Senin, 16 Maret 2009

bisnis bak truk











UKM Bak Truk
Bertahan Meski Terkendala Bahan Baku



Oleh
Muhamad Nasir

Palembang - Usaha pembuatan bak truk dari kayu terkendala bahan baku yang sulit didapat. Hal itu dialami para perajin di sana sejak lima tahun lalu. Mahalnya harga bahan baku berimbas pada harga jual bak truk yang kini dijual hingga Rp 17 juta.

Meski mahal, permintaan tetap tinggi. Maka, tak heran kalau para perajin di sana tidak mau beralih profesi ataupun pindah dari Jl KH Wahid Hasyim, tepatnya di Kelurahan 5 Ulu, Palembang. Para pelanggan yang membeli bak truk di sana tidak hanya berasal dari Kota Palembang. Beberapa di antaranya bahkan berasal dari Jambi, Bangka, dan Lampung.






Menurut cerita warga sekitar, kawasan itu sudah lama menjadi tempat pembuatan bak truk. Namun, terkait kapan mereka memulai aktivitasnya sebagai perajin bak truk sangat beragam. Ada yang mengatakan sejak awal tahun 1970-an, tetapi ada juga yang mengatakan sudah ada sejak tahun 1946.
Setidaknya, saat ini terdapat sekitar 30 perajin bak truk yang masih aktif. Dari dari jumlah itu, 90 persen di antaranya adalah warga sekitar, sedangkan soal tenaga kerja yang terserap diperkirakan berjumlah 200 orang.
Dengan rincian, setiap bengkelnya wajib punya tiga tenaga terampil, di antaranya tukang cat, las, dan kayu, sedangkan sisanya adalah tenaga kasar.
Pemilik Bengkel Berkat Serasan, Zamhari H Zahri (61), mengatakan bahwa dia memulai usaha bengkel bak truk ini sejak tahun 1991. Sebelumnya, dia agen ikan di kawasan Pasar 16 Ilir, Palembang. Namun sejak tahun 1989, Pasar 16 Ilir terbakar. Dia kemudian beralih profesi membuka bengkel bak truk.
Bak Truk PS
Bengkel ini bukan hanya menyediakan bak-bak truk untuk mobil truk jenis PS, tetapi juga bak mobil pikap dan truk fuso. Namun dari tiga pilihan itu, yang banyak terjual adalah bak truk PS.
Proses pembuatan bak truk jenis PS yang berukuran panjang 435 cm, lebar 2 meter, dan tinggi sekitar 1,5 meter membutuhkan waktu sekitar empat hari. Untuk membuatnya, bahan baku yang dibutuhkan adalah satu kubik kayu jenis meranti serta 20 batang besi untuk kerangka.
“Empat hari itu waktu yang cukup cepat dan kerja juga ekstra ketat,” kata Zamhari. Ia menambahkan, kalau permintaan banyak, dia mempekerjakan 10 orang tenaga kerja.
Mengernai kualitas, kata Zamhari, sangat tergantung pada jenis kayu yang digunakan. Menurut dia, untuk kayu biasanya ia dapatkan dari daerah Ogan Komering Ilir.
“Untuk mendapat kayu dengan kualitas baik, saya mesti menunggu empat hari karena kalau kayu jelek, kualitas bak akan berkurang dan ini menyangkut tingkat kepercayaan pelanggan pada produk yang saya hasilkan,” kata dia.
Dalam sebulan, lanjutnya, ia mampu menjual 6-8 unit bak truk. Tentang harga, menurut Zamhari, ditentukan oleh jenis kayu yang diminta. Namun yang jelas, kata dia, ia memasang banderol harga bak truk mulai dari Rp 12-17 juta.
Untuk yang harga Rp 12 juta, rangkanya terbuat dari besi, dinding kayu, dan lantai kayu, sedangkan untuk yang Rp 17 juta, rangkanya terbuat dari besi, dinding kayu, dan lantai besi.
Selama ini, jelas ayah delapan orang anak ini, yang menjadi penghambat usahanya adalah faktor modal. Diakuinya, karena modal yang kurang, sementara pesanan cukup banyak, dia tidak mampu membeli bahan baku pembuatan bak truk tersebut.
“Kadang-kadang, saya terpaksa memberikannya pada bengkel lain karena modal saya sudah habis, sementara pesanan menumpuk,” jelasnya.
Dia berharap, pemerintah, dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta perbankan, mau membantu memberi modal kepada mereka sehingga dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan. n












Copyright © Sinar Harapan 2008

Sinar Harapan, Sabtu 14 Maret 2009 halaman UKM
http://www.sinarharapan.co.id/ukm/index.html

Tidak ada komentar: