Kamis, 21 Juni 2012

Ratusan Hotspot Terpantau



Palembang,
Berdasarkan data yang dimiliki Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengendalian Kebakaran
Lahan Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel, selama periode Januari hingga 19 Juni, tercatat ada 395 titik api.


Kasi Kelembagaan pada UPTD Kebakaran Lahan dan Hutan Dishut Sumsel,Salman di ruang kerjanya  mejelaskan bahwa memasuki musim kemarau, titik api terpantau mengalami peningkatan signifikan di 15 kabupaten/kota se-Sumsel. Peningkatan mencolok terjadi pada bulan Juni.

Terpisah, Kepala Stasiun BMKG Kenten Palembang M Irdam mengatakan, musim kemarau segera memasuki puncaknya pada bulan Juli-Agustus.

Tingginya suhu udara pada musimkemarau, katadia,berpotensi memicu kemunculan titik api terutama di lahan gambut. Untuk itu masya-rakat diimbau waspada untuk tidak menyalakan api di sekitar lahan karena dapat menjadi penyebabkan kebakaran,” ingatnya.

Adapun 395 titik api masing-masing 46 titik api pada bulan Januari,17 titik api bulan Februari, 38 titik api bulan Maret, 82 titik api bulan April,89 titik api bulan Mei dan 123 titik api pada bulan Juni 2012.

Ke-395 titik api itu tersebar hampir di semua kabupaten dengan konsentrasi paling banyak terjadi di Kabupaten OKI, Musi Banyuasin (Muba) dan Musi Rawas (Mura). Ratusan titik api itu masih sporadis dan tersebar di hampir semua kabupaten.Yang paling tinggi di OKI,Muba dan Mura, jelas Salman. MenurutSalman, jumlah titik api ini bisa jadi terus bertambah, apalagi jika musim kemarau yang terjadi masuk kategori eksrim.

Kalau benar demikian, kata dia, biasanya akan ada ribuan titik hot spot yang termonitor.Seperti yang sudahsudah keberadaan titik api diprediksi mencapai puncaknya pada bulan September-Oktober. Kalau sudah extreme seperti itu, biasanya titik api yang tersebar akan berpotensi memicu kebakaran lahan dan asap tak jarang hingga ke beberapa negara tetangga salah satunya Malaysia. Tahun lalu sampai ribuan, makanya diadakan hujan buatan. Saat puncaknya nanti titik api atau hotspot berpotensi menyebabkan kebakaran,tuturnya.

Keberadaan titik api ini, lanjut Salman, paling banyak ditemukan di daerah Kabupaten OKI dan Muba karena kedua kabupaten tersebut banyak tersebar lahan gambut. Menurutnya,pemadaman api pada lahan seperti itu lebih sulit karena harus sampai ke bawah permukaan. Karena jenis kebakaran lahan ini mirip api dalam sekam. Kedalam lahan gambut ini bisa sampai 3 meter.Kalau mau dipadamkan tidak bisa disiram begitu saja. Tapi perlu air yang banyak sampai lahan benar-benar tergenang. Kalau tidak,api di dalam masih akan menjalar kemanamana dan asap yang di-timbulkan banyak sekali,tuturnya.

Untuk mengantisipasi meluasnya titik api, pihaknya sudah menyiapkan posko khusus mengantisipasi kebakaran lahan sejak awal Juni, lalu.Posko setiap hari dijaga tiga personil untuk memantau perkembangan titik api. Selain itu, tim patroli diterjunkan untuk melakukan pemadaman yang terdiri dari 7-8 orang.Tim bergerak sesuai pantauan titik api yang didapat pendeteksian menggunakan GPS. Tugas mereka mengecek dulu benar tidak ada confidence api. Kalau benar confidence-nya tinggi langsung dipadamkan. Adapun proses pemadaman bisa melibatkan pemda setempat,katanya.

Dua pecan lalu, kabut asap sempat mengganggu penerbangan di Sumsel. Begitupula transportasi perairan juga sempat terganggu karena terbatasnya jarak pandang yang mencapai di bawah normal. (sir)

Tidak ada komentar: