Jumat, 15 Juni 2012

Sungai Musi Diramaikan MCK Cemplung


Sungai Musi Diramaikan MCK Cemplung

Palembang


Seruan Pemkot Palembang agar masyarakat tidak membangun area mandi, cuci, kakus (MCK) di pinggiran sungai ternyata bagaikan hemsbusan angin. Dari hasil Program Kali Bersih (Prokasih) yang dilakukan, masih ditemukannya MCK liar alias MCK cemplung di pinggir sungai.

”MCK cemplung, warga yang buang air besar cukup jongkok dan plung, jatuh ke sungai,” ujar Joni seorang Palembang yang tinggal di pinggiran Sungai Musi. MCK jenis ini memang paling mudah operasionalnya dan sudah digunakan sejak lama. Hanya saja, menurutnya, karena bisa mengganggu kesehatan, maka MCK ini kemudian diupayakan untuk di hilangkan.

Kabag Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Kota Palembang Marta Edison mengungkapkan, MCK liar banyak ditemukan di bantaran Sungai Jeruju dan Sungai Musi, persisnya di kawasan Seberang (SU) Ulu I dan SU II.

“MCK liar ini banyak di sungai yang volume sampahnya tinggi. Ini sangat mengganggu pemandangan. Bukan hanya menimbulkan kesan jorok, MCK liar juga menyebabkan berbagai penyakit,” ujar dia di ruang kerjanya Senin (4/6).
 

Menurut dia, masih difungsikannya MCK liar ini karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat di pinggiran sungai yang ingin praktis saja. Selain itu, faktor ekonomi menjadi pemicu tidak berkembangnya pola pikir masyarakat untuk menjaga kebersihan di lingkungannya, terutama kelestarian sungai.

“Kami meminta ketua RT atau kelurahan setempat mengimbau warganya agar tidak membuang sampah dan membangun MCK di pinggiran sungai. Sebab,selain menimbulkan berbagai penyakit, hal ini juga bisa mengakibatkan banjir,”ujarnya.

Marta menjelaskan, adapun Prokasih yang digalakkan Pemkot Palembang tahun ini ada di enam sungai besar,yaitu Sungai Bendung, Sungai Sekanak, Sungai Lambidaro,Sungai Baung, Sungai Kedukan, dan Sungai Sriguna. “Dalam kali bersih ini kami lakukan pembersihan sampah dan mengangkat eceng gondok. Kita juga mengangkat pasir yang membuat mendangkalnya sungai tersebut,” tukasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan Kota (DKK) Palembang KMS Abubakar mengaku juga mengkhawatirkan pencemaran dari limbah air seperti deterjen yang merusak kelestarian sungai.Karena pencemaran ini, beberapa kadar zat melebihi batas kewajaran, seperti prospat, sulfat, fenol,dan PH air.

“Untuk PH air yang ideal antara 7–9,sekarang di atas angka itu,” ujar dia.

Menurut Abubakar, “Pencemaran sungai juga terjadi karena kotoran manusia. Partikel kotoran itu masih mengalir di badan sungai sehingga mengurangi kualitas air.”

 Dijelaskannya, ada beberapa kriteria yang mengindikasikan air tersebut bersih. Yakni fisik dengan warna air bening, tidak bau, dan tak ada rasa. (sir)

Tidak ada komentar: