Palembang,
Berdasarkan data yang dimiliki Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Pengendalian Kebakaran
Lahan Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel, selama periode Januari hingga 19
Juni, tercatat ada 395 titik api.
Kasi Kelembagaan pada UPTD Kebakaran Lahan dan Hutan Dishut Sumsel,Salman
di ruang kerjanya mejelaskan bahwa memasuki
musim kemarau, titik api terpantau mengalami peningkatan signifikan di 15
kabupaten/kota se-Sumsel. Peningkatan mencolok terjadi pada bulan Juni.
Terpisah, Kepala Stasiun BMKG Kenten Palembang M Irdam mengatakan, musim
kemarau segera memasuki puncaknya pada bulan Juli-Agustus.
Tingginya suhu udara pada musimkemarau, katadia,berpotensi memicu
kemunculan titik api terutama di lahan gambut. “Untuk itu masya-rakat diimbau waspada untuk tidak menyalakan api di sekitar
lahan karena dapat menjadi penyebabkan kebakaran,” ingatnya.
Adapun 395 titik api masing-masing 46 titik api pada bulan Januari,17 titik
api bulan Februari, 38 titik api bulan Maret, 82 titik api bulan April,89 titik
api bulan Mei dan 123 titik api pada bulan Juni 2012.
Ke-395 titik api itu tersebar hampir di semua kabupaten dengan konsentrasi
paling banyak terjadi di Kabupaten OKI, Musi Banyuasin (Muba) dan Musi Rawas
(Mura). “Ratusan titik api itu masih
sporadis dan tersebar di hampir semua kabupaten.Yang paling tinggi di OKI,Muba
dan Mura,” jelas Salman. MenurutSalman, jumlah
titik api ini bisa jadi terus bertambah, apalagi jika musim kemarau yang
terjadi masuk kategori eksrim.
Kalau benar demikian, kata dia, biasanya akan ada ribuan titik hot spot
yang termonitor.Seperti yang sudahsudah keberadaan titik api diprediksi
mencapai puncaknya pada bulan September-Oktober. “Kalau sudah extreme seperti itu, biasanya titik api yang tersebar akan
berpotensi memicu kebakaran lahan dan asap tak jarang hingga ke beberapa negara
tetangga salah satunya Malaysia. Tahun lalu sampai ribuan, makanya diadakan
hujan buatan. Saat puncaknya nanti titik api atau hotspot berpotensi
menyebabkan kebakaran,”tuturnya.
Keberadaan titik api ini, lanjut Salman, paling banyak ditemukan di daerah
Kabupaten OKI dan Muba karena kedua kabupaten tersebut banyak tersebar lahan
gambut. Menurutnya,pemadaman api pada lahan seperti itu lebih sulit karena
harus sampai ke bawah permukaan. Karena jenis kebakaran lahan ini mirip api
dalam sekam. “Kedalam lahan gambut ini bisa
sampai 3 meter.Kalau mau dipadamkan tidak bisa disiram begitu saja. Tapi perlu
air yang banyak sampai lahan benar-benar tergenang. Kalau tidak,api di dalam
masih akan menjalar kemanamana dan asap yang di-timbulkan banyak sekali,”tuturnya.
Untuk mengantisipasi meluasnya titik api, pihaknya sudah menyiapkan posko
khusus mengantisipasi kebakaran lahan sejak awal Juni, lalu.Posko setiap hari
dijaga tiga personil untuk memantau perkembangan titik api. Selain itu, tim
patroli diterjunkan untuk melakukan pemadaman yang terdiri dari 7-8 orang.Tim
bergerak sesuai pantauan titik api yang didapat pendeteksian menggunakan GPS. “Tugas mereka mengecek dulu benar tidak ada confidence
api. Kalau benar confidence-nya tinggi langsung dipadamkan. Adapun proses
pemadaman bisa melibatkan pemda setempat,”katanya.
Dua pecan lalu, kabut asap sempat mengganggu penerbangan di Sumsel. Begitupula
transportasi perairan juga sempat terganggu karena terbatasnya jarak pandang
yang mencapai di bawah normal. (sir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar