Palembang:
Indonesia mengajukan tiga
resolusi dalam konferensi parlemen negara-negara anggota Organisasi Konferensi
Islam (OKI) Selasa (24/1).
Ketiga resolusi yang
diusulkan, pertama terkait sikap dari parlemen negara-negara OKI untuk melakukan kritik yang sangat keras
terhadap perilaku Israel yang terus melakukan penahanan terhadap anggota
parlemen Palestina.
Kedua, sikap Indonesia
terkait pergolakan di negara-negara Timur Tengah (Arab Springs).
Ketiga, mendorong parlemen
negara-negara OKI melakukan langkah konkret terkait penghormatan hak-hak
perempuan dan tenaga kerja asing melalui regulasi di negaranya masing-masing.
Usulan tersebut disetujui delegasi negara-negara peserta konferensi.
Ketua Badan Kerja Sama
Antar-Parlemen (BKSAP) Hidayat Nur Wahid di Aryaduta Hotel Palembang mengemukakan,
itu semua terkait dengan kepentingan
Indonesia agar demokrasi dapat berkembang dimana-mana. "Kemudian
terciptanya perdamaian di Timur Tengah, termasuk resolusi untuk menjaga dan
melindungi keberadaan tenaga kerja asing, khususnya di negara-negara anggota
OKI,didukung Arab Saudi,Kuwait, dan Yordania,” katanya.
Konferensi parlemen negara OKI yang ketujuh
itu mengambil tema ”The Need for Stronger PUIC for Democracy, Common
Prosperity, Justice, and World Peace”. Acara digelar di Palembang
pada 24–31 Januari mendatang.
Mantan Presiden Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan, perlindungan tenaga kerja asing perlu
langkah konkret. Para delegasi diminta untuk mendorong terciptanya regulasi di
negara masing-masing untuk melindungi tenaga-tenaga kerja asing yang bekerja di
negaranya.
”Dan usulan Indonesia untuk menghadirkan sayap
organisasi perempuan dalam organisasi ini (PUIC) disetujui. Mereka akan segera
menggelar konferensi pertamanya pada 27 Januari di Palembang ini,”tandasnya.
Pimpinan sidang executive committee Priyo Budi
Santoso menambahkan, sidang kemarin merupakan pertemuan antar- steering
committee, diikuti sembilan negara perwakilan dari parlemen negara-negara
anggota OKI. Tujuannya untuk memutuskan agenda sidang yang dimulai hari ini.
Mengenai draf resolusi, lanjut Priyo, sejumlah
negara seperti Turki, Aljazair, dan Kamerun memberikan catatan khusus sebelum
akhirnya setuju.
Mereka meminta detail esensi
yang fleksibel dari keadilan sosial, hak asasi manusia,dan penghormatan hak-hak
perempuan yang diajukan.”Meski alot, draf
yang sudah disiapkan dalam sidang disetujui,” tutur Wakil Ketua
DPR ini (sir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar