Palembang:
Seiring
semakin tebalnya kabut asap di Palembang, Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Kota Palembang mengimbau masyarakat untuk waspada dan menggunakan masker saat
beraktivitas di luar rumah.
Menurut Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Kota Palembang
Novran Fadillah, memburuknya kualitas udara di Kota Palembang terpantau sejak
tiga hari terakhir.
“Berdasarkan hasil pengukuran di sejumlah titik, seperti
Kambang Iwak, Bundaran Air Mancur, Jalan Merdeka, Simpang Charitas, kualitas udara mendekati ambang batas
normal, yakni mencapai 233 PM10 (debu),” ungkapnya Kamis (6/9).
Diungkapkan
Novran, Particulate Matter (PM10)
dalam bentuk asap, debu dan uap jumlahnya
sudah di atas standar baku mutu lingkungan. Padahal ideal PM10 adalah 150
μg/NM3.
Tingginya PM10 ini disebabkan jumlah pembakaran, seperti pembakaran sampah dan lahan yang sering terjadi. Jika dalam dua minggu ke depan tidak turun hujan, diperkirakan kabutasap akan bertambah pekat.
"Dalam kondisi seperti ini sebaiknya kita semua waspada. Sebaiknya pakai masker jika ingin ke luar rumah. Masyarakat diharapkan untuk memakai masker apabila keluar rumah," ujarnya mengimbau.
Tingginya PM10 ini disebabkan jumlah pembakaran, seperti pembakaran sampah dan lahan yang sering terjadi. Jika dalam dua minggu ke depan tidak turun hujan, diperkirakan kabutasap akan bertambah pekat.
"Dalam kondisi seperti ini sebaiknya kita semua waspada. Sebaiknya pakai masker jika ingin ke luar rumah. Masyarakat diharapkan untuk memakai masker apabila keluar rumah," ujarnya mengimbau.
Novrian mengatakan, pengecekan kemarin kembali dilakukan di tiga lokasi,
yakni depan Kantor Walikota Palembang, Bundaran Air Mancur dan Kambang Iwak.
Dari hasil itu, kadar PM10 diketahui meningkat. Misalnya di depan Kantor Walikota mencapai 237 μg/NM3, dan Bundaran Air Mancur jumlah PM10 mencapai 378 μg/NM3. Sedangkan di Kambang Iwak belum diketahui hasilnya.
Dari hasil itu, kadar PM10 diketahui meningkat. Misalnya di depan Kantor Walikota mencapai 237 μg/NM3, dan Bundaran Air Mancur jumlah PM10 mencapai 378 μg/NM3. Sedangkan di Kambang Iwak belum diketahui hasilnya.
Dijelaskan, standar baku mutu lingkungan mutlak harus
diketahui untuk kepentingan kesehatan masyarakat. Sebab jika jumlahnya sudah
melebihi standar baku, maka masyarakat dapat terkena ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut).
Selain itu, pengecekan kualitas udara merupakan agenda rutin yang dilakukan BLH Kota Palembang.
Setiap tahun, pihaknya melakukan pengecekan udara sebanyak empat kali.
Pengecekan udara secara rutin dilakukan di 16 titik lokasi, di antaranya simpang Polda, simpang RS RK Charitas, Bundaran Air Mancur, simpang Jakabaring, simpang Patal, simpang DPRD dan lainnya.
"Biasanya kita turunkan dua tim, yang terdiri 8 orang. Teknisnya kita lakukan secara manual dan menggunakan mobil laboratorium lingkungan," jelasnya
Selain itu, pengecekan kualitas udara merupakan agenda rutin yang dilakukan BLH Kota Palembang.
Setiap tahun, pihaknya melakukan pengecekan udara sebanyak empat kali.
Pengecekan udara secara rutin dilakukan di 16 titik lokasi, di antaranya simpang Polda, simpang RS RK Charitas, Bundaran Air Mancur, simpang Jakabaring, simpang Patal, simpang DPRD dan lainnya.
"Biasanya kita turunkan dua tim, yang terdiri 8 orang. Teknisnya kita lakukan secara manual dan menggunakan mobil laboratorium lingkungan," jelasnya
Kualitas udara di beberapa wilayah Sumatera Selatan terus
memburuk sejak sepekan terakhir karena kabut asap semakin tebal akibat
pembakaran lahan.
Sebelum muncul asap akibat pembakaran, ungkap dia, kualitas udara masih berkisar 100–150 PM10 (debu). “Kalau hujan tidak turun juga sampai beberapa hari ke depan, kualitas udara semakin mengkhawatirkan karena banyak mengandung debu,” kata Novran.
Dari hasil pengukuran itu, kualitas udara saat ini masuk kategori pencemaran sedang karena udara sudah tercemar dengan berbagai racun. “Jika tidak disapu hujan, kualitas udara bisa langsung melonjak signifikan. Hal itu biasanya disebabkan adanya kebakaran lahan di sekitar Kota Palembang, baik akibat panas ataupun warga yang membakar lahan untuk membuka lahan,”tuturnya.
Memburuknya kualitas udara ditandai dengan pekatnya asap yang muncul saat pagi hari,kemudian terasa pedih di mata. (sir)
Sebelum muncul asap akibat pembakaran, ungkap dia, kualitas udara masih berkisar 100–150 PM10 (debu). “Kalau hujan tidak turun juga sampai beberapa hari ke depan, kualitas udara semakin mengkhawatirkan karena banyak mengandung debu,” kata Novran.
Dari hasil pengukuran itu, kualitas udara saat ini masuk kategori pencemaran sedang karena udara sudah tercemar dengan berbagai racun. “Jika tidak disapu hujan, kualitas udara bisa langsung melonjak signifikan. Hal itu biasanya disebabkan adanya kebakaran lahan di sekitar Kota Palembang, baik akibat panas ataupun warga yang membakar lahan untuk membuka lahan,”tuturnya.
Memburuknya kualitas udara ditandai dengan pekatnya asap yang muncul saat pagi hari,kemudian terasa pedih di mata. (sir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar