Jumat, 13 Maret 2009

Arca Budha Hilang, Kepala Museum Dimintai Keterangan

Arca Hilang, Kepala Museum Dimintai Keterangan

Palembang:

Pasca terungkapnya Arca Buddha peninggalan Sriwijaya abad XI yang terbuat dari
perunggu, Kamis (12/3 Kepala Museum Balaputra Dewa M Syafei Wahid dimintai keterangan oleh petugas dari Polda Sumsel.

Direktur Reserse Kriminal Polda Sumsel Kombes Pol Artstianto Darmawan yang ditemui
di ruang kerjanya mengatakan, pemeriksaan keempat saksi itu untuk mengecek alibi
dan kesaksian mereka pada saat kejadian. Termasuk menanyakan kejanggalan seperti

tidak aktifnya CCTV di ruangan tersebut. “Kami akan periksa apakah hal ini disengaja
dan terkait dengan pencurian tersebut atau tidak,” ujarnya.

Karena koleksi yang hilang itu merupakan milik Museum Balaputradewa, maka
sebelumnya Syafei Wahid memang melapor ke Polda Sumsel. Sebelum dia melapor,
beberapa petugas dari Polda Sumsel dan Polsekta Sukarami sudah terlebih dulu mengidentifikasi tempat kejadian perkara (TKP).

Biasanya identifikasi TKP baru dilakukan setelah polisi menerima laporan. Di TKP
polisi mengidentifikasi sidik jari. Selain mengambil sidik jari, petugas identifikasi terlihat juga mengambil sampel kunci pintu yang berada persis di samping kiri lemari kaca tempat

arca bernilai ratusan juta rupiah tersebut sebelumnya berada. Setelah polisi
melakukan identifikasi, Syafei bersama sejumlah petugas kemudian berangkat ke Mapolda Sumsel untuk melaporkan peristiwa tersebut.

Syafei mengaku sudah memberitahukan peristiwa kehilangan tersebut ke Polsekta
Sukarami pada hari Rabu (11/3) sore. “Sebelumnya kami sudah menyampaikan laporan ke
Sukarami sore kemarin (Rabu),” ujar Syafei saat ditemui di Museum Balaputra Dewa,di
selasela proses identifikasi.

Kepada petuga yang memeriksanya, Syafei mengatakan belum bisa memastikan kapan
peristiwa pencurian tersebut terjadi. Dia hanya memperkirakan peristiwa tersebut
terjadi antara Kamis– Minggu (5 – 8/3) lalu.

Peristiwa itu sendiri baru diketahui saat salah seorang petugas keamanan, Hifzon
Kulbi,memeriksa Ruang Pameran Tetap II Museum tempat arca tersebuit disimpan.
Menurutnya, saat itu yang bertugas Hifzon, Mustofa siang harinya. Malam harinya,
dari pukul 21.00 sampai 07.00 pagi (yang bertugas) Istiawan dan Ade Citra Sandi.
Syafei menjelaskan, di ruang pameran tersebut sebenarnya terdapat beberapa kamera
closed circuit television (CCTV) yang salah satunya berada persis di atas lemari
kaca tempat arca tersebut ditempatkan. Kamera itu sendiri dikendalikan dan diawasi di ruang pengawasan yang berada di bagian depan museum. Hanya saja, peristiwa tersebut sama sekali tidak terekam. CCTV tidak aktif karena memorinya penuh sehingga tidak bisa digunakan.

Setelah melaporkan peristiwa tersebut Syafei dan tiga orang bawahannya, Amiruddin
(kepala keamanan Museum), Hifzon Qolby,dan Mustofa (petugas keamanan), diperiksa di
Gedung Direktorat Reserse Kriminal Polda Sumsel. Pemeriksaan berlangsung secara tertutup. (sir)

Tidak ada komentar: