Minggu, 29 Januari 2012
Negara Islam Punya Dua Opsi Merespon Perubahan Internasional
PALEMBANG - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan negara-negara Islam terhadap perubahan dunia internasional. Ada dua dua pilihan bagi dalam merespon perubahan itu, tutup mata atau mengantisipasinya.
Dalam pidatonya pada pembukaan konferensei parlemen negara-negara Islam ke7 di Palembang, Senin (30/1) Presiden Indonesia, mengajak kalangan negara-negara Islam untuk mampu memberikan respons terhadap perubahan peta politik internasional sehingga mampu bertahan di tengah permasalahan global yang semakin kompleks.
"Kita memiliki dua opsi atau pilihan. Menutup mata atau mengantisipasi serta beradaptasi dengan perubahan. Kejadian yang berlangsung saat ini merupakan peringatan bahwa dunia berubah tetapi kemampuan untuk beradaptasi tetap harus bisa dilakukan. Kita perlu untuk belajar dari abad sebelumnya. ini ingatkan kita selalu melihat ke depan. Sekarang dunia yang terkonektivitas antar negara," kata Yudhyono.
Kepala Negara mengatakan, bila dalam menyikapi perubahan itu tidak disertai dengan langkah yang maksimal maka akan terjadi goncangan yang besar.
"Karena itu bila kita tidak bisa antisipasi perubahan dan perubahan tidak disertai reformasi besar maka akan diikuti turbulansi," kata Presiden.
Sejumlah masalah yang mempengaruhi perubahan secara internasional, kata Presiden, termasuk diantaranya perubahan politik yang terjadi di kawasan Afrika Utara dan juga krisis ekonomi global yang saat ini masih berlangsung.
Presiden mengharapkan hasil yang dicapai oleh para anggota parlemen dari negara-negara anggota organisasi negara Islam tidak hanya memberikan kontribusi pada masing-masing negara namun juga dapat memberikan kontribusi pada kemajuan dunia Islam.
Pada bagian lain sambutannya Presiden Yudhoyono mengatakan, nilai-nilai Islam dapat digunakan menyelesaikan sejumlah permasalahan sehingga mendapatkan penyelesaian yang baik bagi semua pihak.
"Kita harus proyeksikan ajaran Islam dalam bentuk terbaiknya. Tetapi pesan ini hanya efekif bila kita sebagai muslim menjalankan nilai Islam sebagai peradaban paling maju di abad 13, ini berarti kita kerja sama, bangun kebersamaan, kemampuan kita ini harus bisa tangani respons dengan budaya damai, toleransi bersama," kata Presiden dihadapan anggota parlemen yang berasal dari 37 negara peserta anggota PUIC
PUIC Sepakati 35 Resolusi Deklarasi Palembang
*SBY Buka Secara PUIC
dan Resmikan Alquran Akbar
Palembang:
Dari 35 resolusi yang disepakati dalam Parliamentary Union of OIC Member
States (PUIC) atau konferensi parlemen negara-negara Islam atau Konfrensi Parlemen Negara OKI ke-7 di
Palembang, Indonesia menyumbangkan 14 item. Demikian antara lain dikemukakan
Presiden Konfrensi, Marzuki Alie, Senin pagi (30/1).
« Semua ini terangkum dalam Deklarasi Palembang dan
Final Communique, » tambah Hidayat Nur Wahid, Ketua Badan Kerja Sama
Antarparlemen DPR RI.
Presiden SBY, pagi
ini meresmikan di Hotel
Aryaduta, Palembang. Sementara nanti malam, direncanakan akan meresmikan
Alquran Akbar.
Khusus Komisi politik dan ekonomi disepakati sebanyak 21
resolusi. Sepuluh diantaranya dirancang dan diusulkan delegasi Indonesia. Di komisi Hukum, Ham, dan lingkungan
disepakati 6 resolusi, dimana dua diantaranya berasal dari rancangan delegasi
Indonesia. Dan Komisi perempuan, social dan budaya menghasilkan 8 resolusi, dua
diantaranya berasal dari Indonesia.
Delegasi yang
mengikuti pembahasan isu politik dan ekonomi ini, Sidarto Danusubroto (FPDIP),
Bukhori Yusuf (FPKS), Mustofa Assegaf
(FPPP), dan Ahmad Mumtaz Rais (FPAN). Diantaranya, terkait masa depan Palestani
dan keanggotaannya di PBB.
Dalam persoalan perdamaian di kawasan Timur Tengah, ide
Indoneai untuk menjadikan kawasan
tersebut sebaga kawasan bebas senjata pemusnah massal juga didukung oleh
peserta dari Timur tengah.
Peserta juga setuju dengan
usulan langkah untuk memerangi terorisme dengan peningkatan peran masyarakat sipil dalam dialog agama, budaya dan peradaban
serta menumbuhkan iklim demojrasi dan penegakan HAM sebagai langkah
menyelesaikan akar terorisme.
Fenomena bencana alam yang melanda Somalia dan Pakistas juga
mendapat perhatian dan simpati delegasi Indonesia. Terutama karena bencana
tersebut menelas korban jiwa dan jutaan lainnya terancam kelaparan dan
kekurangan gizi.
Juga poin berupa ajakan untuk mencermati perkembangan krisis
keuangan global yang kini melanda Eropa, Amerika, dan negara industry lainnya .
Terutama dampak negatifnya terhadap kemampuan negara berkembang membiayai pembangunannya. Termasuk diantaranya, untuk meningkatkan kerjasama perdaganga
sesame anggota konfrensi dan memberikan ruang bagi pertumbuhan bank Islam
(syariah).
Ham dan Lingkungan
Di bidang Hukum, Ham, dan lingkungan, delegasi Indonesia
mengirimkan Atte Sugandi (FPD), Syofwatillah Mohzaib (FPD), Helmi Fauzi (FPDIP) dan Andi Anzhar Cakra Wijaya
(FPAN) berhasil menggolkan dua item
dari enam resolusi. Delegasi Indonesia mengajukan persoalan perlindungan tenaga kerja migran.
Karena kontribusi tenaga kerja migran bagi negara yang mempekerjakannya sangat
besar, sepantasnyalah negera tersebut
memberikan perlindungan yang layak bagi kemanusiaan.
Perempuan
Dua usulan yang diajukan delegasi Indonesia di Komisi perempuan, sosial dan budaya disepakati
peserta konfrensi. Komisi ini menyepakati delapan resolusi. Dua resolusi
yang diajukan utusan Indonesia, Nurhayati Ali Assegaf (FPD), Tantowi Yahya
FPG), Susaningtyas N.H Kertopati (FHanura), Meutya Hafidz (FPG), diantaranya
menyangkut persoalan diskriminasi umat
Islam (Islamophobia dan xenophobia) dan stigmasi buruk lainnya dengan
mengembangkan dialog antara parlemen negara muslim dan negara barat.
Secara umum, delegasi Indoensia berhasil mewarnai pemikiran yang berkembang selama
konfrensi. Terutama memperkuat peran
parlemen negara-negara Islam dalam menghadapi perubahan politik,
ekonomi, social, dan budaya tingkat internasional. Ini tergambar dalam
Deklarasi Palembang dan Final Communique. (sir)
Alquran Akbar, Dibuat Era Megawati-Diresmikan SBY
Palembang:
Sebuah Alquran terbesar di dunia terbuat dari kayu tembesu saat ini telah selesai dikerjakan dan kini
diletakkan di halaman Pesantren Modern Indo Global Mandiri (IGM) di Gandus Palembang.
Alquran ini sebagian atau 15 juz diletakkan di bangunan berlantai lima. Sementara sebagian lagi
diletakkan di kediaman Syofwatillah Mozaib, penggagas pembuatan kitab suci ini, yang ada di sebelahnya.
Ukurannya tidak main-main, tebal keseluruhanya termasuk cover mencapai 9 meter kalau disusun dalam
bentuk buku. Ukuran halamannya, 177 cm x 140 cm x 2,5 cm.
Setidaknya 40 meter kubik kayu tembesu dihabiskan untuk membuat Alquran ini dan hampir Rp 1 milyar
dihabiskan untuk menyelesaikan proyek ini. Direncanakan Alquran ini bisa masuk Museum Rekor Indonesia
(MURI) dan dilaunching oleh Presiden SBY secara teleconference dari Hotel Novotel pada Senin (30/1).
Sementara pembuatannya digagas sejak era Presiden Megawati masih berkuasa.
Dari 30 juz isi Alquran, saat ini sudah diselesaikan seluruhnya. Sebelumnya, Alquran ini diletakkan
di lantai II Mesjid Agung Palembang untuk dikoreksi dan dilihat bersama oleh ulama dan masyarakat luas.
Sebelumnya, Alquran akbar ini bisa diselesaikan awal 2004.
“Rencananya, sebelum Pekan Olah Raga Nasional (PON) 2004, Alquran ini harusnya memang
sudah selesai,” ujar Sofwatillah Sabtu (28/1).
Para delegasi Parliamentary Union of OIC Member States (PUIC) atau konferensi parlemen
negara-negara Islam yang melihat keberadaan Alquran ini sempa terkagum-kagum. Mereka
menyatakan baru pertama kali melihat Alquran terbuat dari kayu dan diukir dengan halus.
Rujukan
Dengan diciptakannya Alquran ini, nantinya diharapkan bisa menjadi rujukan dari setiap Alquran
yang dicetak atau diterbitkan maupun Alquran impor. “Dan menjadi symbol Islam di Palembang
khususnya, Sumatera Selatan bahkan Indonesia umumnya. Alquran ini kini disimpan di bangunan
khusus di sebelah rumah saya. Dan nantinya direncanakan akan dibuat bangun khusus berupa
museum. Hanya saja, memang dananya diperkirakan cukup besar mencapai Rp 40 milyar.
Namun sementara waktu, diletakkan di sini dulu,” uajrnya di sela-sela memberi penjelasan kepada
para delegasi konfrensi parlemen negara-negaraIslam yang berkunjung kemarin.
Dengan perkembangan teknologi, Alquran tulisan memang sudah dapat dicetak ribuan lembar
lembar setiap hari. Pembuat Alquran pun bukan hanya umat muslim tapi juga mereka yang
nonmuslim dengan tujuan bisnis.
“Karenanya, bukan tidak mungkin terjadi pemalsuan Alquran. Apalagi dengan diberlakukannya
pasar bebas, kita tidak mungkin mengecek secara teliti dan detail isi Alquran yang masuk ke
Indonesia. Apalagi beberapa tahun lalu diketahui adanya kesalahan-kesalahan pada produksi
Alquran produksi impor. Karenanya tentunya diperlukan rujukan guna menjaga keaslian
Alquran,” tambah Sofwatillah.
Untuk itulah, dengan pembuatan Alquran Akbar ini diharapkan selain bisa masuk MURI
juga menjadi rujukan bagian setiap pembuatan Alquran.
Spesifikasi Alquran ini menurut Marzuki Alie, Ketua Harian Panitia Pembuatan Alquran
Raksasa, yang juga Ketua DPR RI, termasuk cover depan dan belakang yang masing-masing
tebalnya 4 cm, akan mencapai ketebalan 9 meter.
“Isinya, terdiri dari cover dua halaman, isi dari juz pertama sampai juz 30 sebanyak 306 lembar
atau 612 halaman. Lalu, 17 lembar atau 34 halaman berupa hiasan Quran, daftar isi, daftar halaman,
tadjij, sambutan-sambutan mukadimmah, pengesahan pentanshih, panitia dan daftar donatur.
Sehingga nantinya total 325 lembar atau 630 halaman bolak-balik,” tambah Marzuki.
Namun kini, Alquran tersebut tidak disusun dalam bentuk buku. Melainkan dipajang terpisah
di bangunan lima lantai. Sehingga bisa dilihat dan dibaca dari berbagai sisi.
Pengerjaan Alquran ini memang tergolong sulit dan rumit. Bagaimana tidak, untuk satu keping
Alquran bolak-balik, diperlukan waktu satu bulan.
Menyambut tahun baru hijrah, 1 Muharam 1423 H, Alquran raksasa tersebut mulai diperkenalkan
kepada masyarakat. Pada peringatan tahun baru Islam yang dibuka, Jumat (8/3/2002), pihak
pengurus Mesjid Agung Palembang menggelar kegiatan gebyar Islam dengan berbagai kegiatannya,
diantaranya pameran bernuansa Islam.
Salah satu yang dipamerkan ketika itu adalah mushaf Alquran raksasa yang terbuat dari kayu
tembesu ukuran 177 cm x 140 cm dengan ketebalan 2,5 cm. Alquran akbar itu itu, kini pun
telah usai dikerjakan.
Rp 1 Milyar
Biaya untuk membuat Alquran raksasa ini sedikitnya mencapai Rp 1 milyar. Saat Presiden
Megawati Soekarnoputri meresmikan restorasi Mesjid Agung 16 Juni 2003 lalu, sebagian dipamerkan.
''Pengerjaan Alquran ini saya dibantu 30 karyawan yang membantu penyelesaiannya,'' kata
Syowatillah Mohzaib, yang merupakan suami dari Evi Komari.
Menurut alumnus Fakultas Dakwah IAIN Raden Fatah Palembang tahun 2003 ini, pembuatan
Alquran raksasa tersebut memang diperkirakan selesai 2004. Namun akhirnya baru tuntas
dikerjakan dan akhirnya diresmikan oleh Presiden SBY pada tahun 2012. ”Alhamdulillah,”
pujinya sembari bersyukur.
Untuk mengoreksi isi Al Qur'an tersebut, telah dibentuk tim pentashih yang beranggotakan
ulama cukup berpengaruh di Sumatera Selatan. Mereka adalah KH A Sazily Mustofa,
KH Kgs Nawawi Dencik, KH Abdul Qudus, dan KH Muslim Anshori, dibantu dosen IAIN
Raden Fatah Drs Sanusi Goloman Nasution.
Tim Khusus
Untuk menjamin suksesnya pembuatan Alquran raksasa yang selama ini dikerjakan di rumah
Syofwatillah di Jalan Pangeran Sidoing Lautan Lr Budiman No 1009 Kelurahan 35 Ilir Palembang,
juga telah dibentuk tim dengan pembina KH Zen Syukri dan KH Dr Kgs Oesman Said DSOG,
penasihat Gubernur Sumatera Selatan H Rosihan Arsyad (kini telah habis masa jabatannya),
dan pelindungnya Taufik Kiemas, suami Presiden Megawati.
Kini, menurut Sofwatillah yang mengaku punya keterampilan kaligrafi dengan belajar secara otodidak
sejak duduk di Madarsah Tsanawiyah Negeri (MTs N) Pakjo Palembang ini, penyelesaian Alquran
raksasa yang mengangkat seni kaligrafi Alquran dan seni ukir khas ornamen Palembang,
menunjukkan kebesaran Allah SWT.
“Seluruh umat Islam kini boleh berbangga dengan selesainya Alquran ini,” ujar Syofwatillah Mohzaib,
pembuat kaligrafi kelahiran Serang 14 April 1975, yang didalam tubuhnya mengalir darah Palembang
dan Banten. Dua daerah yang pada masa lalu memang menjadi pusat kejayaan dan syiar Islam di
Nusantara. Kini gagasan besar itu telah menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat Palembang,
Indonesia bahkan seluruh dunia.
Untuk pengerjaan Alquran raksasa ini, Syofwatillah memang tidak bekerja sendirian. Ia dibantu
beberapa orang yang ahli, termasuk juru ukir. Mengenai teknis pengerjaannya, Alquran raksasa ini
sebelum diukir di atas papan, ayat-ayat Alquran terlebih dahulu ditulis di atas kertas karton.
“Lalu tulisan ini dijiplak ke kertas minyak. Sebelumnya tulisan ayat Alquran di atas karton ini
dikoreksi oleh tim pentashih, jika ada yang salah langsung diperbaiki,” papar Sofwatillah yang
menamatkan SD Negeri Mangunrejo, Serang, Banten, sebelum melanjutkan sekolah di MTsN
Pakjo Palembang, dan menamatkan pendidikan sekolah lanjutan tingkat atasnya di Pondok
Pesantren Arrisalah, Ponorogo.
Lalu kertas minyak tersebut ditempel ke atas papan yang sudah disiapkan. Huruf-huruf di atas
kertas minyak ini menjadi petunjuk bentuk huruf kaligrafi ayat Alquran yang harus diukir.
Dalam menulis kaligrafi ayat Alquran dengan bentuk ukiran ini, Syofwatillah menggunakan
jenis huruf atau khot standar dalam Alquran terbitan Saudi Arabia. Untuk tajwid-nya, ia
menggunakan tajwid standar Departemen Agama RI.
“Untuk membingkai ayat-ayat Alquran itu, di tepi lembar Alquran raksasa itu dihiasi dengan
ukiran ornamen khas Palembang,” sambung ayah dari M Zikrillah, Nurmawadah Islamiah,
dan Muhamad Amri Al Aqba. (sh/muhamad nasir)
Sabtu, 28 Januari 2012
Konfrensi Parlemen Perempuan Terbentuk
*SBY Resmi Buka PUIC
Palembang:
Presiden PUIC sekaligus Ketua
DPR Marzuki Alie membuka sidang pertama konferensi perempuan negara-negara
Islam.
Konferensi perempuan parlemen
nega-ranegara Islam memang untuk pertama kalinya terbentuk dan bersidang pada
Parliamentary Union of OIC Members States (PUIC) atau konferensi parlemen
negara-negara Islam, di Palembang Jumat (27/1).
Saat membuka konfrensi,
Marzuki Ali mengatakan, parlemen perempuan erat hubungannya dengan peningkatan
peran perempuan di bidang politik.
”Konferensi perempuan parlemen negara-negara Islam ini
baru pertama kalinya bersidang pada pelaksanaan PUIC di Palembang. Kami cukup
berbangga hati karena diikuti delegasi lebih dari 20 negara peserta PUIC Ke-7
ini,” kata ujar politisi Partai Demokrat ini.
Marzuki menjelaskan, sidang
konferensi ini mengedepankan peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk kuota perempuan di parlemen negara-negara Islam.
Meski sejak 2004 telah
memberlakukan 30% kuota perempuan di parlemen, Indonesia saat ini masih
kesulitan mewujudkan peran lebih perempuan,
Dengan demikian, lanjutnya,
di Indonesia saja sulit tercapai, apalagi di negara-negara Arab dan Timur
Tengah lainnya.
"Untuk itu, harus kita
dorong agar disepakati menjadi satu resolusi bersama dalam PUIC,”kata
Marzuki.
Dalam berbagai persoalan,
perempuan dan anak kerap menjadi korban. Melalui resolusi PUIC ini, Marzuki berharap
peran perempuan dalam bidang politik meningkat dan mendapatkan tempat yang
layak di mata dunia internasional.
Wakil Ketua Komite Kerja Sama
Antar-Parlemen (KSAP) DPR Nurhayati Ali Assegaf, sekaligus pimpinan sidang
konferensi perempuan parlemen negara-negara Islam, juga berkeinginan sidang ini
membuahkan hasil positif sehingga meningkatkan daya tawar global kaum perempuan
dari negara- negara Islam.
“Saya percaya bahwa representasi perempuan muslim di PUIC
dapat mempertahankan dan meningkatkan demokrasi serta mengembangkan Islam
secara keseluruhan,” katanya yakin.
SBY Buka PUIC
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) dijadwalkan akan membuka PUIC di Aryaduta Hotel, Palembang, Senin
(30/1).
Rangkaian PUIC sendiri telah
dimulai sejak 24 hingga 27 Januari dan baru akan dibuka secara resmi oleh
Presiden SBY.
Gubernur Sumsel Alex Noerdin
mengungkapkan, Presiden SBY akan berkunjung ke Palembang selama dua hari, 30–31
Januari.
“Beliau menginap semalam di Griya Agung, besoknya baru kembali
ke Jakarta. Untuk persiapan kunjungannya sendiri sudah beres, tinggal
pelaksanaannya,” ujarnya.
Selain membuka secara resmi
kegiatan PUIC Ke-7, Presiden dijadwalkan meresmikan dan menandatangani Prasasti
Alquran terbesar di dunia yang dibuat putra Sumsel berbahan dasar kayu.
Pembuatan Alquran raksasa ini dimotori oleh Sofwatillah M, kini anggota DPR RI
dari Partai Demokrat.
“Mari kita sama-sama
menyukseskan dan mendukung acara ini. Jika semua pihak berperan, insya Allah memberikan
dampak positif bagi masyarakat,” tegasnya.
Pangdam/ II Sriwijaya Mayjen
S Widjanarko mengatakan, peningkatan pengamanan sebagai bentuk kewaspadaan demi
kelancaran kunjungan Presiden SBY dan tamu negara yang berkunjung ke Palembang.
Kodam II/ Sriwijaya siap
membantu polisi mengamankan PUIC di Palembang yang berlangsung hingga 31
Januari 2012.
“Kami selalu berpedoman pada protap yang ada. Kalau
presiden datang, protap pengamanan jalan dan jumlah personel kita maksimalkan,”
ujarnya seusai rapat akhir persiapan
kunjungan Presiden SBY ke Palembang di Graha Bina Praja, Pemprov Sumsel, kemarin.
Pangdam menuturkan, tidak ada
titik-titik yang menjadi fokus utama keamanan. Meski demikian, pihaknya tetap memperketat lokasi dan rute
yang dikunjungi Presiden SBY.
Adapun rute yang dilewati
presiden dan rombongan yaitu Bandara SMB II, Griya Agung, Hotel Aryaduta, dan
Hotel Novotel, Palembang. (Sir)
Tertular Ortu, 6 Bayi Terinfeksi HIV
Palembang:
Minimnya pengetahuan orang
tua (ortu) penderita HIV/AIDS berakibat penyakit ini tertular ke bayi yang
dilahirkan. Sepanjang 2011, di Sumsel terdata 6 bayi tertular penyakit
mematikan ini.
Hal ini terungkap dalam acara
sosialisasi AIDS dan HIV bersama pengguna narkoba jarum suntik di Hotel Best
Skip, Jumat (27/1).
Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) dan HIV (KPA) Kota Palembang menemukan sedikitnya enam kasus anak yang
terinfeksi HIV. Itu terjadi karena bayi mendapat ASI dari ibunya sehingga sang
bayi pun tertular.
Penyebaran ini diperkirakan
terjadi lantaran kurangnya pemahaman orang tua yang sudah lebih dulu
terinfeksi.
Menurut Sekretaris KPA
Palembang Zailani, penularan ini terjadi karena masih banyak orang tua yang
positif terinfeksi kurang paham soal penyakit yang dideritanya.
Penularan itu bisa terjadi
saat si ibu menyusui buah hatinya. Padahal, untuk menyelamatkan si anak dari
penularan HIV, si ibu seharusnya mengganti ASI dengan susu formula.
Selain tertular karena si ibu
memiliki profesi sebagai pekerja seks komersial (PSK), penularan pada anak ini
juga bisa terjadi jika si ibu sudah lebih dulu tertular oleh suaminya yang
kerap bergonta-ganti pasangan. Karena
saat hamil si ibu tidak mengetahui
langkah-langkah yang bisa menghindarkan anak dari infeksi, si anak pun
akhirnya ikut tertular.
Ketika
si
ibu hamil, mereka tidak tahu bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan
agar anaknya tidak tertular. "Akibatnya, tanpa disadari si ibu, anak sudah
terdeteksi tertular HIV,” ujarnya.
Berdasarkan data, tercatat
ada enam anak terinfeksi HIV sepanjang 2011 dan mereka rata-rata berusia 0–14
tahun.
Saat melakukan sosialisasi,
mereka biasanya menerapkan pola dialog sebagai upaya pendekatan. Dengan begitu,
diharapkan peserta bisa mendapatkan pembekalan mengenai infeksi yang
dimilikinya agar tidak terus tertular pada keluarga, termasuk anaknya.
Selama ini, kata Zailani,
orang-orang yang terinfeksi HIV bersumber dari dua kelompok yang paling
besar,yakni kelompok pengguna narkoba suntik (penasun) dan kelompok PSK. Mereka
menjadi titik yang paling rawan karena penggunaan jarum suntik sangat berisiko
tinggi.
Sementara itu, Staf
Pengelolaan Program KPA Palembang Adi Wijaya mengatakan, persentase pengguna narkoba jarum suntik pada
2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010. Dari 40% pada 2010, turun
menjadi hanya 10% tahun 2011.
Meskipun mengalami penurunan,
pihaknya tidak mau kecolongan. Sebab, dari data, pihaknya meyakini masih
terdapat para pengguna narkoba yang lolos dari perhitungan. (Sir)
Langganan:
Postingan (Atom)