Rabu, 04 Maret 2009

Penemu Bahan Bakar Ampas Tebu

Djoni Bustan - Penemu Bahan Bakar dari Ampas Tebu
>
>
>
> Oleh
> Muhamad Nasir
> Sinar Harapan Senin, 24 Maret 2008
>
>
> PALEMBANG - Berangkat dari keprihatinan kian
> minimnya persediaan sumber bahan bakar di Tanah Air,
> Dr Ir Djoni Bustan, M Eng (50), pengajar di Program
> Pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya,
> Palembang, menciptakan bahan bakar dari berbagai
> bahan. Ia membuat bahan bakar mulai dari minyak
> sawit mentah (crude palm oil/CPO), batu bara, minyak
> jarak, sampai ampas tebu.
>
>
> Selain memiliki kualitas yang lebih baik
> dibandingkan dengan yang sudah ada di pasaran,
> temuan pria berpenampilan kalem ini juga memiliki
> berbagai keunggulan. Bahan bakar yang dihasilkannya
> seperti biogasoline, biokerosin, dan biodiesel yang
> diproses oleh tiga reaktor, mampu mengubah
> trigliserida menjadi senyawa parafin, olefin,
> naftene dan aromatik (PONA).
>
> Umumnya, bahan bakar diesel dari bahan baku yang ada
> memakai proses transesterifikasi yang menghasilkan
> metil ester. Hasilnya tidak siap pakai, perlu
> campuran, sehingga hasil senyawa fisiknya tidak
> mirip dengan bahan bakar diesel di pasaran. Lain
> halnya dengan temuan suami dari Sri Haryati ini,
> yang juga pengajar di Program Pascasarjana Fakultas
> Teknik Universitas Sriwijaya.
>
> "Hasil kita ini siap pakai, karena mesin yang
> dipakai untuk memproses mampu mengubah CPO menjadi
> PONA. Minyak biodisel yang dihasilkan pun mempunyai
> aromatik dan octan number lebih tinggi dari yang ada
> di pasaran (milik Pertamina). Kualitasnya pun lebih
> baik," ujar Djoni belum lama ini.
>
> Mengolah bahan bakar dari CPO harus dengan alat
> pengolah khusus yang terdiri atas dua jenis, yakni
> alat yang mengolah CPO menjadi pengganti solar dan
> bensin, serta pengolahannya menjadi pengganti minyak
> tanah dengan peralatan sederhana yang diciptakannya
> berupa tungku pemanas, pipa, dan reaktor yang
> berbahan dasar stainless steel.
> Untuk memprosesnya, CPO dimasukkan ke dalam reaktor
> pemanas listrik dengan panas 60 derajat Celcius
> selama 60 menit, dan secara kontinyu yang kelak
> menghasilkan cairan senyawa alkana dengan unsur
> mendekati solar. Cairan senyawa alkana kemudian
> dimurnikan melalui proses destilasi dan adsorpsi
> sehingga menghasilkan minyak biodiesel yang sudah
> bisa digunakan sebagai bahan bakar tanpa harus
> dicampur dengan solar.
> Cairan senyawa alkana tersebut juga masih bisa
> diproses menjadi bensin dengan memakai reaktor
> biogasolin melalui proses reaksi. Untuk 20 liter CPO
> bisa diolah menjadi bahan bakar setara 16 liter
> bensin," ujarnya.
>
> Alat pengolah CPO menjadi minyak tanah terdiri atas
> tangki pengaduk, reaktor dekarbosilaksi, dan reaktor
> kerosin berbahan dasar stainless steel.
> Pengolahannya sendiri dengan suhu di bawah 150
> derajat Celcius, sementara alat penghasil bensin
> berbahan baku ampas tebu dengan memakai teknik
> dimerisasi (penggabungan metanol) sehingga bubuk
> ampas diolah menjadi metanol (CH3OH).
>
>
> Industri Kecil di Desa
>
> Bahan bakar dari ampas tebu dan CPO ini, menurut
> Djoni yang kerap mengeluarkan koceknya sendiri untuk
> penelitian itu, sangat cocok dikembangkan menjadi
> industri kecil di pedesaan. Selain menyangkut taraf
> ekonomi, juga mampu menyerap tenaga kerja dan
> mendorong usaha perkebunan.
> Hanya saja ketersediaan bahan baku menjadi kendala
> karena tebu di Sumatera Selatan (Sumsel) hanya ada
> PTPN VII Ketiau, Ogan Ilir yang tidak sepanjang
> tahun panen. "Kondisi demikian belum me-mungkinkan
> untuk dijadikan industri massal rumah tangga,"
> tuturnya.
>
> Batu bara yang cukup melimpah di Sumsel dan hanya
> dimanfaatkan untuk bahan baku pembangkit listrik
> tenaga uap (PLTU), dalam kreasi Djoni Bustan, bisa
> lebih bermanfaat lewat penciptaan reaktor osilasi
> dengan gelombang elektromagnetik (electromagnetic
> oscillated coal liquefied reactor).
> Metode ini bisa dilakukan dengan alat sederhana
> kurang dari 45 menit dengan suhu di bawah 200
> derajat Celcius. Proses ini dipandang efektif karena
> listrik yang digunakan hanya delapan volt. Proses
> itu akan berfungsi ganda.
> Berat molekul batu bara akan berkurang sehingga bisa
> larut dalam pelarut, sementara hidrogennya
> ditingkatkan agar struktur kimia batu bara lebih
> pendek.
>
> "Hasilnya, batu bara terbentuk menjadi minyak mentah
> yang dalam pengolahan lanjutan di kilang minyak bisa
> menghasilkan bensin, kerosin, dan solar," terangnya.
>
> Namun dia mengakui, dari sisi ekonomi belum terlihat
> jelas, karena temuannya memang belum memasuki tahap
> demo plant melainkan baru tahap pilot plant setelah
> sebelumnya tahap skala laboratorium.
>
> Nah, untuk sampai pada tahap demo plant, dibutuhkan
> dana tidak sedikit. Jika tahap demo plant seusai
> barulah bisa diproduksi secara massal. Tetapi di
> sinilah kendalanya. Beberapa investor memang sudah
> tertarik, namun belum mampunya pemerintah menjaga
> kestabilan harga CPO, membuat mereka menunda
niatnya.

Tidak ada komentar: