Sabtu, 04 Februari 2012

Mentan: Petani Tetaplah Tanam Padi



Palembang:

Menteri Pertanian RI   Suswono mengingatkan agar para petani tidak tergiur mengganti lahan padi mereka dengan sawit.

"Harga sawit memang  sekarang sedang booming. Namun jangan  lantas menggarap lahan pertanian tanaman pangan menjadi perkebunan sawit," katanya di hadapan 2500-an petani Sumatera Selatan di Palembang, Jumat (3/2)..

Mentan meminta jangan begitu mudah mengalihfungsikan sawah-sawah produktif. Telebih biaya untuk mencetak sawah produktif itu  sangat mahal  karena berkaitan dengan irigasi dan sarana lainnya yang mengeluarkan dana yang tidak sedikit.

Perda
Mentan juga meminta agar bupati dan walikota segera menerbitkan  Perda sebagai implementasi dari UU Perlindungan Lahan Pangan yang Berkelanjutan untuk melindungi lahan-lahan pertanian produksi.

 Mentan juga meminta pemerintah daerah, jika memberikan izin untuk lokasi perumahan jangan di lahan pertanian produktif. Carilah lahan yang tidak terpakai  sehingga nantinya ditempat tersebut akan tumbuh sebuah kota baru yang tidak mengganggu lahan pertanian produktif.

Menurut Menteri, ke depan komoditas tanaman pangan akan sangat diperebutkan karena tanaman pangan tidak hanya untuk kebutuhan manusia tapi juga untuk energi dan pakan ternak.

Oleh karena itu,  sawah-sawah produktif jangan dialihfungsikan dan teruslah digarap.

"Jangan karena sekarang harga sawit lagi booming lalu rame-rema berkebun sawit dan meninggalkan tanaman pangan. Nanti ketika sawit banyak, harga akan jatuh. Sementara bahan pangan pokok ke depan akan menjadi komoditas yang sangat diperebutkan karena pangan tidak hanya untuk kebutuhan manusia tapi juga energi dan pakan ternak. Oleh karena itu sawah-sawah produktif jangan dialihpungsikan, teruslah digarap,” katanya.

Dia mencontohkan areal  di Jakabaring Palembang yang merupakan lahan  rawa yang menjadi kota olahraga.

“Ini terobosan yang harus dilakukan sehingga akan ada kota baru. Namun di Sumsel saya melihat di tengah-tengah lahan sawah sudah di tanami kelapa sawit. Saya sudah melihat gejala ini di Sumatera Selatan,” kata Mentan.

Di bawah standar FAO

Dalam upaya pelestarian swasembada beras berkelanjutan dan surplus beras di tanah air, kata Mentan,  pihaknya memiliki empat straegi. Yakni  peningkatan produksi petani dengan meningkatkan budidaya, terutama padi spesifik lokasi. Peningkatan lahan pertanian tanaman pangan yang masih memungkinkan dan pengurangan konsumsi beras dan penyempurnaan manajemen.

Dia menyebut, kendati petani Indonesia memproduksi   37 juta ton beras per tahun  namun  gara gara impor 10 juta ton seolah olah produksi  gagal.

" Padahal petani kita sudah kerja keras. Dibanding Thailand kita jauh lebih banyak. Indonesia  yang berpenduduk 240  juta jiwa dan konsumsi berasnya  33,5 juta ton  sehingga surplus hanya 3,5 persen. Ini masih di bawah kategori rawan yang ditetapkan FAO," ujarnya. (Sir)

Sent from my BlackBerr

Tidak ada komentar: