokrat,” tambahnya.
Sampai akhirnya, pihak Vence kemudian
melibatkan Yusuf Mekki dan H Taufik, keduanya orang Kayuagung. Merasa sama-sama
orang Kayuagung, kemudian H Ahmad
menyetujui membayar kembali besi sebanyak 1000 ton yang disebut-sebut
siap angkut di lokasi Conoco Philip di Ramba, Banyuasin.
“Saat itu, kembali dibuat perjanjian dan saya
menambah uang sebesar Rp 600 juta. Sehingga total uang yang diserahkan Rp 1,625
M,” jelas Ahmad.
Namun sekali lagi ternyata saat di survey,
ternyata besi yang ada di lokasi bukanlah milik Vence Rumangkang. Dan saat
dihubungi, Vence Rumangkang menyatakan bahwa besi-nesi itu sedang diurus agar
dapat segera diangkut oleh H Ahmad.
Semua bukti penyerahan uang senilai Rp 1,625 M
lengkap dimiliki oleh H Ahmad. Vence juga sempat membayar menggunakan cek
senilai Rp 550 juta. Yang dibayar selama lima kali masing-masing Rp 100 juta.
“Namun saat dicairkan ternyata ceknya kosong,” tambahnya lagi.
Untuk
itu, H Ahmad mengharapkan agar kasusnya bisa diselesaikan.
Informasi yang didapat dari Polda Sumsel,
Vence Rumangkang telah dipanggil sebagai tersangka pada 4 Juli 2011. Namun
belum memenuhi panggilan tersebut. (sir)
Jumat, 09 September 2011
Kabut Asap Ganggu Pelayaran
Palembang:
Wilayah perairan di Palembang tertutup kabut
asap karena kebakaran lahan di sejumlah daerah dua hari terakhir. Akibatnya,
membuat jarak pandang para pelaut terganggu.
Pemantauan di perairan Musi pada
Jumat pagi, kabut asap memang cukup pekat. Sehingga perahu dan kapal-kapal
terlihat menyalakan lampu sorot.
Sementara di Bandara Sultan
Mahmud Badaruddin, dua hari terakhir abeberapa penerbangan di pagi hari ditunda
jadwalnya hingga 30 menit. Seperti Lion
dan Garuda yang biasanya terbang pukul 06.00 harus delay menunggu cuaca terang.
Kepala Dinas Perhubungan
(Kadishub) Kota Palembang Masripin HM Thoyib menetapkan kondisi waspada kabut
asap di wilayah perairan Palembang.
Kondisi ini terutama terjadi pada pagi hari mulai pukul 04.00–06.00 WIB, akibat
musim kemarau dan kebakaran lahan yang melanda Sumatera Selatan (Sumsel).
Albar mengatakan,jarak pandang
saat ini hanya 400–500 meter. Padahal, jarak pandang normal kapal sungai harus
mencapai 600 meter, sedangkan jarak pandang kapal laut minimal 1 km.
Dia mengimbau nakhoda kapal
maupun pelaut berhati-hati selama berlayar.Pekatnya kabut dinilai cukup
mengganggu sehingga perlu dioptimalkan penggunaan sarana navigasi dengan
mengaktifkan komunikasi radio dengan stasiun pandu.
“Sebagai bentuk kewaspadaan di
pelayaran, kami mengimbau seluruh nahkoda untuk selalu menyalakan radio
komunikasi serta menyiapkan dan menjaga alat keselamatan lain, seperti lampu
sinyal.Harus pula berhati-hati pada pelayaran malam hari,” imbaunya.
Meski demikain, saat ini tidak
ada penundaan pelayaran, kecuali untuk waktu-waktu yang berisiko seperti pagi
hari.
Lahan Gambut
Kebakaran lahan gambut di
Kabupaten Banyuasin juga memprihatinkan. Lahan plasma seluas 15 hektare (ha)
perkebunan sawit milik PT Swadaya Indo Palma (SIP) di Dusun Setya Harapan, Desa
Sungai Rengit,Pangkalan Balai,Banyuasin,ludes terbakar. Kebakaran lahan sawit
bergambut terjadi sekitar pukul 17.00 WIB, Rabu (7/9), dan baru bisa dipadamkan
petugas pemadam kebakaran dan tim Manggala Agni Banyuasin pada Kamis
(8/9). Sementara di sepanjang jalan antara Palembang-Kayauagung terlihat
beberapa titik api lahan yang terbakar.
Siapkan Perda
Pemprov Sumsel segera mengkaji
terlebih usulan Dewan untuk menerbitkan peraturan daerah (perda) terkait
pembakaran lahan yang memicu munculnya titik api (hotspot) hingga mengakibatkan
kabut asap di Sumsel.
Kepala Biro (Karo) Hukum Pemprov
Sumsel Ardani mengakui,tindakan membuka lahan pertanian atau hutan dengan cara
membakar seperti yang dilakukan petani di Sumsel, khususnya pada musim panas,
mengakibatkan kabut asap. Selama ini pelarangan pembakaran lahan diatur dalam
peraturan gubernur (pergub), tapi tidak memuat sanksi pidana bagi yang
melanggar.
“Kalau ingin memuat sanksi pidana
harus diterbitkan perda,” ujar Ardani di Kantor Pemprov Sumsel. Meski
demikian,pihaknya segera mengkaji pembuatan perda untuk meminimalisasi
pembukaan lahan dengan membakar di Sumsel. “Harus dikaji terlebih dahulu apakah
perlu perda provinsi atau cukup kabupaten/kota. Kami juga akan berkoordinasi
dengan SKPD terkait, misalnya Dinas Kehutanan dan lainnya,”
ungkapnya. (sir)
Pipa Pertamina Peninggalan Belanda Banyak Dicuri
Manager Legal dan Operation Pertamina EP Region Sumatera Agustinus menerima Karyono dan H Ahmad yang melaporkan pencurian pipa tua kes Hindia Belanda. Palembang: Aset negara berupa pipa penyaluran minyak peninggalan Belanda di wilayah operasional Pertamina EP Region Sumatra, khususnya di wilayah Prabumulih banyak yang dicuri. Bahkan, diduga pipa tersebut juga dijual oleh pihak Pertamina. Kuasa PT Vero Baja Utama, yang mendapat kuasa dari Yayasan Krida Caraka Bhumi (YKCB), H Ahmad Kamis (8/9) mengungkapkan bahwa pipa tua yang mestinya diawasi dan amankan oleh Pertamina ternyata telah dijual dan dilelang. “Padahal, mestinya penggunaan pipa tua tersebut oleh Pertamina harus seizin Menteri Keuangan. Juga Pertamina tidak berhaka menjual ataupun melelang pipa-pipa tua tersebut. Karena, melalui PT Vero Baja Utama sebanyak 7.500 ton telah dibeli melalui YKCB. Saat ini, masih sekiatar 1.000 ton lagi yang belum diambil di wilayah Prabumulih dan Pendopo Sumsel,” ujarnya. Kenyataannya, berdasarkan temua di lapangan ternyata besi pipa ukuran 8 in jalur Pendopo ke Plaju dengan nomor asset 200356606 tahun 1940 telah diborongkan pada 7 Juli 2008 oleh Pertamina EP Field Pendopo kepada PT Pandawa Lima Amartapura sebanyak 18.300 meter dan telah dijual ke Jambi. Lalu pada 30 November 2009 pipa di jalur yang sama juga diborongkan kembali oleh PT EP Field Pendopo kepada PT Pratama Agung Mandiri sebanyak 8.500 meter. Lalu dijual sebagian dipasangkan di line baru di Pertamiana UP III Plaju. “Padahal mestinya unttuk jalur baru harus menggunakan pipa baru,” tambah Ahmad.
Karenanya, sebagai kuasda dari PT Vero Baja Utama, Ahmad mempertanyakaan keberadaan pipa-pipa tua tersebut. Keberadaan PT Vero Baja Utama sendiri, menurut Ahmad, sesuai Keputusan mentri Pertambangan No 732K/96/MPE/1989 tertanggal 11 Juli 1989 yang menunjuk dan menugaskan Yayasan Krida Caraka Bhumi sebagai pelaksana pengumpulan dan penjualan besi tua/pipa di wilayah kuasa Pertamina. Lalu, YKCB kontrak dengan PT Vero Baja Utama sebagai pihak ketiga sebanyak 7.500 ton. Saata masih tersisa 4.378 ton, pihak Vero Baja menjualnya kepada H Achmad pada tahun 2002 dana telah di realisasikan hingga 2003 dan masih tersisa 1.128 ton. Apalagi, pipa-pipa di jalur tersebut telah disurvey pada tahun 2006 lalu oleh tim Pertamina Field Prabumulih dan Pendopo bersama YKCB cq PT Vero Baja Utama. Sebanyak 19.500 meter. Dan sudah jelas milik ESDM cq YKCB yang telah dikontrakkan kepada PT Vero Baja Utama.
Sementara Manager Legal dan Operation Pertamina EP Region Sumatera Agustinus didampingi Asisten Manager Humas Bambang Budi Utomo, menyatakan bahwa persoalan pipa tua tidaka hanya terjadi di wilayah Sumsel tapi juga di seluruh Indonesia. “Yang jelas, Pertamina tidak mencuri asset negara. Justru Pertamina mengelolanya sesuai perannya sebagai operator. Soal informasi dari pihak Vero Baja Utama, kami masih akan pelajari lagi,” ujarnya. (sir)
Senin, 05 September 2011
H. Syarwani Ahmad, Rektornya Para Guru
Palembang:
Doktor H. Syarwani Ahmad, lebih tepat disebut sebagai rektor guru. Karena lembaga pendidikan yang dipimpinnya ini telah menelurkan belasan ribu guru yang kini telah mengabdi di berbagai pelosok wilayah Sumsel. Bahkan mungki ada yang diluar Sumsel.
Sebelumnya, lelaki kelahiran Mengulak, OKU Timur ini, juga sempat memimpin Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Palembang. STKIP ini sendiri merupakan cikal bakal Universitas PGRI yang dipimpinnya kini.
Sebagai lembaga kawah candradimukanya para guru, STKIP yang berdiri tahun 1984 ini kemudian berubah menjadi Universitas PGRI Palembang di tahun 2000. Rektor pertamanya, H Usman Madjid. Menggantikan posisi H Usman Masjid, sebelumnya sejak 2011 hingga 2010, Syarwani menjabat sebagai Dekan FKIP.
Kini, termasuk mahasiswa baru, tercatat sedikitnya 14.000 mahasiswa sedang menuntut ilmu di lima fakultas yang ada. ”Namun, tetap didominasi oleh mahasiswa FKIP,” ujar Syarwani. Sementara untuk dosennya, tercatat 1.109 orang. Terdiri dari dosen berpendidikan S-1, S-2, dan S-3.
Awal September ini, kembali menelurkan 1.680 sarjana baru dari berbagai bidang ilmu, pendidikan, hukum, teknik, MIPA, dan ekonomi.
Meniti karier dari guru, Syarwani mengaku memang sangat cinta dengan dunia pendidikan. Saat duduk di kelas II Sekolah Pendidikan Guru (SPG), suami dari Hj Rosmalina ini sudah mengajar di SD. Dia menamatkan SPGN 1 Palembang tahun 1968. Namun baru tahun 1971 diangkat sebagai PNS. Di luar itu, setelah menyelesaiakn pendidikan lanjutan di Unsri, dia juga aktif mengajar di SMP, SMA bahkan di perguruan tinggi.
Hanya sampai tahun 1977, dia mengabdi sebagai pahlawan tanpa tanda jasa di pendidikan dasar. Kemudian menjadi penilik kebudayaan hingga 1977. Karenanya, berbagai pengalaman mendidik anak-anak sudah dirasakannya. Baginya, yang paling sulit itu memang mendidik anak-anak saat mereka mulai masuk pendidikan formal.
Kariernya berlanjut ke bidang adminsitasi pendidikan karena kemudian dipercaya sebagai Kasubag Kepegawaian Kandepdikbud Kota Palembang. Hingga jabatan terakhirnya sebagai Kabag TU Dinas Diknas Sumsel.
Kecintaannya pada profesi guru juga tergambar dari karier organisasinya di PGRI, dimulai dari Pengurus PGRI SU II Palembang sampai akhirnya ditahun lalu didaulat menjadi Ketua DPD PGRI Sumsel, menggantikan H. Aidil Fitrisyah.
Merintis PGSD Swasta
Melihat kondisi pendidikan guru SD berpendidikan S-1 yang masih kurang, doktor alumnus Universitas Negeri Jakarta ini punya komitmen bisa menelurkan sarjana pendidikan khusus untuk SD.
“Selama ini, memang kami mendidik guru dan calon guru, termasuk untuk tingkat SD. Namun, penyetaraan bagi guru SD, rasanya kurang pas. Karena mereka nantinya mejadi guru bidang studi. Seperti guru bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bimbingan dan konseling, akuntansi, sejarah, matematika, olahraga, dan seni musik,” ujarnya.
Padahal, sejatinya para guru SD itu memang lulusan sarjana pendidikan sekolah dasar (PGSD). Yang disiapkan memang untuk mengajar di tingkat SD. Saat ini yang menghasilkan sarjana demikian, PGSD. ”Sayangnya, PGSD itu baru ada di perguruan tinggi negeri. Karenanya, kami mendesak agar lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) juga diberi izin untuk membuka pendiikan guru SD. Sehingga, formasi yang dibutuhkan di pendidikan dasar juga bisa dipasok oleh perguruan tinggi swasta,” harapnya.
Diakuinya, selama ini pun kebutuhan tenaga guru tidak bisa hanya dipenuhi oleh perguran tinggi negeri. Dan, data yang tak bisa dipungkiri, dalam waktu dekat ini sedikitnya 30.000 guru di SD yang tamatan SPG akan memasuki pensiun. Ini harus diantisipasi. Kalau tidak, maka akan terjadi kekurangan jumlah guru yang cukup merepotkan.
”Jika perguruan tinggi swasta diperkenankan, maka kekurangan tersebuit bisa diantisipasi. Karena pada saatnya nanti, sarjana khusus untuk mendidikan di pendidikan dasar sudah tersedia,” tambah ayah tiga anak ini, Deri Setiawan, Febriansyah, Feni Astuti, dan Meli Damayanti. Dari keempat anaknya, hanya yang bungsu mengikuti jejaknya sebagai pendidik.
Saat ini, Universitas PGRI yang dipimpinnya, termasuk perguran tinggi swasta dengan jumlah mahasiswa yang paling banyak di Sumatera. Sementara di lingkungan PGRI sendiri, PTS yang paling banyak jumlah mahasiswanya di Indonesia.
Kondisi ini bukan diperoleh dengan mudah. Tetapi, berbekal pengetahuannya sebagai pegawai di kepegawaian yang memiliki informasi kebutuhan tenaga guru, maka jurusan dan program studi yang dibuka di FKIP adalah yang memang dibutuhkan. Seperti Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Mipa, Akuntasi, sejarah, dan sendratasik.
Awal pendirian, pernah menerima mahasiswa jurusan olahraga dan seni. Namun karena tak diizinkan akhirnya mahasiswa jurusan olahraga harus dicatatkan sebagai mahasiswa Universitas Bekasi. Sampai akhirnya mereka lulus, dan ternyata semua lulusananya kini sudah terserap sebagai tenaga pendidikan. Baru kemudian enam tahun terakhir, jurusan olahraga dan sendratasik dibuka kembali. Dan ternyata lulusannya pun memang diserap oleh dunia pendidikan.
Kini, PTS ini selain memiliki lima fakultas, juga memiliki program pascasarjana. Khususnya, program studi bahasa Indoneia dan bahasa Inggris. Dengan visi dan isi memajukan dunia pendidikan, upaya peningkatan mutu terus dilakukan. ”Terutama, untuk melaksanakan tri darma perguruan tinggi. Pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
”Untuk penelitian, digenjot, paling tidak dalam setahun ada 50 penelitian yang dilakukan oleh dosen dengan dukungan dana dari lembaga. Begitu juga dengan mahasiswanya,” ujarnya.
Paling tidak, keberadaan Universitas PGRI memang telah berdiri sejajar dengan PTN maupun PTS lainnya di Sumsel. Terbukti, tahun ini tercatat ada 3.600 mahasiswa baru.
Bisa merangkul mahasiswa, tentu buka persoalan mudah. Berbagai cara dan strategi dilakukan. Misalnya dengan rangkul anak-aak para guru, juga guru-guru yang belum menempuh pendidikan S-1. Juga melalui media massa dan media lainnya. Tidakhanya di kota, tetapi juga hingga ke pelosok.
”Khusus mahasiswa yang berasal dari daerah selalu ditanamkan motivasi kalau mereka menyelesaikan pendidikan diharapna bisa dan bersedia mengabdi di daerahnya masing-masing. Karena memang tak bisa dipungkiri, kebutuhan guru di daerah jauh lebih banyak dibanding di perkotaan yang sudah demikian banyak,” cerita Syarwani soal perekrutan mahasiswa.
Menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat (SR) di Desa Mengulak pada tahun 1962, SMP Negeri di Martapura pada tahun 1965, SPG Negeri di Palembang pada tahun 1968. Melanjutkan di FKIP Universitas Negeri Sriwijaya 1979 tamat Sarjana Muda, dan baru meneruskan ke jenjang S1 tahun 1986 dan lulus S1 tahun 1988. Melanjutkan ke jenjang Magister Manajemen ( S2) di Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Budi Luhur Jakarta lulus pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2002/2003 melanjutkan ke jenjang Doktor (S3) di Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta pada program Manajemen Pendidikan. (sh/muhamad nasir)
Sisi Lain
Mengajar Membaca
Sebagai pendidik, H Syarani Ahmad yang punya hobi jalan pagi dan tenis ini, punya pengalaman yang paling berkesan saat mengajar di kelas-kelas awal. Khususnya belajar membaca. ”Dulu, di kelas I dan II SD itu ada pelajaran membaca permulaan menggunakan metode SAS (struktural analitik sintetik). Sebelumnya menggunakan metode eja,” ceritanya
Cukup sulit mengajarkan membaca kepada anak didik yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal aksara dan huruf. Harus eksta sabar dan telaten.
Alhamdulillah, pengalaman di tahun 1970 an itu, biasanya tak kurang dari tiga bulan, anak didik sudah bisa membaca. Bahkan, di kelas II, mereka sudah lancar membaca. Untuk membuktikannya, kepada anak didik diberikan koran, saat itu koran yang ada seperti Angkatan Bersenjata atau Sinar Harapan. ”Mereka umumnya lancar membaca. Hati rasanya sangat senang melihat anak didik sudah bisa membaca dengan suara keras,” tambahnya. (sh/muhamad nasir)
Kejurnas Catur Digelar, 1.500 Pecatur Siap Tanding
Palembang:
Sedikitnya 1.500 pecatur nasional berbagai tingkatan akan berpartisipasi di Kejurnas Catur 2011 yang digelar di Palembang,8–17 September 2011.
Venue kejurnas rencananya akan menggunakan gedung serbaguna Asrama Haji Palembang KM 9. Dipilihnya gedung tersebut karena daya tampung yang luas dan bisa diatur menggelar banyak pertandingan dalam waktu bersamaan.
“Tadinya memang mau menggunakan ballroom Hotel Swarna Dwipa seperti turnamen Bank Sumsel Babel lalu. Akan tetapi, mengingat jumlah peserta yang diperkirakan lebih dari 1.000 orang,maka panitia pun mencari tempat yang lebih luas dan representatif,” jelas Sekretaris Umum Pengprov Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Sumsel,Mursili Tjik Aman.
Mursili mengatakan,kesiapan panitia sudah masuk tahap akhir.Selain memastikan venue dan ragam acara yang akan dilangsungkan selama kejurnas, pihaknya juga menyiapkan berbagai fasilitas untuk kenyamanan kontingen peserta kejurnas.
Penunjukan Sumatera Selatan (Sumsel) sebagai tuan rumah pelaksanaan cabang olahraga (cabor) catur SEA Games XXVI menandai kebangkitan cabor tersebut di Sumsel. Sebelumnya, beberapa event catur bergengsi telah dilangsungkan di Palembang,ibu kota Sumsel,menjelang SEA Games.Salah satunya Bank Sumsel Babel Chess Open Tournament 2011, 4–8 Juli lalu.
Berikutnya, Palembang juga kembali mendapat kepercayaan menyelenggarakan Kejurnas Catur 2011.
Menurut Mursili,pada kejurnas yang diikuti sekitar 1.500 pecatur dari seluruh Indonesia itu akan memainkan 21 kategori, di antaranya catur standar putra-putri,catur cepat putra-putri,catur kilat putra-putri, catur veteran,catur junior kelas A-J.
“Yang pasti,kami membuka pendaftaran 21 kategori.Mengenai dimainkan atau tidaknya,sangat tergantung dari jumlah peserta nantinya.Sebab,bisa saja seorang pecatur yang biasa turun di salah satu nomor malah tidak main di situ,tapi main di nomor lain sehingga nomor tertentu kekurangan peserta,”katanya. (sir)
Halal bi Halal Hari Pertama Kerja di Pemprov Sumsel
Para PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi saling bersalaman dengan Sekda Yusri Efendi dan jajaran usai apel hari pertama kerja pasca Hari Raya Idul Fitri Senin (5/9) di halaman Kantor Gubernur Sumsel.
Napi Kriminal vs Narkoba Bentrok, 2 Tewas
Palembang:
Bentrok berdarah antara penghuni blok tahanan narkoba dan kriminal Rumah Tahanan (Rutan) Klas I Pakjo Palembang memakan dua korban jiwa.
Kepala Rutan Pakjo Palembang Rizal Effendi ketika hendak diminta komentarnya terkait bentrok di dalam rutan terkesan menghindar dari kejaran wartawan media cetak dan elektronik.
Kepala Polda Sumsel Irjen Pol Dikdik Mulyana Arif Mansur yang turun langsung untuk melihat ke TKP sekitar pukul 19.00 WIB, tak berkomentar terkait peristiwa tersebut dan langsung meninggalkan TKP dengan mobil dinasnya.
”Nanti saja,saya belum bisa beri keterangan, nanti ada waktunya,”ujar Dikdik didampingi sejumlah pejabat teras Polda Sumsel semalam. Sementara itu,Kepala Polresta Palembang Kombes Pol Agus Sulistiyono seusai masuk ke dalam rutan Pakjo membenarkan adanya peristiwa tersebut.
”Ada empat korban, dua terluka, dua tewas. Saat ini kami masih terus melakukan penyidikan dan penyelidikan terkait motif siapa pelaku penusukan terhadap kedua korban sampai tewas. Nanti akan saya kabari perkembangan lebih lanjut.
Berdsarkan data yang diperoleh, dua korban tewas dalam bentrok yang terjadi Minggu (5/11), sekitar pukul 16.15 WIB itu, adalah Rusdi (27) dan Ipung (30), keduanya warga Jalan Pangeran Sidoing Lautan, Lorong Kedukan I,Palembang.
Ipung tewas mengenaskan dengan luka tusuk diduga senjata tajam (sajam) jenis pisau sebanyak delapan tusuk, masing-masing kepala, bahu, tangan serta dada. Sementara Rusdi mengalami tusuk sebanyak lima lubang masing-masing di paha kiri dan kanan, kepala dan punggung.
Keduanya tewas dalam sel Blok 5 kamar 3 dan Blok 5 kamar 9 Narkoba. Petugas Rutan yang mengetahui adanya kejadian itu dan kewalahan meredam bentrok, langsung menghubungi aparat kepolisian.
Mendapat laporan tersebut, aparat Polresta Palembang segera meluncur ke tempat kejadian peristiwa (TKP). Tajk urung, lantaran bentrokan hebat itu melibatkan kedua Blok 5 Narkoba dan Blok 3 Kriminal, di mana masing-masing blok dihuni 50 orang lebih tahanan,memaksa Polda Sumsel membantu menerjunkan anggotanya dan satu pleton pasukan Sat Brimobda Sumsel bersenjata lengkap.
Guna mencegah meluasnya bentrokan antartahanan, petugas rutan dibantu aparat Polresta dan Polda Sumsel terpaksa mengevakuasi atau memindahkan dua tahanan rutan yang diduga sebagai otak kerusuhan di dalam rutan, yakni Imen dan Memed ke Lapas Merah Mata. Hingga tadi malam,situasi mencekam masih menyelimuti rutan.
Personel gabungan dari Polsekta, Polresta Palembang,Polda Sumsel,Sat Brimobda Sumsel masih berjaga-jaga di luar dan dalam Rutan Pakjo,guna mengantisipasi terjadinya bentrokan lanjutan. Ketegangan antara kedua blok narkoba dan kriminal sebenarnya sudah terjadi sejak Jumat (2/9) malam. Berdasarkan informasi, bentrok terjadi antara tahanan narkoba atas nama Edo dan Yanto Pistol yang merupakan tahanan kriminal kasus perampokan. Selanjutnya, pada Sabtu (3/9), perkelahian antara Edo dan Yanto Pistol tidak bisa dihindari lagi. Dalam kejadian itu,Yanto Pistol mengalami luka parah di kepalanya karena terkena pukulan benda tumpul yang diduga milik Edo. Meskipun sempat diredam, ternyata diduga kelompok Blok Kriminal khususnya Blok 3 kamar 3 masih tak terima ada rekan mereka dilukai salah seorang penghuni blok narkoba. Berikutnya, kemarin sekitar 10,00 WIB tanda-tanda akan terjadi bentrokan hebat bakal tejadi di dalam rutan muncul kembali. Di mana kedua penghuni blok saat sedang kerja bakti di dalam rutan sudah saling tunjuk dan saling menantang. Puncaknya, kemarin sore, sekitar pukul 16.15 WIB puluhan penghuni Blok 3 Kriminal langsung menyerbu blok 5 Narkoba kamar 3 dan 9. Mereka yang tersulut emosi melakukan perusakan dan penganiayaan terhadap sejumlah tahanan. Bahkan, diduga ada tahanan yang membawa sajam jenis pisau,sehingga dapat melukai dan membunuh kedua korban. Menurut keterangan Farlan Erwin, salah satu tahanan Rutan Pakjo Palembang yang membantu membawa jenazah kedua korban tewas ke RSI Khodijah, kalau kedua korban sekujur tubuhnya dipenuhi luka pukul dan tusukan. Soal keberadaan senjata tajam yang digunakan para napi dalam bentrokan itu, Farlan mengaku tidak begitu tahu. (sir)
Personel gabungan dari Polsekta, Polresta Palembang,Polda Sumsel,Sat Brimobda Sumsel masih berjaga-jaga di luar dan dalam Rutan Pakjo,guna mengantisipasi terjadinya bentrokan lanjutan. Ketegangan antara kedua blok narkoba dan kriminal sebenarnya sudah terjadi sejak Jumat (2/9) malam. Berdasarkan informasi, bentrok terjadi antara tahanan narkoba atas nama Edo dan Yanto Pistol yang merupakan tahanan kriminal kasus perampokan. Selanjutnya, pada Sabtu (3/9), perkelahian antara Edo dan Yanto Pistol tidak bisa dihindari lagi. Dalam kejadian itu,Yanto Pistol mengalami luka parah di kepalanya karena terkena pukulan benda tumpul yang diduga milik Edo. Meskipun sempat diredam, ternyata diduga kelompok Blok Kriminal khususnya Blok 3 kamar 3 masih tak terima ada rekan mereka dilukai salah seorang penghuni blok narkoba. Berikutnya, kemarin sekitar 10,00 WIB tanda-tanda akan terjadi bentrokan hebat bakal tejadi di dalam rutan muncul kembali. Di mana kedua penghuni blok saat sedang kerja bakti di dalam rutan sudah saling tunjuk dan saling menantang. Puncaknya, kemarin sore, sekitar pukul 16.15 WIB puluhan penghuni Blok 3 Kriminal langsung menyerbu blok 5 Narkoba kamar 3 dan 9. Mereka yang tersulut emosi melakukan perusakan dan penganiayaan terhadap sejumlah tahanan. Bahkan, diduga ada tahanan yang membawa sajam jenis pisau,sehingga dapat melukai dan membunuh kedua korban. Menurut keterangan Farlan Erwin, salah satu tahanan Rutan Pakjo Palembang yang membantu membawa jenazah kedua korban tewas ke RSI Khodijah, kalau kedua korban sekujur tubuhnya dipenuhi luka pukul dan tusukan. Soal keberadaan senjata tajam yang digunakan para napi dalam bentrokan itu, Farlan mengaku tidak begitu tahu. (sir)
Langganan:
Postingan (Atom)