Selasa, 28 April 2009

wanita hami harus rajin kontrol

Wanita Hamil, Kontrol Mutlak Diperlukan


Palembang:

Kehamilan memberikan tanda bahwa sebuah keluarga akan mendapat anugrah keturunan. Kalau tak dirawat dan dikontrol, sang janin bisa saja tak sempat lahir. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi sebelum calon bayi bisa menghirup udara di luar rahim ibunya.

Karenanya, dr Hafiz Usman SpOG dari Rumah Sakit Dr Noesmir DKT Baturaja, Ogan Komering Ulu (OKU), Sumsel, mengingatkan perlunya kontrol kehamilan sampai jabang bayi lahir. Termasuk nantinya, pascakelahiran tentunya.

Masa kehamilan memang merupakan rentang waktu yang harus diwaspadai. Dengan kontrol yang rutin dapat diketahui secara dini kondisi kehamilan dan kondisi janin.

Mungkin saja, dari luar terlihat normal ternyata kehamilan terjadi justru di luar rahim. Kalaupun di dalam rahim, tentu juga tetap perlu kontrol rutin untuk mengetahui posisi bayi. Melintang, sungsang, atau berubah.

Dengan panduan dokter, posisi yang bakal sulit saat melahirkan bisa diatur kembali. Begitupun, jenis kelamin dapat dideteksi. Atau, dengan peralatan kedokteran yang smakin maju, kondisi bayi apabila memiliki kelainan dapat diketahui.

”Saya pernah mendapatkan kondisi bayi yang memiliki kelainan. Karenanya saya rujuk ke Palembang supaya bisa dipastikan. Ternyata, kemudian dirujuk lagi ke Jakarta, dan memang akhirnya diketahui kelainannya cukup riskan,” ujar dr Hafiz.

Karenanya, dengan kontrol rutin, meski Cuma ke bidan sekalipun bisa memberikan informasi kepada calon orang tua tentang janin dan kondisi ibunya.
Contoh terkini, adalah temuan janin yang membatu setelah sekitar 24 tahun tersembunyi di rahim ibunya.

Tim dokter Rumah Sakit Dr Noesmir DKT Baturaja, mengungkap misteri hilangnya kandungan Painah (48) yang telah berusia 7 bulan pada 1984 lalu. Ternyata, janin itu telah membatu di rahim sang ibu. Penemuan ini dalam istilah kedokteran disebut lithopedion


Terkuaknya misteri calon anak pertama yang telah diidam-idamkan warga Belitang BK XVI, Kabupaten OKU Timur, itu saat menjalani operasi tumor rahim yang dilakukan tim medis Rumah Sakit Dr Noesmir DKT Baturaja.

Seperti diberitakan sebelumnya, operasi itu dipimpin dr Hafiz Usman SpOG. Saat operasi berlangsung tim medis menemukan sebongkah batu seukuran kepalan tangan orang dewasa berada di luar dinding rahim Rainah. Saat diperiksa, ternyata sebongkah batu tersebut adalah janin bayi yang telah mengalami pengapuran.

Organ tubuh janin tersebut masih tampak jelas.Terdiri dari kepala, rangka kedua tangan, kaki, tulang iga dan tulang belakang. Diperkirakan janin “batu” itu memiliki panjang sekitar 14 cm dengan dengan berat sekitar 300-4000 gr.
Kepala janin menyatu dengan pangkal paha. Selain menemukan janin “batu”, tim medis juga menemukan sebongkah batu berukuran lebih kecil yang awalnya diduga plasenta. Janin yang mengalami pengapuran ini diduga merupakan janin bayi yang dikandung Painah pada 1984 silam. Saat itu usia kandungan Painah sudah berjalan tujuh bulan dan mendadak hilang.

Ketua Tim Dokter Operasi dr Hafiz Usman SpOG mengaku terkejut dengan ini. Awalnya, pihaknya hanya melakukan operasi pengangkatan rahim saja. Pasien mengalami kehamilan ekstra uterine atau intra abidol minal. Di mana pasien sempat hamil tujuh bulan terus hilang.Ini disebabkan janin bayi meninggal namun tidak membusuk dan tidak bisa keluar.

Kondisi ini, menurut dr Hafiz, bisa terjadi karena diperkirakan saat hamilnya istri Sugiyanto ini tidak melakukan kontrol rutin. Kehamilan yang dialaminya adalah intra abdominal. Kehamilan di luar saluran telur.

Karena kurangnya nutrisi dan oksigen, menyebabkan janin meninggal. Kekurangan oksigen sehingga menyebabkan janin akhirnya tak tertolong lagi. Ini memang dampak dari kehamilan di luar rahim. Atau mungkin saja, tanpa diketahui adanya perlakuan-perlakuan dari luar yang tak semestinya. Bagi kehamilan normal, mungkin saja tak menjadi masalah. Tapi bagi kehamilan di luar rahim, pengurutan yang dilakukan secara tradisional bisa berbahaya.

Kalau kontrol dilakukan, tentu banyak upaya yang dapat dilakukan sehingga kekurangan oksigen bagi janin bisa diantisipasi.

Begitupun dengan kondisi pascajanin meninggal, tentunya sejalan dengan tradisi di masyarakat. Biasanya lumrah kalau janin tiba-tiba menghilang. Masyarakat menganggap itu disebabkan berbagai faktor alam. Misalnya, lahir gaib.
Padahal, dengan perkembangan ilmu kedokteran, bisa diketahui kondisi janin. Bila ada masalah, tentunya dapat dilakukan upaya pengeluaran dari janin dari rahim.
Kasus hamil di luar rahim, sesungguhnya sering terjadi. Bila cepat diketahui bisa diselamatkan dengan cara operasi saat usia kehamilan sudah cukup bulan.
Keberadaan janin yang tak bernyawa tentu saja berdampak. Bagi vertilisasi (kesuburan), misalnya, ternyata Painah tak punya keturuna lagi pasca kehamilannya menghilang dan kemudian ditemukan membatu.

Keluarga itu kemudian memang mengambil anak dan sekarang sudah dewasa. Keberadaan benda lain selain organ tubuh dalam rahim tentu saja akan berdampak.

Dampak lainnya, tentu saja sakit perut berkepanjangan. Dan, saat masa pramenopause, ketika hormon kewanitaan mulai berubah, kelainan mulai dirasakan.
Seperti pada Ny Painah, mengalami pendarahan. Dan dideteksi ada tumor jinak di rahimnya.

Janin yang sudah membatu ini, sesungguhnya bisa memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan. Jika saja, keluarga Painah merelakan ’bayinya’ itu dijadikan bahan penelitian di laboratorium tentu saja merupakan sumbangan yang tak ternilai. Informasi awal, janin membatu itu dikebumikan sebagaimana mestinya. (sh/muhamad nasir)

Tidak ada komentar: