Palembang,
Belum berhasilnya tim penanggulangan darat dan water bombing menjangkau
daerah pinggiran pantai di Provinsi Sumsel, membuat Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk
menurunkan hujan buatan.
Cara ini dilakukan guna mengatasi terjadinya kebakaran hutan dan titik
panas (hotspot) di Sumsel yang terus meningkat. Selain itu, untuk menghindari
terjadinya kebakaran yang lebih luas di lahan gambut, terutama daerah
terpencil.
Gubernur Sumsel H Alex Noerdin menuturkan, hujan buatan ini sangat
penting dilakukan untuk mengatasi kebakaran dan kabut asap yang dirasa semakin
mengganggu aktivitas masyarakat. "Ini juga menjawab permintaan masyarakat
yang menginginkan hujan (buatan),” katanya
usai menghadiri pelepasan operasi udara TMC, di halaman VIP Room
Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, Minggu (7/10).
Adapun manfaat lain dari hujan buatan ini, lanjut Alex, bukan hanya
mampu menanggulangi kebakaran hutan dan lahan semata, melainkan juga menanggulangi
kekeringan yang terjadi akibat musim kemarau.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Yulizar Dinoto
menyampaikan, dua area lahan gambut yang saat ini sulit dipadamkan oleh tim
penanggulangan darat,yakni di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Kabupaten
Banyuasin.
“Persisnya di pinggiran pantai selatan OKI dan di Pulau Rimau
Banyuasin. Dua kawasan itu,tim darat tidak dapat menjangkau lahan gambut yang
terbakar. Selain sangat luas, letaknya juga berada di pelosok, oleh karena itu
diperlukan hujan buatan,” ungkapnya.
Kendati telah ada hujan buatan, dia memastikan, tim penanggulangan
darat akan tetap diterjunkan ke lapangan, mengikuti jadwal beroperasinya hujan
buatan yang dilakukan BPPT.“Tim darat akan terus beroperasi hingga masuk musim
hujan,”pungkas dia.
Kepala UPT Hujan Buatan BPPT F Heru Widodo mengatakan, hujan buatan
dilakukan berdasarkan data-data yang dikumpulkan dari berbagai pihak, termasuk
permintaan dari Pemprov Sumselperminyakan
"Kami akan melakukan
penyemaian (hujan buatan) di beberapa daerah yang memiliki titik api dan sulit
dijangkau, baik oleh tim darat maupun water bombing,” ujarnya.
Operasi ini, kata Heru, akan berlangsung selama 15 hari dengan
menggunakan satu unit pesawat jenis CASA 212- 200 milik TNI AD, dan dapat
dilanjutkan atau diperpanjang sesuai kebutuhan di lapangan. Setiap harinya akan
dilakukan penyemaian 800 kg hingga 1 ton garam di udara. “Anggaran yang
dikucurkan untuk melakukan hujan buatan di Sumsel ini berjumlah Rp1,3 milliar.
Di mana, setiap harinya menghabiskan dana sekitar Rp113-114 juta yang berasal
dari BNPB,” kata dia.
Terkait curah hujan yang terjadi di Sumsel beberapa hari terakhir, dia
mengaku,hujan tersebut terjadi akibat adanya badai di daerah Kalimantan yang
terbawa ke daerah Indonesia bagian barat. Akibatnya, di beberapa wilayah,
seperti Sumsel, Lampung, dan Jawa mengalami hujan. “Hujan yang ada saat ini
hanya terjadi beberapa waktu saja,karena saat ini belum masuk musim
penghujan.Oleh karena itu, hujan buatan ini tetap kita lakukan guna
meminimalisir terjadinya kebakaran hutan yang lebih luas,” papar dia. (sir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar