Selasa, 24 Februari 2009

Suharindi, Pengembang dari Gunung Dempo










Suharindi
Membangun Rumah di Gunung untuk PNS



Oleh
Muhamad Nasir

PALEMBANG - Pengusaha perumahan yang membangun rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah di kota besar, jumlahnya tidak sedikit. Tetapi membangun rumah murah di daerah pegunungan, misalnya di kawasan Gunung Dempo, Pagar Alam, Sumatera Selatan, hanya satu orang.

Dia adalah H Suharindi SJ, yang melalui PT Baiti Sejahtera (BS) menyediakan dan memenuhi kebutuhan rumah yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Kiprahnya di bisnis perumahan, khususnya penyediaan rumah sederhana sehat (RSH) sebenarnya masih seumur jagung. Namun dengan strategi membangun RSH bersubsidi dengan kualitas rumah sederhana (RS), disambut positif konsumen. Bahkan, perumahan yang dibangun oleh satu-satunya pengembang lokal di Kota ”Basemah” Pagar Alam itu kini sudah terjual habis bak kacang goreng.
Sejak PT BS berdiri pada akhir tahun 2005, Suhardin berkomitmen untuk bergerak di bisnis perumahan. Hal ini didorong juga oleh potensi lahan di Kota Pagar Alam yang masih sangat terbuka untuk pengembangan bisnis tersebut. Dengan menangkap peluang itu, ternyata bisnis ini makin mulus hingga tahun ketiga. Pasalnya, dari pertama kali mulai membangun perumahan RSH bersubsidi, yakni Griya Abdi Negara (GAN) di Desa Pengandonan, Kota Pagar Alam, cukup terbilang sukses dengan merealisasikan 200 unit RSH tipe 36/150, 27/120, dan 21/90. Bahkan, saat itu perumahan langsung habis terjual.
“Animo masyarakat di Kota Pagar Alam ternyata cukup tinggi. Artinya, potensi pasar untuk bisnis properti masih terbuka lebar, apalagi didukung dengan potensi sumber daya alamnya yang cukup menjanjikan, terutama di sektor pariwisata dan perkebunan. Kemungkinan dengan melihat kondisi alamnya yang cukup indah inilah banyak konsumen berlomba-lomba untuk menginvestasikan dananya di sini,” ungkap Suharindi, Komisaris PT Baiti Sejahtera, kepada SH belum lama ini di ruang kerjanya.
Suami Hj Surtini ini menyebutkan, konsumen yang digaet untuk pasar RSH, pada umumnya kalangan pegawai negeri sipil (PNS) maupun masyarakat umum Kota Pagar Alam yang belum memiliki rumah. Namun, ada juga yang berasal dari luar kota yang sengaja berinvestasi dan pada umumnya penduduk asli yang berasal dari Pagar Alam.
Sukses merealisasikan GAN itulah yang memacu Suharindi untuk merealisasikan pembangunan RSH tahap II dengan jumlah unit yang lebih banyak. Perumahan bersubsidi tersebut diberi nama Griya Bangun Sejahtera (GBS) yang berdiri di atas lahan 11 hektare di Desa Talang Sawah, Kelurahan Bangun Rejo, Kota Pagar Alam. Hingga awal tahun 2009 ini, 600 unit sudah terjual. Bahkan, masih ada sekitar 150 konsumen yang masuk daftar tunggu.
Dengan adanya daftar tunggu tersebut, pihaknya berencana untuk merealisasikan penambahan lahan. “Saat ini lahan juga sudah disediakan, tinggal direalisasikan,” tambah alumnus IKIP Yogyakarta tahun 1983 ini.

Kelas Menengah ke Bawah






Saat bahan bangunan menanjak naik akhir-akhir ini, harga jual RSH juga mulai dinaikkan dari sebelumnya Rp 45 juta menjadi Rp 49 juta. Namun, kenaikan harga tersebut masih dinilai relatif sangat murah dibanding harga RSH di kota lain yang rata-rata mencapai Rp 55 juta. Hal ini disebabkan di Kota Palembang, harga rumah untuk ukuran yang sama dengan di Pagar Alam itu bisa mencapai ratusan juta rupiah meskipun memang jarak Pagar Alam dengan Palembang cukup jauh, sekitar 300 kilometer.
Meski demikian, ayah enam anak ini menerangkan, dengan kenaikan harga tersebut, BS tetap memerhatikan kualitas bangunan. Dengan demikian, BS tetap dipercaya konsumen. Ketika ditanya mengapa lebih berkonsentrasi membangun perumahan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah, Suhardin menjelaskan bahwa masyarakat kelas menengah ke bawah sangat membutuhkan perumahan dengan harga murah. n





SISI LAIN
Berawal dari Guru



SIAPA sangka, pengusaha ini ternyata memulai kariernya sebagai pendidik. Dari tahun 1983 hingga 1997, dia menggeluti profesi sebagai guru di SMA Muhamadiyah II Pagar Alam. ”Saya mengundurkan diri bukan berarti saya tak cinta dengan profesi pendidik. Tetapi saya berniat ketika itu untuk ikut membangun daerah melalui jalur lain,” kata Suhardin, alumnus Jurusan Pendidikan Dunia Usaha ini dengan keyakinannya menetapkan pilihan.
Pada awalnya, upayanya itu ditentang keras oleh keluarganya. Apalagi, saat itu statusya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sudah memberikan jaminan yang memadai untuk menghidupi keluarganya, terutama untuk ukuran hidup di daerah.
Rupanya, bekal pengetahuan ekonomi akuntansi yang ditimbanya di bangku kuliah dan ketika masih menjadi guru, merupakan bekal yang memadai baginya untuk terjun dalam dunia bisnis. Lambat laun, jerih payahnya telah menunjukkan hasil. Karyanya telah banyak membantu masyarakat berpenghasilan rendah dalam memenuhi kebutuhan akan papan atau rumah. (sir)


Sinar Harapan, Rabu, 21 Januari 2009





Copyright © Sinar Harapan 2008

Tidak ada komentar: