Sabtu, 11 Agustus 2012
Anak-anak dan Perempuan di Limbang Jaya Pemulihan
*Kapolda Bantah Angga Tertembak
Palembang:
Wakil Ketua Komnas Antikekerasan terhadap Perempuan Desty Murdiana mengatakan, anak-anak dan perempuan di lokasi konflik antara PTPN VII unit usaha Cinta Manis dan warga perlu mendapatkan pemulihan mental untuk menekan trauma yang dapat terjadi secara ber-kepanjangan. Sementara Kapolda Sumsel membantah korban Angga, tewas tertembak peluru aparat.
” Kami mendapatkan laporan dari Woman Crisis Center (WCC) Palembang bahwa warga, terutama kalangan perempuan dan anak, di Desa Limbang Jaya,Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, mengalami trauma mental yang berat,”ujarnya saat acara Konsultasi Pemulihan Masyarakat Desa Limbang Jaya di ruang rapat Bina Praja Setda Sumsel Jumat (11/8).
Menurutnya, trauma merupakan hal yang wajar lantaran mereka menjadi saksi sekaligus korban bentrok. ”Bahkan, berdasarkan laporan, saat ini banyak perempuan tidak bekerja, anak-anak tidak ke sekolah, dan suami mereka meninggalkan rumah karena ketakutan pascatragedi,” tuturnya. Untuk menghilangkan trauma dan pemulihan fisik maupun mental seperti kondisi semula,diperlukan waktu yang cukup panjang.
”Pemulihan trauma menjadi pekerjaan wajib pemerintah supaya kehidupan masyarakat kembali normal dan tidak lagi dibayangi rasa takut berkepanjangan,” katanya.
Staf Ahli Gubernur Bidang Kemasyarakatan dan SDM Ahmad Rizali mengatakan, Pemprov Sumsel sudah melakukan upaya pengendalian, bantuan,dan pemulihan pascabentrok, seperti memberikan santunan kepada keluarga korban jiwa maupun cacat fisik. ”Apa pun yang dibutuhkan dalam upaya pemulihan,Pemprov siap memfasilitasi dan membantu secara langsung maupun tidak langsung," jelasnya.
Bantah
Kapolda Sumatera Selatan (Sumsel) Inspektur Jenderal Pol Dikdik Mulyana Arief Mansur menilai tidak ada kesalahan prosedur yang dilakukan anggota Brimob saat terjadi bentrok berdarah di Desa Limbang Jaya,Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir, yang menewaskan Angga Prima.
“Soalnya, antara bukti dan selongsong yang diterima dari masyarakat di situ ada tiga selongsong, yaitu selongsong peluru hampa, peluru karet, dan peluru tajam. Artinya, kalau kita bicara kausalitas, katakanlah itu punya kami. Berarti penembakan secara prosedur yang dilakukan dengan peluru hampa pernah dilaksanakan. Kami bisa menyimpulkan itu,” katanya seusai menghadiri rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPRD Sumsel, PTPN VII unit usaha Cinta Manis, Pemkab Ogan Ilir, Pemkab Ogan Komering Ilir (OKI),Pemkab OKU Timur,dan Pemkab Banyuasin Jumat (11/8).
Mantan Wakabareskrim Polri ini mengungkapkan, berdasarkan hasil labfor dan autopsi, tidak bisa dipastikan peluru yang menewaskan Angga Prima dari benda tajam dan mengandung unsur panas.
“Berdasarkan rangkaian kejadian, saat anggota Brimob melepaskan tembakan, jaraknya dengan korban sekitar 90 meter. Sedangkan, dengan jarak sejauh itu terdapat gerombolan massa. Kalau terdapat tembakan yang disengaja, pastinya akan terkena gerombolan massa terlebih dahulu,” paparnya.
Ketua DPRD Sumsel Wasista Bambang Utoyo menilai bentrok berdarah di Desa Limbang Jaya,Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir, mengancam stabilitas Provinsi Sumsel. Karenanya perlu penanganan komprehensif.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komnas HAM Nur Kholis enjekaskan bahwa hasil investigasinya di lapangan didapat temuan bahwa tidak ada indikasi kuat situasi yang menyebabkan aparat kepolisian melepaskan tembakan terhadap warga di Desa Limbang Jaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan yang menewaskan Angga (12).
Nurkholis menambahkan, dari luka para korban, diindikasikan kuat bahwa aparat kepolisian mengunakan peluru tajam. Kondisi ini tentunya menjelaskan bahwa komandan di lapangan tak memeriksa senjata aparat yang akan diterjunkan ke lokasi. Selain itu, buruknya koordinasi dan komunikasi antarkomando di lapangan juga ditengarai turut menciptakan situasi bentrokan. (Sir)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar