Kamis, 07 Juli 2011
Wartawan Media Rakyat Palembang Dianiaya Preman
*Wartawan Demo
Usut Penganiayaan Wartawan, Polisi Bentuk Tim Khusus
Palembang:
Untuk mengungkap kasus penganiayaan yang mengakibatkan enam wartawan Media Rakyat beberapa waktu lalu, Kapolresta Palembang Kombes Pol Agus Sulistiyono menegaskan sudah membentuk tim khusus.
Peristiwa penganiayaan itu sendiri terjadi Selasa (5/7). “Nama-nama tersangka sudah kami kantongi. Tidak ada proses yang kami tutupi, bahkan pihak wartawan selalu kami informasikan terkait perkembangan penanganan kasus ini,” ungkap Kapolres didampingi Kasat Reskrim Kompol Frido Situmorang , Kamis (7/7).
Kapolres menegaskan, polisi serius mengungkap kasus keenam wartawan yang menjadi korban pembacokan di Rumah Makan Bu Henny,Jalan Radial,Kecamatan IB I,Palembang. Bahkan, pada hari pertama kejadian, polisi berupaya menangkap tersangka dengan melakukan penggerebekan di tempat pelaku, tetapi mereka berhasil lolos.
Sementara itu,puluhan wartawan dari berbagai media cetak dan elektronik di Kota Palembang, Kamis (7/7), mendatangi Polresta Palembang dan Gedung DPRD Palembang guna mendesak penangkapan pelaku pembacokan terhadap wartawan.
Menurut Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumsel Oktaf Riadi, peristiwa penganiayaan tersebut merupakan preseden buruk bagi dunia jurnalis.
Oktaf berharap polisi segera menangkap dan menindak pelaku pembacokan sesuai hukum. “Jika memang ada kesalahan atau penu lisanyangmelanggar kode etik jurnalis dalam pemberitaan semestinya melalui jalur yang ditentukan,yakni melaporkan perkara tersebut ke Dewan Pers.Apabila sudah menyangkut kriminal, silakan melapor ke polisi,”ujarnya ketika berorasi.
Sementara itu,Wakil Ketua DPRD Palembang Pahlevi Maizano menegaskan, DPRD Kota Palembang menyatakan perang terhadap aksi premanismedan bentukkekerasan terhadap jurnalis di Kota Palembang.
“Dalam melaksanakan profesinya, wartawan mendapat perlindungan hukum, kasus kekerasan atas pers seperti itu sangatkamisesalkan.Padahal, jelas seperti tertuang dalam Undang-undang No 40/1999 tentang Pers,” ujar dia saat menerima puluhanwartawan aksi solidaritas antikekerasan di ruang rapat DPRD Kota Palembang kemarin.
Pahlevi meminta Kapolresta Palembang mengusut perkara tersebut hingga tuntas. Kondusivitas Kota Palembang harus terjaga dan bebas aksi premanisme. Apalagi, Palembang dalam waktu dekat menjadi tuan rumah event internasional SEA Games.
Korban
Sebelumnya, enam anggota redaksi koran mingguan Media Rakyat diserang belasan preman. Penyerangan diduga berkaitan dengan pemberitaan Media Rakyat mengenai kredit macet seorang pengusaha di Palembang, Sumatera Selatan di Bank Sumsel Babel.
Korban luka adalah Pimpinan Umum Asriel Chaniago (51), Pemimpin Redaksi Herna S Zaldy (52), Redaktur Pelaksana Akmal Kudus (48), dan wartawan perwakilan Ogan Ilir, Syaiful Bahri (48). Para korban terluka sobek dan bacok akibat benda tajam serta lebam-lebam karena pukulan dan tendangan.
Herna yang menderita luka bacok di lengan kiri masih dirawat di rumah sakit. Adapun tiga korban lainnya menjalani rawat jalan. Sementara dua anggota redaksi lainnya berhasil selamat.
Ditemui kemarin, Asriel mengatakan, penyerangan terjadi di halaman sebuah rumah makan di Kota Palembang, Selasa (5/7/) sekitar pukul 21.00. Pelaku berjumlah lebih dari 10 orang. Pemimpin kelompok dikenali oleh Asriel sebagai preman Mat Ijah dan Ucin.
Menurut Asriel, awalnya kedua preman tersebut datang ke kantor redaksi bersama rombongan dengan tiga mobil. Mereka mempertanyakan penurunan berita berjudul "Bank Sumsel Babel Segel Asset PT IKI", yang diterbitkan koran tersebut pada Senin atau sehari sebelumnya. Berita ini merupakan artikel ketiga yang diterbitkan Media Rakyat selama tiga bulan terakhir mengenai kredit macet seorang pengusaha.
"Setelah pertemuan baik-baik di kantor redaksi, mereka mengajak kami makan di restoran. Kami turuti tanpa curiga karena pertemuan sebelumnya berlangsung baik,” ujar mantan wartawan Sumatera Ekspres ini.
Menurut Asriel, sebulan sebelumnya, Mat Ijah telah datang ke kantor redaksi Media Rakyat dan meminta berita tidak diteruskan lagi. Namun, saat itu belum ada ancaman dan kekerasan. (sir)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar