IPO PTPN VII Masih Tunggu Penjamin Emisi
Palembang,
Danareksa Sekuritas yang menggandeng Credit Suisse sebagai penjamin pelaksana emisi (underwriter) saham baru (initial public offering/IPO) belum pasti menangani PT Nusantara (PTPN) VII menyusul permohonan usulan yang dikirim ke Kementrian BUMN belum ke luar.
“Hingga kini kita masih menunggu persetujuan dari Kementrian BUMN, sebab sebelumnya ada tiga perusahaan penjamin pelaksana emisi saham baru yang kita seleksi, selain Danareksa Sekuritas, PT Bahana Sekuritas, dan Mandiri Sekuritas,”ungkap Budi Santoso Sekretaris Perusahaan PTPN VII saat Gathering dengan sejumalah wartawan di Palembang akhir pekan lalu.
Budi mengemukakan, dalam seleksi tersebut Danareksa mempunyai peluang besar karena skor yang diperoleh paling besar dibanding dua underwriter lainnya. Namun untuk keputusannya, bukan PTPN VII yang menentukan. PTPN VII hanya
menunggu dan menerima keputusan tersebut, yang terpenting segala persiapan listing untuk IPO di bursa sudah 100% selesai.
“Ya, IPO bukan saja acara seremonial namun yang kita harapkan muncul fakta corperate, tinggal saat ini kita fokuskan terus dengan membenahi dan memperbaiki kinerja perusahaan agar lebih sistimatis dan profesional,”jelasnya.
Apalagi saat ini keputusan mengenai penawaran saham perdana tersebut belum disetujui DPR, meski ditargetkan bisa masuk bursa pada Desember ini.
Budi menambahkan yang jelas target kinerja tahun ini dapat terealisasi, a.l. meningkatkan perolahan laba tahun ini senilai Rp500 miliar atau naik dua kali lipat dari perolahan laba 2007 senilai Rp252 miliar.
Selain itu, membenahi kualitas SDM yang meliputi produktivitas, mutu, organisasi, servis dan inovasi, bahkan program yang harus dikejar mempunyai nilai tambah untuk meningkatkan IPO, yakni revitalisasi gula melalui kapasitas giling 2 pabrik gula dari 10.750 ton tebu per hari menjadi 17.000 ton tebu per hari.
“Revitalisasi perkebunan sawit dan karet, pembangunan pabrik bioethanol, pemanfaatan limbah melalui produksi kompos sebanyak 70 ton per hari serta pengembangan industri hilir dan kayu karet, semua program tersebut menjadi PR menajemen,”ungkapnya.
Budi mengakui, kinerja selam tiga tahun ini memang menunjukkan peningkatan sangat bagus, pada 2005 meraih laba bersih mencapai Rp126 miliar, 2006 laba naik Rp177 miliar serta 2007 mencapai Rp252,6 miliar atau naik 142,1% dibanding 2007.
Laba tersebut, terangnya diperoleh dari empat komiditas, yakni karet Rp138,5 miliar, kelapa sawit Rp133,4 miliar, the Rp500 juta, serta tebu Rp54,7 miliar dan aset ditutup senilai Rp386,6 miliar.(sir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar