Seputar Indonesia, Saturday, 16 June 2012
PALEMBANG – Pembangunan Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RS Gilut) di kawasan
RS Ernaldi Bahar tidak profesional. Komisi V DPRD Sumsel menemukan
sejumlah kejanggalan dalam pelaksanaan pembangunannya.
”Kalau saya lihat,pembangunan
RS ini tidak profesional. Masak pemasangan pintu masuknya miring dan di
sini tidak ada papan pengerjaannya.Karena kita ingin hasilnya maksimal,
kami minta gapura itu dibongkar dan diperbaiki,” ujar Ketua Komisi V
DPRD Sumsel MF Ridho didampingi anggota Komisi V,Suharindi,Eran,Fikri
Juhan, Hj Rogayati, Misliha, dan Ikman Goring, saat meninjau pembangunan
RS Gilut d Palembang kemarin.
Pada kesempatan yang sama, Ridho
menyayangkan kinerja pengawas yang jarang datang. ”Kalau saya lihat dari
buku tamu, pengawas proyek ini jarang sekali datang.Padahal, dia
dibayar untuk mengawasi proyek,bukan untuk pergi ke Jakarta seperti yang
sekarang dia lakukan.Jadi kalau bangunan ini tidak sesuai perencanaan,
yang harus dipersalahkan adalah pengawasnya,” tukas Ridho.
Selain
itu,masih ada hal lain yang patut dipertanyakan,yakni adanya perbedaan
antara laporan yang disampaikan Dinas Kesehatan Sumsel dengan yang
kondisi riil di lapangan. ”Sebab dalam laporannya ke DPRD Sumsel dua
bulan lalu, Kadinkes mengatakan bahwa proyek pembangunan RS Gilut ini
telah rampung 75%. Sementara, saat kami meninjau di lapangan saat ini
bangunan fisik baru mencapai 50%,”kata dia.
Begitu pula soal
pendanaan, saat itu kadinkes mengatakan pembangunan RS Gilut ini
mendapatkan dana Rp43 miliar, tetapi dalam kontrak ternyata hanya Rp33
miliar. Karena banyaknya kejanggalan tersebut, Ridho mengatakan, Komisi V
DPRD akan memanggil semua pihak terkait. Pernyataan yang sama dikatakan
anggota Komisi V DPRD Sumsel Efran dan Suharindi.
Menurut
keduanya, proyek pembangunan RS Gilut ini cukup aneh. Sebab, proyek ini
dibangun dengan dana puluhan miliar rupiah, tetapi pelaksanaan
pembangunannya dilakukan secara penunjukan langsung. Padahal,proyek yang
di atas Rp200 juta saja sudah harus melalui tender. ”Masalah ini harus
diperjelas sehingga tidak ada pelanggaran hukum di dalamnya,”tandas
Suharindi.
Sementara itu, Konsultan Ceriajasa CM Anugerah
mengatakan, pengerjaan RS Gilut ini dilakukan sejak 5 Maret–26
Oktober.Sementara untuk realisasi pembangunan,sampai saat ini sudah
mencapai 50% dengan serapan anggaran 26%.
”Untuk dana, tahun 2011
kita mendapatkan anggaran Rp20,55 miliar, sedangkan tahun 2012 Rp33,88
miliar. Mengenai adanya perbedaan antara laporan Diknas dan kondisi di
lapangan, kami tidak mengetahuinya,” pungkasAnugerah. sidratul muntaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar