Jumat, 15 Juni 2012

Karet Anjlok, Petani Lesu Darah

WC Cemplung yang banyak ditemukan di Sungai Musi



Palembang


Harga komoditas karet bergerak turun dari harga sebelumnya. Para petani pun lesu darah.


Data di Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Selatan (Sumsel) diketahui harga bahan olah karet kualitas 90 persen di tingkat pabrik , Senin (4/6) tercatat Rp26.655 per kilogram, turun dibandingkan sebelumnya Rp27.558 per kg.

Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel H Awie Aman mengatakan, harga bahan olah karet (bokar) kualitas 90 persen di tingkat pabrik awal pekan ini berangsur turun, karena pengaruh pasaran di luar negeri.

Harga karet kualitas ekspor dalam beberapa pekan terakhir selalu fluktuatif, namun cenderung terjadi penurunan. Harga karet di pasaran luar negeri selalu tidak menentu, sehingga berpengaruh terhadap perdagangan di dalam negeri, termasuk para petani ikut merasakan imbasnya.

Dijelaskan, para petani ikut merasakan dampak dari penurunan harga karet di pasaran dunia, karena pedagang pengumpul membeli menyesuaikan dengan harga ditetapkan pihak pengusaha pabrik di Palembang.

Perkembangan harga bokar kualitas 90 persen di tingkat pabrik di Gapkindo setempat sejak 1-31 Mei tercatat Rp30.279 per kg, hari berikutnya naik menjadi Rp30.445 per kg dan pada Rabu (23/5) turun signifikan menjadi Rp27.839 per kg.
Selanjutnya, pada beberapa hari berikutnya kembali terjadi penurunan ke level Rp27.130 per kg, kemudian turun lagi Rp26.948, sehari kemudian naik lagi hingga Rp27.215 per kg dan naik menjadi Rp27.615 per kg, pada 31 Mei menjadi Rp27.558 per kg, terakhir 1 Juni turun hingga Rp26.655 per kg.

Menurut Awie, perkembangan harga karet khususnya yang kualitas 90 persen dalam beberapa bulan terakhir memang selalu memperlihatkan grafik naik dan turun, namun dalam sepekan terakhir terus bergerak turun dan terendah 25 Mei tercatat Rp26.948 per kg.

Ia menambahkan, karet yang dihimpun para pedagang pengumpul itu sebagian besar dijual ke pabrik anggota Gapkindo di Palembang.

Di Sumsel hingga saat ini terdapat 26 unit usaha eksportir karet anggota Gapkindo dengan total ekspor di kisaran 60.000 hingga 70.000 ton karet per bulan.

Melihat perkembangan harga karet yang cenderung terjadi penurunan itu, memang banyak dikeluhkan para petani, karena sebagian besar dihidupi dari hasil penyadap karet, kata Sudirman, pedagang pengumpul dari daerah Prabumulih, Sumatera Selatan.

Menurut Sudirman ketika dihubungi dari Palembang menyebutkan, dalam sepekan terakhir ini harga karet makin turun. Harga karet yang dibeli pedagang pengumpul dari petani sekarang di kisaran Rp12.000 per kg, padahal sebelumnya mencapai di atas Rp15.000 per kg.

Pantauan di kawasan pabrik pengolahan karet PT Remco Kertapati, sejak harga karet turun jumlah antrean truk sarat muatan karet dari daerah penghasil yang siap dibongkar hanya belasan unit saja, padahal ketika harga di atas 27.000 per kg, mencapai puluhan truk tiap hari.
Yusnani, seorang penyadap karet mengeluhkan anjloknya harga karet. “Susah kami, karet turun, sementara sembako naik. Mulai BBM, beras, sampai gula semuanya naik,” keluhnya pasrah. (sir) 

Tidak ada komentar: