Kamis, 08 Desember 2011

Peserta Jamsoskes Sumsel Semesta Melahirkan di Teras Rumah Sakit



Palembang:
Ditolak dengan alasan seluruh kamar kelas 3 (Jamsoskes,Jampersal,dan Jamkesmas) dalam kondisi penuh, seorang pasien peserta Peserta Jamsoskes Sumsel Semesta melahirkan di teras rumah sakit.
Pasien tersebut, Ani (21). Saat akan melahirkan di  Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang (RSMP), Rabu (8/12) pukul 23.00 WIB, mereka dirujuk ke rumah sakit lain. Akibatnya, ibu muda ini pun melahirkan di teras rumah sakit tanpa mendapat pelayanan medis.
Peristiwa berawal saat Dedi beserta istrinya, Ani, datang ke RSMP pukul 22.00 WIB. Mereka berharap mendapat perawatan karena kondisinya sang istri sedang hamil tua. Ani merasa kondisi kandungannya terus bergerak seperti akan melahirkan.

Setelah diperiksa seorang perawat yang bertugas saat itu, bayinya didiagnosis akan lahir subuh. Perawat yang melayani Ani mencoba merujuknya ke PK Muhammadiyah Plaju karena kamar pasien untuk Jamsoskes (kelas 3) penuh. Sehingga memang harus dirujuk ke rumah sakit lain.

Ani dan sang suami menolak karena ingin dirawat di RSMP. Selain itu,  dia merasakan sang bayi sepertinya segera keluar dari rahimnya. Karena perawat tetap akan merujuknya, Ani pun keluar dengan perasaan kecewa. Saat masih di teras rumah sakit, dia mendadak merasakan kontraksi yang luar biasa hingga anak keduanya lahir di tempat dengan mengalami lecet pada bagian kepala karena sempat mengalami benturan akibat tanpa bantuan medis.

Setelah mengalami peristiwa memilukan itu, Ani pun mendapat kamar dan perawatan. “Semalam (kemarin) saya bersama suami ke RS Muhammadiyah untuk bersalin. Setelah diperiksa bidan,saya pun akan dirujuk ke Plaju. Saya menolak dan sempat ribut mulut. Karena mereka tetap ngotot untuk merujuk saya ke Plaju, kami pun keluar. Ketika berada di teras rumah sakit, saya merasakan sakit yang sangat hebat di rahim. Lalu saya duduk dan lahirlah anak kedua saya,” ungkap Ani saat menjalani perawatan pascabersalin di RS Muhammadiyah Palembang.

Sang suami sangat kecewa dengan perlakuan rumah sakit kepada istrinya. Dia merasa pihak rumah sakit tidak tulus memberikan perawatan kepada sang istri karena menggunakan Jamsoskes Sumsel Semesta. “Kalau istri saya tidak melahirkan di teras, kemungkinan pihak rumah sakit tidak mau peduli. Untuk biaya sendiri kami tidak mampu. Penghasilan sebagai buruh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Humas RSMP, Kholil Aziz menyatakan, saat itu terjadi miss communication antara perawat dan pasien. Seluruh kamar kelas 3 (Jamsoskes,Jampersal,dan Jamkesmas) ketika itu dalam kondisi penuh sehingga perawat berupaya merujuknya ke PK Muhammadiyah Plaju.
”Kami sudah menyediakan kendaraan untuk mengantarkan pasien ke PK Muhammadiyah Plaju. Mengingat, pasien ini baru pembukaan tiga atau fase lambat kata perawat.
Karena kamar penuh sementara diperkirakan ibu ini lahir subuh, maka kami berupaya merujuknya ke Plaju. Pada saat itulah terjadi miskomunikasinya dari perawat kami dan pasien,” jelasnya.

Sedangkan kondisi bayi yang sempat terbentur kepalanya saat lahir di teras RSMP, kata dia, dipastikan tidak bermasalah karena kondisi bayi sehat dan aktif.

“Kami memberikan perawatan khusus dengan menugaskan dua dokter spesialis (obgin dan anak) untuk memeriksa kondisi bayi. Berdasarkan keterangan dari dr Rizal (spesialis anak), kondisi bayi sehat dan aktif. Dengan kata lain, tidak ada pengaruh pada kesehatannya,” jelasnya. (sir)

Tidak ada komentar: