Minggu, 29 Januari 2012

PUIC Sepakati 35 Resolusi Deklarasi Palembang


*SBY Buka Secara  PUIC dan Resmikan Alquran Akbar

Palembang:
Dari 35 resolusi yang disepakati dalam Parliamentary Union of OIC Member States (PUIC) atau konferensi parlemen negara-negara Islam  atau Konfrensi Parlemen Negara OKI ke-7 di Palembang, Indonesia menyumbangkan 14 item. Demikian antara lain dikemukakan Presiden Konfrensi, Marzuki Alie, Senin pagi (30/1).
« Semua ini terangkum dalam Deklarasi Palembang dan Final Communique, » tambah Hidayat Nur Wahid, Ketua Badan Kerja Sama Antarparlemen DPR RI.
Presiden SBY,  pagi ini meresmikan di Hotel Aryaduta, Palembang. Sementara nanti malam, direncanakan akan meresmikan Alquran Akbar.
Khusus Komisi politik dan ekonomi disepakati sebanyak 21 resolusi. Sepuluh diantaranya dirancang dan diusulkan delegasi Indonesia.  Di komisi Hukum, Ham, dan lingkungan disepakati 6 resolusi, dimana dua diantaranya berasal dari rancangan delegasi Indonesia. Dan Komisi perempuan, social dan budaya menghasilkan 8 resolusi, dua diantaranya  berasal dari Indonesia.
Delegasi  yang mengikuti pembahasan isu politik dan ekonomi ini, Sidarto Danusubroto (FPDIP), Bukhori Yusuf (FPKS),  Mustofa Assegaf (FPPP), dan Ahmad Mumtaz Rais (FPAN). Diantaranya, terkait masa depan Palestani dan keanggotaannya di PBB.
Dalam persoalan perdamaian di kawasan Timur Tengah, ide Indoneai untuk menjadikan  kawasan tersebut sebaga kawasan bebas senjata pemusnah massal juga didukung oleh peserta dari Timur tengah.
Peserta juga setuju dengan  usulan langkah untuk memerangi terorisme dengan peningkatan  peran masyarakat sipil  dalam dialog agama, budaya dan peradaban serta menumbuhkan iklim demojrasi dan penegakan HAM sebagai langkah menyelesaikan akar terorisme.
Fenomena bencana alam yang melanda Somalia dan Pakistas juga mendapat perhatian dan simpati delegasi Indonesia. Terutama karena bencana tersebut menelas korban jiwa dan jutaan lainnya terancam kelaparan dan kekurangan gizi.
Juga poin berupa ajakan untuk mencermati perkembangan krisis keuangan global yang kini melanda Eropa, Amerika, dan negara industry lainnya . Terutama dampak negatifnya terhadap kemampuan negara berkembang  membiayai pembangunannya.  Termasuk diantaranya,  untuk meningkatkan kerjasama perdaganga sesame anggota konfrensi dan memberikan ruang bagi pertumbuhan bank Islam (syariah).
Ham dan Lingkungan
Di bidang Hukum, Ham, dan lingkungan, delegasi Indonesia mengirimkan Atte Sugandi (FPD), Syofwatillah Mohzaib (FPD), Helmi  Fauzi (FPDIP) dan Andi Anzhar Cakra Wijaya (FPAN) berhasil menggolkan  dua item dari  enam resolusi.  Delegasi Indonesia mengajukan  persoalan perlindungan tenaga kerja migran. Karena kontribusi tenaga kerja migran bagi negara yang mempekerjakannya sangat besar,  sepantasnyalah negera tersebut memberikan perlindungan yang layak bagi kemanusiaan.
 Perempuan
Dua usulan yang diajukan delegasi Indonesia di  Komisi perempuan, sosial dan budaya  disepakati   peserta konfrensi. Komisi ini menyepakati delapan resolusi. Dua resolusi yang diajukan utusan Indonesia, Nurhayati Ali Assegaf (FPD), Tantowi Yahya FPG), Susaningtyas N.H Kertopati (FHanura), Meutya Hafidz (FPG), diantaranya menyangkut persoalan diskriminasi  umat Islam (Islamophobia dan xenophobia) dan stigmasi buruk lainnya dengan mengembangkan dialog antara parlemen negara muslim dan negara barat.
Secara umum, delegasi Indoensia berhasil  mewarnai pemikiran yang berkembang selama konfrensi. Terutama memperkuat peran  parlemen negara-negara Islam dalam menghadapi perubahan politik, ekonomi, social, dan budaya tingkat internasional. Ini tergambar dalam Deklarasi Palembang dan Final Communique. (sir)

Tidak ada komentar: