Palembang:
Minimnya pengetahuan orang
tua (ortu) penderita HIV/AIDS berakibat penyakit ini tertular ke bayi yang
dilahirkan. Sepanjang 2011, di Sumsel terdata 6 bayi tertular penyakit
mematikan ini.
Hal ini terungkap dalam acara
sosialisasi AIDS dan HIV bersama pengguna narkoba jarum suntik di Hotel Best
Skip, Jumat (27/1).
Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) dan HIV (KPA) Kota Palembang menemukan sedikitnya enam kasus anak yang
terinfeksi HIV. Itu terjadi karena bayi mendapat ASI dari ibunya sehingga sang
bayi pun tertular.
Penyebaran ini diperkirakan
terjadi lantaran kurangnya pemahaman orang tua yang sudah lebih dulu
terinfeksi.
Menurut Sekretaris KPA
Palembang Zailani, penularan ini terjadi karena masih banyak orang tua yang
positif terinfeksi kurang paham soal penyakit yang dideritanya.
Penularan itu bisa terjadi
saat si ibu menyusui buah hatinya. Padahal, untuk menyelamatkan si anak dari
penularan HIV, si ibu seharusnya mengganti ASI dengan susu formula.
Selain tertular karena si ibu
memiliki profesi sebagai pekerja seks komersial (PSK), penularan pada anak ini
juga bisa terjadi jika si ibu sudah lebih dulu tertular oleh suaminya yang
kerap bergonta-ganti pasangan. Karena
saat hamil si ibu tidak mengetahui
langkah-langkah yang bisa menghindarkan anak dari infeksi, si anak pun
akhirnya ikut tertular.
Ketika
si
ibu hamil, mereka tidak tahu bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan
agar anaknya tidak tertular. "Akibatnya, tanpa disadari si ibu, anak sudah
terdeteksi tertular HIV,” ujarnya.
Berdasarkan data, tercatat
ada enam anak terinfeksi HIV sepanjang 2011 dan mereka rata-rata berusia 0–14
tahun.
Saat melakukan sosialisasi,
mereka biasanya menerapkan pola dialog sebagai upaya pendekatan. Dengan begitu,
diharapkan peserta bisa mendapatkan pembekalan mengenai infeksi yang
dimilikinya agar tidak terus tertular pada keluarga, termasuk anaknya.
Selama ini, kata Zailani,
orang-orang yang terinfeksi HIV bersumber dari dua kelompok yang paling
besar,yakni kelompok pengguna narkoba suntik (penasun) dan kelompok PSK. Mereka
menjadi titik yang paling rawan karena penggunaan jarum suntik sangat berisiko
tinggi.
Sementara itu, Staf
Pengelolaan Program KPA Palembang Adi Wijaya mengatakan, persentase pengguna narkoba jarum suntik pada
2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010. Dari 40% pada 2010, turun
menjadi hanya 10% tahun 2011.
Meskipun mengalami penurunan,
pihaknya tidak mau kecolongan. Sebab, dari data, pihaknya meyakini masih
terdapat para pengguna narkoba yang lolos dari perhitungan. (Sir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar