Rabu, 18 Februari 2009

Maut Memanggil Suzter









Lokasi Kejadian








Karangan bunga











Karangan Bunga











Kuburan











Benedicta















































Melayat Ortu, Maut Memanggil


Minggu ini, duka seakan menyelimuti keluarga Sasmowijoyo (79), Desa Banuayu, Kecamatan Buay Pemuka Peliung,OKU Timur, Sumsel. Setelah istrinya, Satiyem (69) dipanggil Yang Kuasa, kemarin putri keduanya Benedicta FCh (48) juga menyusul.


Kecelakaan maut di Jembatan Beringin telah merenggut sembilan korban tewas. Selain sopir, delapan suster Rumah Sakit Roma Katolik tewas. Satu diantaranya, adalah putrinya.


Tragisnya, putrinya itu bersama rekan-rekannya itu bermaksud melayat istrinya yang meninggal. Tetapi, ternyata nasib berb icara lain.
.
Sasmowijoyo tidak pernah menduga akan mendapatkan ujian yang cukup berat. Orang yang sangat dikasihinya pergi meninggalkan keluarga besarnya untuk selamalamanya dalam waktu yang nyaris bersamaan. Hanya berselang sehari setelah istri tercintanya meninggal dunia Selasa (17/2) lalu, karena sakit, mendadak pagi kemarin sekitar pukul 05.30 WIB, keluarganya mendapat kabar jika anak keduanya termasuk dalam daftar 9 orang yang tewas akibat kecelakaan maut di Desa Beringin, Kecamatan Lubay, Muaraenim.

Sasmowijoyo sama sekali tidak ada firasat akan ditinggalkan istri dan anaknya begitu cepat. Namun menurutnya, beberapa malam lalu dirinya sempat bermimpi lima giginya copot.Padahal bapak dari lima anak ini sama sekali tidak memiliki gigi, alias sudah ompong.

”Belum tahu kami akan ke Palembang atau tidak. Apalagi kita masih berkabung dengan meninggalkanya ibundanya Suster Ben (Benedicta),” ujarnya singkat.

Saat kejadian, lanjut dia, suster Ben panggilan suter Benedicta bersama delapan rekannya yang lain bermaksud pulang ke kampung halamannya.

“Tujuan suster Ben pulang tidak lain hannya ingin menghadiri upacara pemakaman orangtuanya yang meninggal,” ungkap Andre warga Desa Banuayu yang juga kehilangan keluarganya.

Belum sampai di tempat tujuan, mobil yang ditumpangi korban justru mengalami kecelakaan dan mengakibatkan korban meninggal. Andre juga mengaku harus kehilangan adik iparnya yakni Fenita (23), yang juga termasuk salah satu korban maut yang merenggut nyawa delapan suster itu.

Kediaman Fenita dan suster Benedicta hanya berjarak sekitar 50 meter.

Bejo (53) dan Kaminem (55) orang tua Fenita mengungkapkan, sejak duduk di bangku SMP, anaknya mulai mengutarakan niat hatinya ingin menjadi Biarawan. Sebagai orangtua mereka tidak pernah melarang niat tulus anak keempat dari lima bersaudara itu.

Walau terpukul dan kehilangan, Kaminem mengaku ikhlas untuk melepas kepergian anak kesayangannya itu, karena baginya hidup kekal adalah di akhirat. (sir)

Tidak ada komentar: