Jumat, 27 Maret 2009

Bensin Campur Air


Fahrenheit menunjukkan temuannya



Bensin Campur Air, Hemat 8 Km/Liter

Palembang:

Disebut temuan baru, penelitian Fahrenheit ini mungkin bukan. Beberapa penelitian sebelumnya memang pernah dilakukan. Tetapi dengan metode berbeda, siswa kelas X-2 ini membuat beberapa tamu Fantasi Iptek-Imtak di sekolahnya, SMAN 6 Palembang sedikit tercengang.

Termasuk Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Palembang Hatta Wazol sempat mengeleng-gelengkan kepala melihat putra ketiga dari lima bersaudara pasangan M Bakri dan Yeti Hertati ini mempresentasikan temuannya, Minggu (28/3) di halaman sekolahnya.

Berdasarkan pengamatan seringnya melihat krisis bahan bakar minyak (BBM) mendera negaranya, termasuk Palembang, Fahrenhit kemudian berpikir mencari solusinya.

Apalagi sebagai siswa, dia juga sering dibatasi orangtuanya ketika membeli bensin sepeda motornya. Jadilah, ketika dia terpilih menjadi anggota Kelompo Ilmiah Remaja (KIR) persoalan yang pertama melekat di otaknya dia bagaimana bisa mensiasati agar air yang banyak dan mudah ditemukan bisa digunakan sebagai pencampur bensin motor.


Fahrenheit, siswa SMAN 6 Palembang menemukan bensin campur air untuk motor


Dari berbagai literatur dan sumber dia menemukan ternyata memang ada kemungkinan mencampur bensin denan air dalam proses pembakaran. Beberapa kali dia melakukan penelitian dan ujicoba. Sampai akhirnya ditemukan bahwa air hujan dicampur alkalis (soda kue) bisa menghasilna hidrogen. Dan hidrogen ini bisa dipompakan ke tanki bensin sehingga bisa memacu energi lebih kuat.

Hasilnya, selain mesin lebih hemat 30%, ternyata juga ramah lingkungan. Juga mesin bisa lebih halus. Untuk itu memang diperlukan elektroliser. Fahrenheit telah mekmbuktikan, sepeda motornya yang biasanya menggunakan 1 liter bensin untuk jarak tempuh 40 km kini 1 liter bisa dugunakan untuk menempuh jarak mencapai 48 km. ”Artinya, lebih hemat 8 km. Mesin motor juga lebig halus dan bau asap knalpot tidak menyengat, serta tarikan bisa lebih kencang,” jelasnya.

Hanya saja, penelitiannya belum dapat memastikan seberapa besar dampaknya terhadap mesin jika digunakan daam waktu lebih lama.

Bahan-bahan Bekas

Untuk membuat elektroliser sederhana, menurut Fahrenheit, tidak membutuhkan biaya besar. Dengan bahan-bahan bekas, setidaknya Rp 50.000 bisa mendapatkan alat yang ditemukannya.

”Setidaknya ada 13 macam bahan yang diperlukan, diantaranya toples untuk tempat air hujan, plastik tebal atau akrilik atau boleh juga logam tahan air untuk penampang. Kawat stanleis steel atau bisa menggunakan tali gitar no 3 dua buah. Bekas pentil ban dua buah plus tutupnya. Lalu baut, mur dan ring sepasang. Triflow( cabang tiga yang biasanya digunakan di aquarium), selang vaccum, kabel isi dua, sekereing, lighter plug, lem plastik, soda kue (sodium bikarbonat), demineralised water (air hujan/air suling yang biasa digunakan untuk aki.


Kepala Dinas Pendidikan , Pemuda dan Olahraga Palembang, H Hatta Wazol melihat temuan Fahrenheit

Membuatnya, tidak begitu sulit. Cukup dengan lima langkah. Pertama, lekatkan tempat (lembar plastik) lilitan kawat pada tutup toples menggunkan hot glue. Kedua, Lubangi tutup toples, dua untuk pentil dan dua untuk baut. Ketiga, pasang pentil, eratkan, tambahkan dengan hot glue agar tidak bocor. Lekatkan selang kecil pada salah satu pentil yang akan dipakai untukvaccum kontrol. Keempat, pasang baut dan ring di sisi dalam tutup toples. Kaitkan kawat stenleis dan lilitkan sepanjang plastik sampai ke dasar. Lalukan hal serupa pada baut lainnya. Kedua kawat tidak boleh saling berhubungan.
Kelima, sambungkan kabel ke tiap terminal baut. Salah satu kabel dipasang sekering. Sebagiknya disambungkan ke temrinal yang on saat kunci kontak on.

Cara Kerja
Bagaimana cara kerja alat yang disebut-sebut bisa menghemat BBM ini? Menurut siswa kelahiran 29 Oktober 1993 ini, cukup mudah. Saat diaktifkan, elektroliser menghasilkan hidrogen (gelembung keputihan) serta gelembung oksigen. Saat mesin running, hidrogen bercampur dengan oksigen yang dihasilkan elektrolisis dan udara yang masuk melalui kontrol vakum.
Dengan reaksi elektrolisis, air dapat dipecah menjadi hydrogen dan oksigen. Gabungan keduanya mempunyai daya bakar 8 kali yang lebih tinggi daripada bensin. Kombinaasi antara bensin, hidrogen dan oksigen menghasilkan emisi gas buang yang ramah lingkungan.

Untuk menggunakan alat ini, yang pertama dilakukan ialah mengisi stoples dengan air. Sisakan 2 cm di bawah permukaan tutupnya. Lalu beri satu sendok teh soda kue. Aduk hingga larut.

Tutup tples dengan kuat. Sambungkan selang vacum ke salah satu pentil. Tambahkan triflow, beri cabang ke inket manifol dan satunya ke inket bagian saringan udara (pre karbutarot). Tutup salah satu pentil. Sambungkan kabel paa terminak di toples. Hidupkan kunci kontak, bila dalam toples terbentuk gelembung putih artinta hidrogen telah terbentuk. Hidupkan mesin, maka akan ada udara luar yang masuk ke dalam toples, waran air menjadi putih karena penuhdengan gas hirogen.Selang dalama toples akan mengeluarkan gelembung. Atur vacum di toples dengan memuta ttup pentil. Bedakan bunyi mesin dan bau gas buang.
Bagi Kepala SMAN 6 Palembang Hj Darmi Hartati, apa yang dilakukan Fahrenheit merupakan gambaran aktifnya anak didik dalam melakukan penelitian. Meskipun masih sederhana, paling tidak telah memberikan gambaran bahwa di usia dininya, anak-anak juga bisa menunjukkan kemampuannya.
Dalam melakukan ujicoba, Fahrenheit ternyata juga pernah mengalami masalah. Elektrolisernya sempat meledak, saat dia menguji ada tidaknya hidrogen dari tabung itu. Untung, tidak membuatnya cidera. (sh/muhamad nasir)



Kepala SMAN 6 Palembang berbincang dengan seoraang guru di depan stan Fantasi...

Tidak ada komentar: