Jumat, 27 Maret 2009

Musi Kian Mengkhawatirkan


Sungai Musi di bagian hulu, di wilayah Kabupaten Empat Lawang.





Kondisi Musi Kian Mengkhawatirkan


Palembang:

Kerusakan lingkungan yang terjadi di sepanjang daerah aliran Sungai (DAS) Musi dinilai semakin mengkhawatirkan. Karenanya diperklukan berbagai upaya terpadu untuk menyelamatkannya.

Menteri Negara Lingkungan Hidup (Meneg LH) Rachmat Witoelar mengkhawatirkan kerusakan lingkungan yang terjadi di sepanjang daerah aliran Sungai (DAS) Musi. Hal ini dikemukakannya dalam kuliah umum tentang perubahan iklim dan penyelamatan lingkungan di Gedung Pascasarjana Unsri di Palembang Jumat (27/3).

Yang paling penting lagi, menurut Menterio, untuk mencegah kerusakan lingkungan di Sungai Musi semakin parah, diperlukan pelestarian hutan di sepanjang sungai,terutama daerah hulu.

Penanaman pohon harus digalakkan, terutama menjaga lahan dari kebakaran. Selain itu, penyehatan lahan gambut dan mengurangi emisi dari sektor energi juga harus dilakukan.


Dalam kuliah umum yang juga dihadiri Rektor Universitas Sriwijaya (Unsri) Prof Badiah Parizade beserta dosen dan sejumlah pejabat Palembang maupun Sumsel tersebut, tersebut, Rachmat juga menjelaskan perubahan konsentrasi CO2 saat ini telah mencapai 1,6 derajat Celsius, jauh di atas normal dengan perubahan suhu tahunan mencapai 0,8 derajat Celsius. Karena itu, khusus upaya penyelamatan Sungai Musi, diperlukan usaha konkret dan terpadu.

Penyelamatan lingkungan di Sungai Musi bukan saja dari daerah hilir, melainkan juga dari hulu sungai. Untuk itu,seluruh kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Sumsel harus taat terhadap tata ruang wilayah dan peruntukannya dan melakukan upaya penghijauan terus-menerus dari hulu hingga hilir Sungai Musi.

Terpisah, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel Anwar Sadat menyayangkan kondisi DAS Musi yang kian rusak akibat kondisi hutan yang semakin kritis.

Diungkapkannya, setiap tahunnya Sumsel kehilangan 1.200 ha hutan yang ditebang dan digunduli. ”Bila ini terus dibiarkan, erosi Sungai Musi dapat mengakibatkan bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor,” paparnya. Sadat menjelaskan, kerusakan sepanjang aliran Sungai Musi terjadi bukan saja di hulu tetapi juga di hilir.

Dari hulu sungai disebabkan konversi lahan hutan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit dan kuasa pertambangan yang seenaknya membabat hutan lindung. Imbas aktivitas dari sektor hulu inilah akan menjadikan endapan lumpur atau pendangkalan Sungai Musi di sektor hilir.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Palembang Kemas Abubakar mengakui kondisi Sungai Musi sedikit banyaknya telah mengalami pencemaran. Bahkan, ada kecenderungan tingkat pencemaran semakin meningkat.

Kondisi ini terjadi akibat sejumlah limbah rumah tangga atau deterjen yang digunakan penduduk, khususnya yang bertempat tinggal di pinggiran Sungai Musi, langsung dibuang ke sungai. Meskipun begitu, kadar air Sungai Musi masih layak untuk dikonsumsi. Diakuinya memang banyak juga sampah atau limbah tinja dibuang ke sungai sehingga kondisi (Sungai Musi) menjadi tercemar.

Dengan kondisi cuaca saat ini yang semakin tidak menentu dan seringnya turun hujan, tingkat kekeruhan Sungai Musi pun bertambah. Kondisi ini pun menyebabkan beban berat PDAM tirta Musi untuk mengolah air Sungai Musi sebagai bahan baku air bersih di Palembang. (sir)

Tidak ada komentar: