Rabu, 27 Juli 2011

Kurang Siswa, Ratusan Sekolah Swasta Terancam Ditutup

Kekurangan Siswa, Ratusan Sekolah Swasta Terancam Ditutup
Palembang

Kekurangan siswa, sebanyak 60% atau sekitar 310 dari 516 sekolah swasta yang ada di Kota Palembang akan ditutup.

Menurut Kepala Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kota Palembang Ki Rajimin, hal itu merupakan dampak dari kebijakan penambahan lokal kelas di sekolah-sekolah negeri.

“Sekarang ada sekolah negeri yang membuka lokal hingga 15 kelas. Ini membuat masyarakat yang masuk sekolah swasta semakin sedikit,”tutur Rajimin di sela musyawah kota (Muskot) III BMPS bertajuk mewujudkan pendidikan yang merata, bermutu, terjangkau, dan bermartabat di kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, Rabu (27/7).
Rajimin menjelaskan, saat ini sejumlah sekolah swasta hanya mempunyai delapan hingga sepuluh murid saja. Padahal sebelumnya, jumlah siswa mereka cukup banyak, bahkan mereka mampu menampung siswa hingga enam kelas.

“Sementara sekarang siswanya sangat sediki. Kalau tidak segera dibenahi, bisa-bisa lebih banyak lagi sekolah yang tutup,”imbuhnya. Rajimin melanjutkan, minimnya murid di sekolah-sekolah swasta tentu berpengaruh dengan kesejahteraan para guru.
Karena itu, pihaknya berharap pemerintah memberi perhatian bagi kesejahteraan guru swasta dan pemerintah bisa menganggarkan dana lebih untuk sekolah swasta. Dukungan wakil rakyat juga sangat dibutuhkan. Mengingat kualitas swasta tidak kalah jauh dengan kualitas negeri, termasuk dalam masalah biaya.

“DPRD sebagai wakil rakyat seharusnya mengerti dan bisa mengusulkan anggaran untuk sekolah swasta. Memang sekolah swasta bukan milik pemerintah.Tapi ini juga untuk kelangsungan dunia pendidikan di Palembang,” katanya.
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Palembang Ahmad Zulinto mengatakan, secara khusus pihaknya meminta pemerintah melalui Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kota Palembang agar melarang sekolah negeri untuk menerapkan sistem double shift, yaitu adanya kelas pagi dan kelas siang.

Hal ini dikarenakan sangat berpengaruh bagi sekolah-sekolah swasta, sehingga minat masyarakat untuk sekolah swasta menurun hingga 50%. “Sekarang ini kan ada sekolah negeri yang buka kelas pagi dan siang. Seharusnya ini tidak diperbolehkan lagi. Kalau membuka lokal terlalu banyak, juga tidak baik untuk kualitas belajar dan mengajar,”ujar Zulinto.


Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan,Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kota Palembang Riza Pahlevi menilai berkurangnya peminat sekolah swasta dipengaruhi oleh faktor kepercayaan masyarakat terhadap yayasan pengelola sekolah tersebut. Bila banyak masyarakat yang mendaftarkan putra-putrinya ke sekolah negeri atau sekolah swasta lain yang dinilai lebih baik berarti tingkat kesadaran masyarakat terhadap pilihan pendidikan yang berkualitas sudah sangat tinggi.

“Untuk bisa memastikan terus berjalannya operasional sekolah-sekolah swasta tersebut atau harus tutup tentu ditentukan dari kepercayaan masyarakat sendiri, dan masyarakat saat ini sudah mempunyai pemahaman atas kualitas pendidikan yang semakin tinggi,” ungkapnya.
Riza menambahkan, sejak dicanangkannya otonomi daerah, jaminan perkembangan dan kesejahteraan guru diserahkan pada masing-masing pengelola sekolah swasta.

Untuk itu, untuk sekolah-sekolah swasta yang masih berdiri saat ini disarankan agar dapat menjaga nama baik dan menjaga kepercayaan dari masyarakat. “Perlu sekali belajar dari sekolah yang mempunyai mutu pendidikan yang dinilai lebih baik,”pungkasnya. (sir)

Tidak ada komentar: