Dua Pabrik Kelapa Sawit Stop Operasi
Palembang:
Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) massal sudah mulai terjadi. Terbukti, dua pabrik kelapa sawit di Sumatera Selatan telah menghentikan operasinya. Sementara, puluhan hingga ratusan ribu pekerja harian lepas (PHL) lainnya tinggal menunggu waktu PHK.
Kondisi tersebut sebagai imbas dari belum membaiknya dampak krisis keuangan global yang terjadi. Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumsel Sumarjono Saragih mengatakan, saat ini 2 dari 50 pabrik kelapa sawit anggota Gapki di Sumsel telah menghentikan operasinya. Pabrik tersebut berhenti beroperasi karena tidak mendapat pembeli, sementara tangki penimbun stok masih penuh.
Adapun beberapa pabrik juga sudah mengurangi kegiatan produksinya.“Dua pabrik ini shock dengan kondisi kelesuan pasar sehingga mereka menghentikan operasinya,” ucapnya di Palembang Jumat (14/11). Sumarjono mengungkapkan, kapasitas pabrik kelapa sawit di Sumsel mencapai 2.200 ton per jam. Tenaga kerja yang terlibat mencapai 11.000 orang.
“Jika dua pabrik dengan total produksi 180 ton per jam terhenti berproduksi, diperkirakan sebanyak 1.800 orang terpaksa dirumahkan,” paparnya tanpa menyebutkan kedua pabrik tersebut.
Sementara di bagian hulu atau perkebunan,pengusaha juga sudah mengurangi kegiatan perawatan yang ditunda menunggu membaiknya kondisi pasar yang lesu.“Tidak ada jalanlainkecualimengurangivolume pekerjaan.Sebab,kalaupun dijual juga tidak ada yang beli,”katanya.
Sumarjono menambahkan, dari 50 perusahaan yang tergabung dalam Gapki tercatat telah mempekerjakan sekitar 300.000 tenaga kerja. Sekitar 30% dari jumlah tersebut merupakan PHL yang secara otomatis terkena dampak langsung pengurangan volume pekerjaan.
“Ancaman pengurangan atau disebut PHK itu memang ada dan sudah di depan mata. Tetapi, mau bagaimana lagi, hanya Tuhan yang tahu,”tandasnya. Secara teori,lanjut dia,turunnya rupiah akan meningkatkan harga ekspor crude palm oil (CPO) dalam dolar Amerika Serikat. Namun, kondisi pasar saat ini sedang lesu sehingga sangat sulit untuk mendapatkan pembeli.
“Kondisi ini tentu memengaruhi rencana produksi 1,7 juta ton pada 2008.Walaupun begitu, kami tetap optimistis target itu tercapai meskipun sulit,”ungkapnya. Hal senada juga disampaikan Ketua Gabungan Perusahaan Perkebunan Sumatera Selatan (GPSS) Syamsir Syahbana.
Menurut dia saat ini memang belum terjadi pengurangan tenaga kerja. Namun, jika penurunan harga terus terjadi hingga semester pertama pada 2009 mendatang, ancaman efisiensi produksi tidak akan terelakkan. “Ancaman efisiensi itu ada jika kondisi ini terus berlanjut,”ujarnya.
Ancaman efisiensi tersebut mengancam merumahkan sekitar 90.000 dari 300.000 tenaga kerja yang terdaftar pada 85 perusahaan anggota GPSS Sumsel.“Dengan kondisi ini, kami sedikit pesimistis target ekspor 1,8 juta ton pada 2008 akan tercapai. Paling tinggi hanya sebesar pencapaian pada 2007 sebesar 1,6 juta ton. Apalagi, saat ini baru tercapai 1,4 juta ton,”katanya.
Padat Karya
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menggagas program padat karya bagi petani yang terimbas anjloknya harga sejumlah komoditas perkebunan akibat krisis keuangan global.
Program tersebut disinergikan dengan proyek di tingkat kabupaten dan kota. Gubernur Sumsel Alex Noerdin mengatakan, kegiatan padat karya merupakan program jangka pendek untuk membantu petani yang mengalami kesulitan ekonomi karena penurunan harga sejumlah komoditas, seperti sawit dan karet.
Sementara itu,Kepala Divisi Ekonomi Sosial dan Budaya Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Palembang Tamsil mengungkapkan, hingga November 2008, LBH Palembang mencatat sedikitnya 18 kasus perburuhan terjadi di Sumsel. Dari 18 kasus tersebut, terungkap 176 buruh dipecat dari pekerjaannya dan 111 buruh di-PHK dengan pesangon yang tidak dibayar perusahaan.
Para pekerja yang di-PHK rata-rata bekerja di atas tujuh tahun dan berstatus sebagai karyawan kontrak tanpa batas waktu. “Ke-18 perusahaan yang tercatat itu karena diadukan para pekerja yang di-PHK.Tapi, sebenarnya jumlahnya lebih banyak lagi,” ujar Tamsil. (sir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar