Minggu, 03 Juli 2011

Abu Daud Busroh: Fisik Bukan Penghalang Sukses


Rumah duka almarhum





In Memoriam
Prof Dr H Abu Daud Busroh:
Fisik Bukan Penghalang untuk Sukses

KEKURANGAN bukanlah penghalang untuk menjadi orang yang sukses, di bidang apapun. Hal inilah yang patut ditauladani dari sosok suami, bapak sekaligus kakek yang berhasil mengembangkan kemampuan yang dimiliki meski tak sesempurna manusia pada umumnya.
Prof H Abu Daud Busroh SH pendiri sekaligus pemilik Sekolah Tinggi Sumpah Pemuda Palembang yang memiliki kekurangan pada fisiknya tidak menghambat dirinya untuk selalu berkarya dan berguna bagi orang banyak.

Oleh : Muhammad Ardiansyah

DAUD kecil dilahirkan dari kedua orangtuanya bernama Busroh dan Wazenu yang tinggal di desa kecil bernama Sukapindah yang didirikan sang kakek.
Daud anak ke kedelapan dari sembilan saudara dari keluarga yang serba berkecukupan, karena sang ayah, Busroh merupakan Kepala Desa Sukapindah.
Meski berbeda dari saudara-saudaranya yang lain, tetapi Daud kecil tidak pernah minder dan tetap dengan pendirianya untuk menjadi orang yang lebih baik dari kekurangan yang dimilikinya.
“Orang-orang yang pernah saya temui saat itu banyak yang meragukan saya, dari situlah saya membuktikan bahwa saya bisa lebih dari yang lain.” ujarnya ketika ditemui Sripo di ruang kerjanya di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda Palembang.
Saat Daud kecil hendak masuk Sekolah Rakyat (SD, Red), salah satu guru meragukan kemampuannya dan fisiknya yang terdapat kekurangan.
Tetapi setelah masuk dan belajar, ternyata Daud kecil lebih cerdas dari teman-temannya yang lain. Sejak saat itu Daud kecil terus mendapat juara kelas dan berhasil menamatkan SR nya.
Hal serupa juga dialaminya ketika hendak masuk ke SMP. Sang guru meragukan kemampuan dan fisik yang dimiliki Daud, tetapi keraguan sang guru terjawab ketika melihat nilai-nilai yang di dapat Daud selama belajar.
Karena keadaan ekonomi keluarga yang terhambat, Daud hijrah ke Palembang bersama kakaknya dan bersekolah di SMA Negeri 1 Palembang.
“Dari mulai SR sampai SMA saya sekolah tidak pernah memakai sepatu, karena sepatu untuk saya tidak ada jualannya. Barulah akan masuk kuliah saya baru memakai sepatu, itupun bapak yang membuatkan saya sepatu,” ungkap Daud.
Asisten Dosen Umur 20 Tahun
Setelah Daud menyelesaikan SMA-nya, pada tahun 1964-1965 Daud remaja berhasil masuk dan berkuliah di Universitas Sriwijaya Fakultas Hukum. Saat tingkat kedua, Daud diangkat dan dipercaya dosennya Kol Tambun Semendawai yang juga seorang TNI, untuk menjadi asisten dosen.
Tugasnya memberikan ujian kepada mahasiswa sebelum menghadapi Kolonel Tambun. “Saat itu dosen percaya dengan kemampuan saya tentang masalah ilmu-ilmu hukum, dari situ saya juga
memberikan privat kepada teman-teman yang membutuhkan dan uangnya untuk menambah biaya kuliah,” katanya.
Setelah menamatkan S1 di Fakultas Hukum, Daud dipercaya untuk memberikan pembelajaran masalah yang berkaitan dengan pelajaran hukum.
“Saya pernah mendaftar menjadi PNS, tetapi setelah lulus ditolak karena keadaan saya yang berbeda dari orang lain. Tetapi saya tidak pernah patah semangat dan terus mencoba dan akhirnya diterima,” ujarnya.
Selain bertugas sebagai PNS di Unsri, pada tahun 1972 Daud juga bergabung di UMP yang baru didirikan di Palembang. Dari tahun 1972 hingga 1993 Daud bergabung di UMP, karena tidak sepaham dengan kepengurusan yang baru akhirnya Daud mengundurkan diri.
Setelah keluar dari UMP, dengan kemampuan ilmu hukum yang dimilikinya sejak dibangku kuliah tidak mau disia-siakan begitu saja. Sambil mengajar di Fakultas Hukum Unsri, Daud berinisiatif membuka sekolah tinggi khusus ilmu hukum.


Terinspirasi Orangtua
KENAPA dunia hukum yang digeluti? Daud mengaku terinsipirasi dari kondisi orangtua. Dulu, ayahnya, Busroh, yang menjadi seorang kepala desa di Desa Sukapindah, biasanya menolong anggota Tentara Kesejateraan Rakyat (TKR) yang membutuhkan bantuannya.
Sebab itulah Belanda tidak senang dan membakar seluruh harta tak terkecuali rumah tempatnya dilahirkan.
Dari situ, karena melihat keterpurukan orangtua dari masalah hukum, tekad Daud semakin kuat untuk menyelesaikan kuliahnya dan dapat membantu orangtua maupun orang lain yang berkaitan masalah hukum.
Perjalanan panjang karir Daud disertai kegigihan dalam berusaha, tekadnya mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda (STIHPADA) Palembang terwujud.
“Saat mendirikan STIHPADA baru ketemu sama ibu, bersama dialah saya bersama-sama merintis STIHPADA hingga sekarang. Tugas saya dulu mengajar dan Ketua Yayasan, sedangkan istri juga mengajar dan menjadi ketua STIHPADA,” ungkapnya.
Jatuh bangun STIHPADA yang dibangunnya mulai menampakkan hasil, dari mahasiswa 43 orang mulai meningkat dan diminati kaum muda untuk melanjutkan kuliah di STIHPADA.
Kini perjuangan yang dilakukan selama ini akhirnya berbuah manis, berkat kerja keras dan kegigihannya agar ilmu yang ada pada dirinya dapat bermanfaat bagi keluarga serta orang banyak.
“STIHPADA satu tahun bisa mengeluarkan 120 hingga 140 mahasiswa yang di wisuda, sekarang mahasiswa yang tercatat sebanyak 1000 hingga 1240 orang. Setiap mahasiswa yang akan ujian
saya langsung yang menjadi pembimbingnya, saya tidak mau mahasiswa saya salah dalam pembelajaran tentang hukum,” ungkap Daud sambil menunjukkan sepatu yang dipakainya sehari-hari yang tidak ada jualannya dimanapun.

Daud Busroh Di Mata Sang Istri
Teguh Pendirian tapi Demokratis

Prof H Abu Daud Busroh SH di mata keluarga terutama di mata istri tercinta Hj Jauhariah SH merupakan sosok kepala keluarga yang penuh tanggung jawab baik untuk keluarga maupun pekerjaannya.
Menurut Hj Jauhariah SH, suaminya merupakan orang yang pekerja keras sebelum dapat mewujudkan impiannya. Meski sering dilarang keluarga, tetapi dirinya tidak pernah perduli apabila untuk kepentingan keluarga.
“Dari pertama bertemu dan menikah pada tahun 1974 hingga sekarang, semangat bapak tidak pernah berubah. Itu juga yang membuat keluarga kami menjadi sangat mencintai bapak, beliau selalu memikirkan keluarganya,” ujar Jauhariah.
Daud juga sangat demokratis. Bila akan mengambil keputusan Daud selalu meminta pendapat kepada keluarganya terutama kepada Jauhariah untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Semua itu dilakukannya agar tidak salah dalam mengambil keputusan, baik pekerjaan maupun masalah sekolah yang mereka kelola bersama.

Biodata :
Nama : Prof H Abu Daud Busroh SH
TTL : Sukapindah (OKU), 4 November 1945
Istri : Hj Jauhariah SH
Pendidikan : SR 6 tahun 1958 di Baturaja
SMP Negeri 1961 Muara Enim
SMA Negeri 1 Palembang
S1 Fakultas Hukum Unsri 1971
Akta Mengajar V 1982
Pekerjaan : Advokat dan Konsultan Hukum Kantor Hukum Polis
Abdi Hukum 2004 - Sekarang
Ketua STIHPADA 2004 - Sekarang
Pemilik STIHPADA
Agama : Islam
Penghargaan : Donatur BAPOMI
PNS 20 dan 25 Tahun
16 Tokoh versi Pilihan Harian Umum Sriwijaya Post
Tokoh Penggerak Pembangunan
Alamat : Jalan Kapten A Rivai Kampus Blok H 11 A Jalan Yudo Rt 31 IB I Palembang


Sumber: http://palembang.tribunnews.com/05/05/2011/fisik-bukan-penghalang-untuk-sukses
Sriwijaya Post, 5 Mei 2011

Tidak ada komentar: