Sabtu, 28 Januari 2012

Tertular Ortu, 6 Bayi Terinfeksi HIV



Palembang:

Minimnya pengetahuan orang tua (ortu) penderita HIV/AIDS berakibat penyakit ini tertular ke bayi yang dilahirkan. Sepanjang 2011, di Sumsel terdata 6 bayi tertular penyakit mematikan ini.

Hal ini terungkap dalam acara sosialisasi AIDS dan HIV bersama pengguna narkoba jarum suntik di Hotel Best Skip, Jumat (27/1).

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan HIV (KPA) Kota Palembang menemukan sedikitnya enam kasus anak yang terinfeksi HIV. Itu terjadi karena bayi mendapat ASI dari ibunya sehingga sang bayi pun tertular.

Penyebaran ini diperkirakan terjadi lantaran kurangnya pemahaman orang tua yang sudah lebih dulu terinfeksi.

Menurut Sekretaris KPA Palembang Zailani, penularan ini terjadi karena masih banyak orang tua yang positif terinfeksi kurang paham soal penyakit yang dideritanya.

Penularan itu bisa terjadi saat si ibu menyusui buah hatinya. Padahal, untuk menyelamatkan si anak dari penularan HIV, si ibu seharusnya mengganti ASI dengan susu formula.

Selain tertular karena si ibu memiliki profesi sebagai pekerja seks komersial (PSK), penularan pada anak ini juga bisa terjadi jika si ibu sudah lebih dulu tertular oleh suaminya yang kerap bergonta-ganti pasangan.  Karena saat hamil si ibu tidak mengetahui  langkah-langkah yang bisa menghindarkan anak dari infeksi, si anak pun akhirnya ikut tertular.

Ketika  si ibu hamil, mereka tidak tahu bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan agar anaknya tidak tertular. "Akibatnya, tanpa disadari si ibu, anak sudah terdeteksi tertular HIV, ujarnya.

Berdasarkan data, tercatat ada enam anak terinfeksi HIV sepanjang 2011 dan mereka rata-rata berusia 014 tahun.

Saat melakukan sosialisasi, mereka biasanya menerapkan pola dialog sebagai upaya pendekatan. Dengan begitu, diharapkan peserta bisa mendapatkan pembekalan mengenai infeksi yang dimilikinya agar tidak terus tertular pada keluarga, termasuk anaknya.

Selama ini, kata Zailani, orang-orang yang terinfeksi HIV bersumber dari dua kelompok yang paling besar,yakni kelompok pengguna narkoba suntik (penasun) dan kelompok PSK. Mereka menjadi titik yang paling rawan karena penggunaan jarum suntik sangat berisiko tinggi.

Sementara itu, Staf Pengelolaan Program KPA Palembang Adi Wijaya mengatakan,  persentase pengguna narkoba jarum suntik pada 2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010. Dari 40% pada 2010, turun menjadi hanya 10% tahun 2011.

Meskipun mengalami penurunan, pihaknya tidak mau kecolongan. Sebab, dari data, pihaknya meyakini masih terdapat para pengguna narkoba yang lolos dari perhitungan. (Sir)

Tidak ada komentar: